Jatuh

555 122 36
                                    

"Na-nani (Apa)?!"

Taka menggaruk tengkuknya tak jelas. Kedua matanya melihat ke bawah lantai. Nada tersenyum begitu melihat Taka memakai sweater rajutan Obasan yang berwarna hitam. Ia terlihat semakin manis dan tampan. Warna hitam memang paling cocok dengan Taka.

"Iie desu (Tidak)." Nada tersenyum simpul dan menundukkan kepalanya ke bawah. Kedua mata bulatnya melihat ke arah kedua kakinya yang mengenakan kaus kaki bermotif polkadot biru.

"Kamu sudah sarapan, kan?" tanya Taka masih sambil berdiri di depan pintu. Hari ini ia terlihat lebih santai, tak sekaku kemarin-kemarin. Ekspresi wajahnya terlihat lebih lepas dan tenang.

"Sudah, kamu juga?" Nada mendongak melihat ke arah lawan bicaranya canggung.

"Iya," Taka tersenyum tipis. Ya, ampun ada apa dengan suasana canggung ini? tiba-tiba saja mengganggu.

"Kita ke rumah Obasan sekarang?" tak ingin berlama-lama dalam situasi ini Nada langsung menanyakan hal penting pada Taka.

Taka hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Kedua matanya mulai terlihat risau lagi. Seperti ketakutan, ada apa dengannya? Kenapa malah takut? Ia akan bertemu dengan neneknya, bukan perampok atau apa pun itu.

"Taka?" Nada meyakinkan kembali, seperti menyadarkan Taka dari lamunannya. Pria beralis hitam tebal khas itu segera mendongak.

"Ya? Baiklah. Tapi untuk dua bulan ke depan mungkin tidak bisa. Kamu kan tinggal di sana."

"Iya, tapi kamu harus mengunjungi Obasan setiap hari walaupun saya tidak ada di rumah nanti."

"Jangan khawatir soal itu."

"Kamu sudah siap?"

"Iya."

"Kamu terlihat ... gugup?" Nada tertawa pelan.

"Iie (Tidak), haha."

Kini Taka menggaruk-garuk lengan kirinya. Jelas sekali kalau ia gugup.

"Yasudah saya siap-siap dulu."

"Tunggu! Kamu pakai sweater yang berwarna putih ini."

Taka menyerahkan sweater rajutan Obasan yang berwarna putih pada Nada. Nada mengambilnya, ia melihat sweater putih itu cukup lama.

"Kalau kamu tidak memakainya, saya tidak jadi pergi," ancam Taka lalu berjalan meninggalkan Nada.

Nada hanya tersenyum. Natsumi benar, kalau seperti ini sifat Taka yang asli terlihat jelas. Kekanak-kanakan.

🇮🇩🌺🇯🇵

Nada menarik lengan sweaternya, kebesaran. Sweater ini memang bukan untuk ukuran wanita. Taka tidak punya perhitungan atau apa? Nada terlihat seperti ondel-ondel. Untung saja ia memakai baju double.

"Nada."

"Ya?"

"Nanti, ketika saya bertemu dengan Nenek. Apa yang harus saya lakukan? Apa yang harus saya katakan padanya?"

Nada tersenyum, ia lihat wajah Taka yang terlihat tegang.

"Saya rasa, saya ingin jalan-jalan dulu. Karena besok saya sudah bekerja."

"Jadi?"

"Kamu akan tetap bertemu Obasan, hanya saja sebelum itu kamu harus berjalan-jalan dulu dengan saya. Seharusnya kamu berterimakasih pada saya."

Taka tertawa renyah.

"Baiklah, nona Nada. Terima kasih banyak."

Nada tertawa bahagia. Taka tersenyum melihat tawa itu. Semoga saja Nada menepati janjinya soal melupakan. Ya, melupakan seseorang itu di masa lalu.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang