Cepatlah!

541 115 16
                                    

   "Obasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   "Obasan."

    Nenek berhenti sejenak dari kegiatannya menjahit.

    "Ada apa?"

   "Boleh saya masuk?"

   "Tentu saja!"

     Nada menggeser pintu pelan, lalu masuk ke dalam kamar Obasan.

    "Benar saya boleh masuk?"

     Nada meyakinkan. Karena rasanya Nada sendiri tidak yakin, apakah ia lancang?

    "Tentu saja. Tidak perlu canggung lagi, saya sudah menganggap kamu seperti cucu saya sendiri."

    "Terima kasih."

     Nada duduk di samping Obasan. Kedua matanya melihat ke arah sebuah sweater berwarna hitam yang sedang dijahit. Belum selesai, lengan sebelah kirinya belum jadi.

    Nada takjub, sudah setua itu tapi tetap masih bisa berkarya. Membuat sweater hitam itu, kan, lumayan sulit. Dibutuhkan ketelitian tinggi. Kalau salah-salah bisa diulang kembali. Obasan hebat!

   "Sweater siapa itu Obasan?"

    "Ini? Ini untuk cucu saya."

    Nada terdiam begitu mendengar kata 'cucu saya', tiba-tiba saja Nada menjadi sangat gelisah.

    "Cucu Obasan yang lelaki itu? Obasan, kan, tidak pernah bertemu dengannya."

    "Memang, lalu apa masalahnya?"

   "Tidakkah itu menyakitkan buat Obasan?"

    "Tidak, malah saya merasa lebih baik. Dengan begini saya merasa ia perlahan mau memaafkan saya. Saya hanya bisa berharap, setiap musim dingin datang. Saya memang rutin seperti ini. Menjahit sweater rajutan untuknya, dengan warna kesukaannya."

    Nada semakin gelisah, rasanya mulutnya ini gatal sekali. Ingin memberitahu sesuatu itu pada Obasan.

    "Apa yang akan Obasan lakukan jika bertemu dengannya?"

    "Saya sendiri bingung, yang jelas saya ingin hubungan kami kembali baik seperti dulu."

    "Ya, saya harap juga begitu."

    "Rumah ini adalah rumahnya juga, ketika masih kecil ia sering dititipkan di sini. Dia sangat lucu dan manja sekali, hahaha."

    "Pasti sangat menyenangkan, ya. Saya pernah merasakan kebahagiaan seperti itu, bermain dengan Kakek dan Nenek."

    "Tapi dia tidak pernah melihat Kakeknya sedikit pun, bahkan hingga sekarang usianya menginjak dua puluh delapan tahun. Kakeknya meninggal ketika di zaman perang dulu."

    "Oh, begitu, Kakek dulu pejuang di Jepang?"

    Obasan hanya diam tidak menjawab sama sekali, apakah ada yang salah dengan pertanyaan Nada tadi? Sepertinya iya, Nada pun berniat mengganti bahan pembicaraan.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang