Jelas

605 125 57
                                    

      Nada duduk sendiri di balkon depan kamarnya, menatap langit malam yang tak berbintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Nada duduk sendiri di balkon depan kamarnya, menatap langit malam yang tak berbintang. Ia tidak ingin tidur cepat, terkadang malah ia ingin segera pagi saja. Bukan berarti Nada tidak menyukai malam, hanya saja setiap malam tiba ia hanya bisa mengingat seseorang itu.

    Bodoh memang. Nada sadar apa yang ia lakukan ini sangatlah bodoh. Buat apa mengingat masa lalu yang menyedihkan. Terus saja Nada mengingat itu setiap malam menjelang, ia tidak bisa menghentikan dirinya yang seperti ini.

   Nada merasa lelah, lelah dengan semuanya. Setiap malam hanya ada kata-kata itu di dalam pikiran 'Aku merindukanmu' dan 'Maafkan aku'. Selalu sama, kata-kata itu tak pernah menghilang dari pikirannya.

     Ia hanya bisa menyesal dan menyesal, ini sangat bodoh. Ia terus merasa lelah dengan alasan yang sama setiap hari. Ya, apalagi kalau bukan seseorang itu. Lelah karena Nada masih saja mengingatnya.

     Nada berusaha menyibukkan diri, melakukan segala sesuatu yang ia suka. Tapi tetap saja seseorang itu tidak mau pergi.

     Kalau sudah begini, siapa yang salah? Semua memori tentangnya masih berbekas di benak Nada. Semua memori bersamanya yang hingga kini tak bisa ia buang jauh-jauh. Ia terjebak dalam kisah itu, hingga kini.

    Nada menyeka air matanya yang mulai mengalir. Benar saja, menangis lagi, kan. Karena itulah ia ingin pagi cepat datang. Air mata Nada semakin deras mengalir, ia sudah tidak peduli. Ia memang sudah terbiasa seperti ini setiap malam datang.

     Kepala Nada menunduk dalam, kedua tangannya menggenggam erat ujung balkon. Pundak kecil rapuh itu terlihat naik turun, karena berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja datang dalam benaknya. Sesak. Mulai terdengar isak tangisnya. Wajah manis itu kini terlihat sangat kacau. Kedua mata bulat yang indah itu kini basah dengan air mata. Gemeretak gigi Nada yang saling beradu terdengar. Irama napasnya pun mulai berantakan.

    "Nada," panggil suara Obasan dari sampingnya. Nada buru-buru menghapus air mata yang mengalir di kedua matanya.

    "Ya? Obasan?" dengan senyum yang ia paksakan. Nada menunjukkan ekspresi cerianya seperti biasa. Seolah tak terjadi apa-apa beberapa menit yang lalu.

     "Sudah hampir tiga minggu ini kamu sibuk, dan tidak sempat menemani saya."

      "Maafkan saya Obasan, saya kira Obasan juga sibuk."

     "Kamu mau meledek saya? Nenek tua seperti saya sibuk apa?"

    Nada tertawa renyah mendengar guyonan Nenek.

   "Bukan begitu maksud saya."

     "Kamu harus menemani saya membuat menu makan malam hari ini," perintah Nenek sambil mencubit kedua pipi Nada. Terdengar tawa renyah di antara mereka.

    "Baiklah kalau begitu," Nada mengacungkan kedua jempol tangannya.

    "Ayo, ikuti saya ke dapur."

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang