Shut Up!

498 97 18
                                    

"Obasan mau kemana ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Obasan mau kemana ?"

Nada terkejut karena pagi-pagi seperti ini Obasan sudah rapi sekali. Obasan hanya tersenyum lebar. Walau dengan senyuman sederhananya Nada bisa merasakan kehangatan dari senyum Obasan, Nada pun ikut tersenyum.

"Saya boleh ikut?" tanya Nada sambil menatap wajah Obasan serius. Ia penasaran kemana Obasan akan pergi pagi-pagi begini.

"Kamu bukannya kerja?" tanya Obasan sambil memakai sepatu kulit berwarna cokelat tua miliknya.

"Kebetulan saya libur. Boleh, kan?" pinta Nada sambil memegang lengan kanan Obasan dengan ekspresi wajah yang manja. Kebiasaan Nada merajuk pada neneknya ternyata tak hilang walau ia sudah berumur.

"Sungguh tak apa? Saya akan ke kuil," jawab Obasan tenang lalu berdiri tegap sambil mengelus rok cokelatnya yang terkena tanah sedikit.

Nada terdiam sejenak seperti berpikir. Ke kuil? Berarti Obasan akan beribadah di sana. Sepertinya ada perkara serius, hingga sepagi ini Obasan ke kuil.

"Iya, tak apa. Tunggu sebentar," akhirnya Nada mengiyakkan. Ini akan menjadi pengalaman pertama baginya.

Nada segera berlari masuk menuju kamarnya. Obasan hanya berdiri diam menunggu Nada di luar. Wajah Obasan terlihat tidak seperti biasanya, murung. Penuh kesedihan.

Bahkan sepanjang perjalanan menuju kuil, baik Obasan maupun Nada sama sekali tak ada yang berbicara. Mereka berdua nampaknya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Obasan berjalan menatap lurus ke depan, sedangkan Nada sesekali melihat ke arah ponselnya.

Nada lihat wajah Obasan yang sedih, terlihat jelas dari kedua matanya. Tatapan sedih yang takut akan kehilangan seseorang. Nada sudah tak tahan melihatnya, ia ingin sekali menanyakannya.

Tapi, Nada rasa itu tidak akan berarti apa-apa. Percuma saja, ia menghela napas sambil menepuk kedua pipinya dengan telapak tangan. Nada tak ingin dikatakan terlalu ikut campur urusan orang. Bisa-bisa nanti salah bicara lagi.

Mereka berdua pun sampai di depan halte bus, tidak menunggu berapa lama bus sudah datang. Obasan dan Nada segera masuk ke dalam bus. Nada pun berjalan mengikuti di belakang, ia mempersilakan yang lebih tua untuk naik terlebih dahulu.

Di dalam bus pun tidak ada yang berniat berbicara. Hari ini bus sepi, hanya ada beberapa penumpang di dalam bus. Sekitar lima orang penumpang yang duduk maupun berdiri. Nada dan Obasan mendapat tempat duduk di belakang supir.

Nada duduk tepat di pinggir jendela bus. Kedua mata bulatnya tak berhenti melihat pemandangan jalanan kota Osaka yang terbilang cukup ramai. Obasan hanya menutup kedua matanya damai dan sesekali menarik napas panjang.

"Dua puluh lima menit lagi kita akan sampai, untuk ke kuil kita harus berjalan kaki. Tak apa, kan?" tanya Obasan sambil menatap Nada. Tiba-tiba ia berbicara pada Nada. Ia pun menoleh pada lawan bicaranya. Nada mengangguk tanda mengerti.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang