The Truth

657 95 102
                                    

"MasyaAllah kamu cantik sekali!" puji Fatimah sambil merapikan kembali jilbab Nada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MasyaAllah kamu cantik sekali!" puji Fatimah sambil merapikan kembali jilbab Nada.

Nada tersenyum malu melihat dirinya di depan cermin. Hari ini Fatimah mengajarkannya cara menggunakan jilbab dengan beberapa gaya.
Walau begitu tetap memenuhi Syar'i karena tidak mencolok dan menutupi bagian dada. Siapa sangka ternyata Fatimah sangat ahli dalam memakai jilbab bergaya seperti ini, Nada saja tidak begitu mengerti karena menurutnya sedikit repot.

"Untung saja kamu libur bekerja hari ini, jadi tidak masalah. Setelah ini saya akan mengajak kamu berkeliling. Baru saya akan mengantarkan kamu pulang. Tidak perlu khawatir, barusan saya sudah mengirim pesan pada Khalil. Dan dia mengizinkannya, kok," terang Fatimah jelas.

"Terima kasih banyak, ya, maaf saya merepotkan kamu."

Akhirnya Nada berbicara juga karena sedari tadi ia hanya tersenyum malu memandangi dirinya di depan cermin. Ternyata jilbab seperti ini bagus dan cocok untuknya. Selama ini Nada jarang mengenakan jilbab dengan berbagai gaya.

Yang terpenting baginya menutup aurat dan sesuai aturan agama. Begitu pun dengan warna jilbab yang ia kenakan jarang sekali mencolok apalagi bermotif.

"Tidak sama sekali, malah saya senang punya kawan baru," jawab Fatimah sambil tersenyum riang seperti biasa.

Percakapan mereka terhenti begitu Fatimah mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Ia pun segera berjalan keluar kamarnya, sedangkan Nada tetap duduk manis di kursi di hadapan cermin.

"Assalamu'alaikum."

Fatimah membuka pintu rumahnya perlahan, ia melihat sesosok pria Jepang dengan kaus lengan panjang berwarna abu-abu dan celana bahan berwarna hitam sudah berdiri tegap di depan pintu dengan senyum ramahnya.

"Wa'alaikumusallam. Maaf, siapa, ya?" Fatimah membalas senyuman itu dengan senyum lebarnya. Nampaknya mereka memang tidak saling mengenal. Ini pertama kalinya Fatimah melihat pria di hadapannya ini. Tetangga juga sepertinya bukan.

"Apa benar ini rumah Khalil Mustafa Salim?" tanya suara itu sopan dan pelan.

"Betul, kamu siapa, ya? Dan ada keperluan apa?" Fatimah kira pria ini mungkin teman suaminya.

"Saya Nishikido Takahisa, saya mencari seorang wanita yang bernama Nada. Betul dia ada di sini? Saya akan menjemputnya pulang," ujar Taka sambil tersenyum ramah.

Fatimah mengangguk tanda mengerti. Ia tersenyum penuh arti sambil mengalihkan pandangannya sejenak dari Taka. Fatimah lalu menatap lawan bicaranya kembali sambil memulai pembicaraan lagi.

"Boleh saya bicara dengan kamu sebentar?"

"Ah, iya silahkan," jawab Taka sambil menundukkan kepalanya sopan. Mereka berdua berjalan lebih jauh ke luar.

"Jadi begini, apa kamu punya masalah dengan Nada? Kamu tahu tidak? Semalam saya menemukannya duduk lemas di bangku halte bus. Dia menangis, keadaannya sangat menyedihkan saat itu. Bahkan sepanjang perjalanan ke rumah saya dia terus menangis. Tapi, Alhamdulillah sekarang keadaannya mulai membaik," beritahu Fatimah sopan dan hati-hati.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang