Tuan Talas (2)

1.8K 371 205
                                    

"Kamu beliin Ibu Talas?" tanya Ibu sambil mengambil talas dari tangan Nada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu beliin Ibu Talas?" tanya Ibu sambil mengambil talas dari tangan Nada.

"Bukan bu, itu teh (tuh) punya orang asing yang tadi siang ketemu sama Nada." Nada melepas kedua sepatunya dan menaruhnya di atas rak sepatu. Lalu setelah itu berjalan menuju ruang makan diikuti Ibunya yang berjalan di belakang.

Nada menarik salah satu kursi meja makan, duduk di atasnya sambil menghela napas cukup berat. Nampaknya hari ini adalah hari yang melelahkan. Ibu Nada mengernyit tak mengerti, kini Nada menghela napas panjang. Ibunya ini memang tidak akan mengerti jika dijelaskan sesingkat tadi. Padahal baru saja Nada ingin bernapas sebentar.

"Punya orang Jepang bu, tadi siang Nada ketemu dia di Kebun Raya," jelas Nada akhirnya dengan tangan kanan sudah memegang segelas air putih penuh. Setelah itu ia meminumnya hingga habis tak tersisa.

"Oh begitu, terus mau diapain ini? Mana mungkin atuh (dong) dikembalikan lagi? Kali aja dia sudah di Jepang sekarang teh (tuh)," tangan Ibu membulak-balikan talas yang dipegangnya. Ukurannya cukup besar-besar juga.

"Nada bingung ah bu, Nada mau istirahat. Cape pisan ieu teh (cape banget ini tuh)," dengan malas Nada berjalan menuju kamarnya.

"Kumaha atuh ieu teh (Bagaimana dong ini tuh)?" nampaknya Ibu masih repot soal talas yang bahkan sudah tidak dipedulikan sang pemiliknya itu.

"Terserah Ibu," tangan kanan Nada mulai membuka daun pintu kamar tidurnya.

Setelah menjawab ogah-ogahan setiap pertanyaan Ibu. Nada masuk ke dalam kamar dengan lesu. Kedua kelopak matanya terlihat lebih hitam, seperti orang tidak tidur tiga hari tiga malam. Lalu Nada menyalakan kipas angin tuanya, tidur di atas ubin. Kebiasaan Nada tidak pernah berubah. Padahal Ibu sering memarahinya, tapi ia tidak pernah kapok.

Nada memandang langit-langit kamar. Lalu menghela napas lagi. Sekarang yang ada dipikirannya adalah Tuan Talas yang aneh itu. Bukannya Penelitian anggrek yang harus selesai dalam waktu beberapa bulan ini.

Ia merasa ada yang tak biasa begitu mereka bertemu. Mulai dari pertama mereka berbincang malah. Apa ya? Dia aneh. Baru kali ini Nada bertemu orang Jepang yang suka Talas. Tahu talas saja itu sudah aneh.

Bagaimana ia bisa tahu Talas? Talas adalah salah satu makanan khas Bogor. Apalagi suka, rasanya semakin aneh. Jangan-jangan dia menipu Nada? Mengaku-ngaku sebagai orang Jepang.

Tapi, tidak mungkin, kedengarannya tidak masuk akal. Dan lagi ia sangat ramah dan mudah akrab. Tidak seperti orang Jepang yang biasanya tertutup, sopan dan kaku.

Ia mulai merasa penasaran, apakah ia harus menjadikan lelaki Jepang itu sebagai bahan penelitiannya juga? Nada tertawa kecil. Ia membayangkan, membuat sebuah penelitian tentang:

'Orang Jepang Pertama yang Menyukai Talas'.

Tiba-tiba Nada terpikir akan perkataan Ibu beberapa menit yang lalu. Ibu benar, mungkin si Tuan Talas itu sudah di Jepang sekarang. Selamat tinggal Tuan Talas, yang aneh.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang