Keluarga

655 150 83
                                    

      "Tidak apa kalau saya ke rumah kamu? Saya-,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      "Tidak apa kalau saya ke rumah kamu? Saya-,"

     Nada membuka pintu gerbang rumahnya sambil tersenyum. Taka pun melangkahkan kakinya walau ragu. Perkataannya tercekat karena Nada dengan cepat mempersilakan ia untuk masuk.

    "Saya kira kamu akan ajak saya ke restoran," ujar Taka dengan kepala menunduk. Tiba-tiba saja ia merasa gugup akan bertemu kedua orangtua Nada. Tenang, semuanya akan baik-baik saja. Jaga sikap, jaga perkataan. Jangan sampai membuat malu. Taka menarik napas cukup panjang begitu terdengar suara pintu rumah Nada terbuka.

    "Oh, jadi ini yang namanya Taka?"

    "Whoa!" Taka terkejut bahkan hingga terjatuh. Kenapa harus sampai terjatuh? Ia jadi ingat adegan ini seperti salah satu adegan di televisi swasta jepang. Ya, acara lawak tengah malam itu. Taka mengusap-usap dadanya sambil menghela napas.

     Kedua orangtua Nada menyambutnya tepat di depan pintu begitu pun dengan Alwi, adik Nada. Taka langsung buru-buru bangun dari jatuhnya, hari ini ia kacau sekali. Taka, tenanglah.

    "Assalamu'alaikum, Kak Taka." sambut Alwi sambil mencium tangan Taka.

    "Wa'alaikumsallam." Jawab Taka sambil berusaha tersenyum. Karena detak jantungnya masih belum teratur.

   Ia pun memilih untuk terus tersenyum, berusaha mengontrol rasa gugupnya. Jangan sampai, deh, menampakkan wajah konyolnya ketika sedang gugup. Kini giliran Taka, ia mencium tangan Ibu dan Ayahnya Nada lalu tersenyum setelahnya.

    "Benar dia dari Osaka, Jepang? Rasanya ayah tidak percaya." Dengan tatapan curiga Ayah Nada melihat menyelidik ke arah Taka. Bahkan mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Taka yang ditatap seperti itu langsung berdiri tegap layaknya tentara yang sedang diperiksa oleh jenderalnya.

    "Tidak percaya? Paman lihat alis saya." Sambil menunjuk kedua alis hitamnya yang tebal.

     Memang kalau diperhatikan alis mata Taka memiliki ciri khas tersendiri, berbeda dari orang Indonesia pada biasanya. Hitam, tebal dan menaik di bagian ujung kanan dan kirinya. Membuat tatapan kedua matanya semakin tajam.

    Ayah Nada langsung melihat alis Taka. Sambil mengernyit ia melihatnya.

   "Bagaimana? Di sana ada tulisan Made in Osaka, Japan." Ujar Taka dengan wajah yang serius. Ayah Nada semakin menatap serius juga.

   Mereka berdua pada akhirnya saling bertatapan satu sama lain. Tawa pun meledak di antara mereka. Ibu, Nada dan Alwi bahkan hingga memegangi perutnya. Nampaknya keluarga Nada memang memiliki kemiripan dengan hobi Taka, yaitu melawak. Nada akhirnya menyuruh Taka untuk masuk. Taka terkejut begitu masuk ke dalam.

    "Ini? Untuk apa?"

    Taka melihat ada begitu banyak makanan asing yang tak pernah ia lihat, apalagi dimakannya. Makanan dan beberapa minuman itu tersusun rapi di atas sebuah tikar sederhana. Ia lihat ke belakang sedikit, bahkan sampai kursi dan meja ruang tamu diangkat dan dipindahkan. Tertumpuk seperti itu.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang