He Said

578 110 83
                                    

    Nada membaringkan tubuhnya malas, hari ini adalah hari terakhir libur pertama di musim semi, musim dimana bunga-bunga cantik bermekaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Nada membaringkan tubuhnya malas, hari ini adalah hari terakhir libur pertama di musim semi, musim dimana bunga-bunga cantik bermekaran. Rasanya tidak cukup, ia masih ingin libur dan bersantai. Nada sedikit merasa sedih, andaikan saja ia bisa memutar waktu. Ia akan mengajak seseorang itu untuk bersamanya melihat Hanami nanti.

     Ah, Nada, tidak baik berandai-andai. Menambah dosa saja, apa yang terjadi saat ini, kemarin atau bahkan besok selalu memiliki arti. Seharusnya lebih bersyukur, bukannya berandai-andai.

      Ngomong-ngomong Nada sangat merindukan keluarganya di Indonesia. Walau pun ia tidak bisa selalu di rumah, tapi setidaknya ia bertemu dengan Ayah, Ibu dan Alwi. Mereka adalah obat sekaligus penghibur hati yang sedang sedih.

      Apalagi Ibu, sudah seperti sahabat baik Nada. Ia selalu bercerita apapun pada Ibu, terutama ketika sedang mendapatkan masalah dan meminta beberapa saran dan nasihat.

     Nada rindu semua omelan Ibu, candaan Ayah dan jahilnya Alwi. Tiba-tiba saja setetes air mata jatuh. Ia sungguh merindukan mereka. Nada bangun dari tidurnya, lalu ia menyeka air matanya dan berjalan keluar kamar.

     "Oh, ya ampun!" Nada berteriak kaget begitu melihat Taka sudah berdiri di depan kamarnya.

     Taka hanya tertawa kecil.

     "Kamu ini!" ucap Nada masih kesal. Hampir saja jantungnya copot.

    "Ayo, kita keluar melihat bunga plum!" ajak Taka sambil tersenyum manis.

     "Sekarang?"

     Taka menghela napas, ia menepuk keningnya.

     "Pertanyaan yang bodoh," celetuk Taka sambil berjalan meninggalkan Nada.

     Nada yang mendengar itu hanya tersenyum, syukurlah Taka sudah kembali lagi. Kemarin Taka sangat aneh dan menyebalkan. Nada pun berlari menyusul Taka.

     "Kamu naik sepeda itu," Taka menunjuk sebuah sepeda berwarna putih di sebelah sepeda hitamnya.

     Taka menaiki sepedanya, ia bersiap-siap mengayuhnya.

     "Bagaimana caranya kamu membawa sepeda ini?" tanya Nada heran sambil menggaruk-garuk pipinya.

      "Kamu tahu sepeda lipat?" tanya Taka dengan tatapan mata sinisnya.

     "Iya iya saya tahu!" jawab Nada ketus sambil mendengus.

     Taka pun mengayuh sepedanya lebih dulu. Nada menyusulnya di belakang.

     "Dasar cerewet," celetuk Taka sambil mengayuh sepedanya.

     Nada yang tepat berada di sampingnya mendengar celetukan tak sopan itu.

      "Apanya! Saya, kan, hanya bertanya, memangnya tidak boleh?!" balas Nada tak kalah menyebalkan.

       "Ya, tidak boleh! Dari tadi kamu hanya menanyakan hal bodoh terus!"

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang