Taka terharu, memangnya ia siapa? Sampai disambut hingga seperti ini? Masyarakat Indonesia terkenal karena keramahannya memang tak diragukan lagi. Bukti kecilnya saja Taka sudah rasakan sekarang. Entah mengapa tiba-tiba perasaan hangat menyelimuti benaknya.

    "Nada bilang, kamu ingin tahu makanan khas orang sunda. Ya, ini. Tidak usah sungkan, gratis!" ujar Ibu Nada lalu tertawa renyah. Mereka pun berjalan bersama menuju tikar yang sudah disiapkan dan duduk di atasnya.

    "Terima kasih banyak semuanya, maaf saya merepotkan." Ucap Taka sambil tersenyum haru. Ia pun membungkuk hingga beberapa kali.

    "Sudah tidak apa-apa, mari kita mulai makan siang bersama," ajak Ayah Nada.

    Alwi menarik lengan Taka mendekat. Ayah, Taka dan Alwi duduk bersampingan. Sedangkan Nada dan Ibu duduk di hadapan mereka bertiga.

    "Ini namanya sayur asem."

    Nada menunjuk semangkuk besar sayur dengan kuah yang berwarna agak kemerahan. Semua makanan dihidangkan dalam keadaan masih panas. Rasanya tidak sabar untuk segera menyantapnya.

    "Ini sayur lodeh, Kak."

    Kini Alwi yang memberi tahu. Ia menunjuk semangkuk sayur lodeh.

    "Ini pepes ikan, yang itu tahu dan tempe."

    Ibu Nada menunjuk piring yang di atasnya terdapat makanan yang dibungkus daun, lalu tahu dan tempe di atas piring yang sama.

    "Itu ayam goreng," ujar Ayah Nada sambil menunjuk sepiring ayam yang sangat menggoda.

    "Dan yang terakhir, makanan kesukaan semua orang sunda. Bahkan semua orang Indonesia kebanyakan. Itu sambal, ikan asin dan lalaban."

    Taka melihat semangkuk berukuran sedang yang berisi sesuatu berwarna merah, nampaknya seperti cabai yang ditumbuk. Lalu sepiring berukuran sedang juga yang di atasnya ada beberapa ikan berukuran kecil yang digoreng. Terakhir Taka merasa agak aneh begitu melihat banyak dedaunan di atas piring yang terbuat dari bambu itu, ada timun juga di sana.

   "Kak, perlihatkan pada kak Taka bagaimana cara memakan ini semua," perintah Alwi penuh antusias. Nada segera mengambil piring dan mengambil makanan dari masing-masing piring satu persatu.

    "Perhatikan baik-baik."

    Nada mulai memperlihatkan bagaimana cara memakannya. Taka Nampak serius memperhatikannya.

    "Kak Taka? Kakak seorang Mangaka, ya? Oiya, kakak tahu band One Ok Rock, gak? Pasti tahu, kan? Alwi suka banget tuh, Kak," celetuk Alwi tiba-tiba. Mengalihkan konsentrasi Taka yang sedang memperhatikan Nada.

    Ia hanya tertawa renyah mendengar pertanyaan Alwi yang penuh semangat itu. Benar-benar jiwa muda, ya! Tentu saja Taka tahu soal One Ok Rock, ia sendiri adalah salah satu fansnya. Ditambah nama vokalisnya sama dengannya.

    "Gandeng (berisik)! Icing geura budak, teh (bisa diam tidak)!" Ibu kesal, Alwi mengganggu konsentrasi Taka yang sedang sibuk memperhatikan. Alhasil pipi Alwi merah, karena dicubit Ibu cukup kencang. Ia pun terdiam. Lagi, Taka tertawa cukup keras sambil melihat ke arah Alwi.

    "Ibu dan Alwi lucu, cocok jadi pelawak," ujar Taka tiba-tiba. Sifat aslinya mulai keluar, berkata terus terang. Sangat terus terang malah.

    Nada menggigit bawah bibirnya. Semoga Ayah dan Ibu mengerti, Taka memang seperti ini. Orangnya selalu terus terang. Perkataannya barusan memiliki arti yang ambigu. Jadi, Nada sedikit khawatir soal itu.

    Dugaan Nada tepat, Ayah dan Ibu mengerti. Mereka berdua malah ikut tertawa dengan Taka. Dengan terpaksa Nada pun ikut tertawa bersama.

    "Sebelum makan. Kita berdoa bersama dulu." Ayah mengingatkan karena ia sudah tak sabar untuk segera makan. Sedari tadi tertawa terus, membuat kerongkongannya sedikit kering. Dan perutnya? Jangan dibilang lagi, sudah memainkan musik keroncong.

Hanami | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now