Kau Kenapa?

1K 215 133
                                    

      "Apa?!" Nada merasa kesal begitu mendengar keputusan atasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      "Apa?!" Nada merasa kesal begitu mendengar keputusan atasannya. Pagi-pagi seperti ini emosinya sudah naik turun tak stabil.

     "Maaf Nada, aku hanya menuruti apa perintah Pak Bahril. Ya, setidaknya, kan, kamu enak nanti bisa sambil jalan-jalan di Osaka hehe." Rina tersenyum kecil.

    "Lalu waktu saya yang dua minggu ini untuk apa? Dan dua bulan sesudahnya?"

    "Pak Bahril bilang dua minggu ini kamu libur, dan dua bulan setelahnya itu kamu-,"

    Nada hanya bisa mendengus kesal dari tadi, irama napasnya berantakan. Ia merasa dipermainkan. Jika memang dari awal Pak Bahril tidak menugaskannya untuk melakukan penelitian anggrek kenapa tidak bilang dari awal?! Sekarang Pak Bahril malah menyerahkan penelitian itu pada Rina dan Dimas.

    "Apa? Dua bulan sesudahnya apa?!"

    Nada benar-benar emosi. Ia bahkan sedikit membentak. Rina hanya menekuk bibirnya.

   "Satu bulan penuh kamu jadi Sekretaris Pak Bahril, karena Ibu Dewi Umroh. Lalu satu bulan berikutnya kamu pelatihan untuk siap-siap berangkat ke Osaka. Dua minggu untuk pelatihan, kamu harus menginap. Lalu sisanya dua minggu lagi persiapan dan perbekalan, seperti passport dan lain-lain."

    Rina menggiggit bawah bibirnya.

    Nada menghela napas panjang, ia menutup kedua wajahnya dengan koran.

    "Kenapa harus saya?"

   "Karena kamu orang kepercayaan Pak Bahril. Nada, ayolah semangat! Lihat sisi positifnya. Dua minggu ini kamu bisa bersenang-senang," hibur Rina antusias.

   "Saya memang ingin ke Osaka. Tapi bukan untuk urusan kerja, saya ingin berlibur." Tanpa sadar kedua mata Nada memerah, ia meneteskan air mata.

   "Ja-jangan menangis! Lagipula kamu belum tahu, tugas kamu di sana apa. Tenang saja Nada. Sudah jangan nangis, ya?"

    Rina sedikit kelimpungan karena tangis Nada semakin kencang.

    Apakah ia benar-benar stress? Ya ampun kasihan sekali. Sampai mau berlibur saja susah. Rina menghampiri Nada dan menarik koran dari wajahnya. Nada langsung memeluk pinggang Rina sambil menangis. Disela-sela tangisnya ia mengatakan bahwa ia lelah sekali. Rina mengusap-usap kepala Nada lembut.

    Akhirnya Nada mulai merasa tenang, tangisnya tak terdengar lagi. Yang terdengar hanyalah cekukan.

   "Se-sekarang Pak Bahril di mana?"

    "Dua minggu ini dia ada urusan di luar kota."

    Nada mendongak, melihat langsung wajah Rina. Rina hanya diam, ia pun balik melihat wajah Nada.

   "Huuuuaaaa!!!"

    Ya, Nada menangis lagi. Sepertinya hari-hari setelah ini tidak akan mudah. Semoga saja tidak membuat kepalanya seperti ingin pecah.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang