Nada, Kau Kenapa?!

921 178 84
                                    

       Nada melihat ke arah jam tangannya, jam menunjukkan pukul 09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Nada melihat ke arah jam tangannya, jam menunjukkan pukul 09.10 WIB. Untunglah Nada tidak terlambat. Akhirnya ia sampai juga di Taman Kencana. Taman Kencana biasa digunakan untuk tempat rekreasi anak-anak, kaum muda, maupun orang tua yang melepas lelah setelah berjalan-jalan di lapangan Sempur ataupun Kebun Raya.

    Taman ini ramai pada hari Minggu dan umumnya ramai oleh para orangtua yang mengajak anak-anak mereka untuk menikmati hari libur. Tapi, kini Taman Kencana ramai dengan para anak muda. Yang mayoritas memiliki komunitas. Mereka biasa berkumpul di sana untuk sekedar berbincang seputar komunitas mereka.

    Hari ini hari Kamis, jadi tidak sebegitu ramai seperti hari Sabtu atau pun Minggu. Hanya ada beberapa orang di sini, itu pun para orangtua yang mengajak anak-anaknya untuk sekedar bermain.

   "Di sini!" teriak suara yang tak asing di telinga Nada.

    Ia menoleh ke arah kiri dan melihat Taka sedang duduk santai di bawah sebuah pohon rindang sambil memegang Tabletnya.

   Nada berlari-lari kecil menuju Taka.

   "Bagus! Kamu tidak telat."

    Taka tersenyum sambil mengambil sesuatu di sampingnya. Apa itu? Seperti tas belanjaan. Cukup penuh.

   "Ini untukmu."

   Taka memberikan sebuntal tas belanjaan yang tadi Nada perhatikan.

   "Ini apa?"

   "Lihat saja!" Taka sibuk kembali memainkan Tablet nya.

  "Komik? Banyak sekali, dan ini sketsa? Masih sketsa?" Nada terkejut.

  Tapi jelas-jelas wajahnya memancarkan rasa senang.

   "Itu semua komik buatan saya, kamu mengerti bahasa Jepang, kan? Ya, itu satu sketsa. Sudah selesai, tapi belum saya keluarkan. Karena belum di edit oleh Editor. Kamu orang pertama yang saya beri langsung!"

   Nada melihat wajah Taka sambil tersenyum bahagia, Taka pun membalas senyumnya. Senyum tanda terima kasih, itu tidak buruk. Walau Taka belum mampu membuat Nada benar-benar tersenyum tulus padanya tanpa ada rasa sedih yang selalu Nada ingat karena luka masa lalunya.

   "Ceritakan saya tentang Suku Sunda, saya ingin tahu. Itu menarik."

  "Kamu ingin dengar? Sungguh?"

   "Iya! Saya ingin lebih tahu tentang Suku Sunda. Saya sering mendengar banyak orang Bogor berbicara dengan Bahasa Sunda. Dan itu membuat saya semakin penasaran. Berarti di Bogor ini banyak Suku Sunda, ya?"

  "Darimana kamu tahu itu Bahasa Sunda?"

   "Waktu di angkot, kamu sendiri, kan yang bilang pada saya kalau itu Bahasa Sunda?" Taka balik bertanya.

   "Oiya, saya lupa. Memang di Bogor ini mayoritas berasal dari Suku Sunda."

   "Iya, lalu? Saya sudah mengenal sedikitnya tentang Kota Bogor karena kamu. Terima kasih, kalau saya ingin tahu tentang suku kamu tidak apa, kan?"

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang