Extra 4 - Ditto

Beginne am Anfang
                                    

"Aku tidak akan kuliah di Hanyang" jawab Wootaek, laki-laki meletakkan apel yang belum selesai di makannya di meja lalu menghadap ayahnya.

"Apa maksudmu?" "Kamu tidak ingin kuliah?" para ibu berucap bersamaan.

"Tentu saja aku akan kuliah, eomma"

"Kalau tidak di Hanyang, kamu ingin kuliah dimana? Universitas mana yang masih membuka penerimaan mahasiswa?" tanya ayah Wootaek kali ini.

"Aku sudah di terima di kampus impianku. Jadi lupakan saja Hanyang"

"Mwo?" "Dimana?"

"Aku diterima oleh Seoul Aerospace University"

"Hah?" "Apa?" "Jinjja, Oppa?"

"Kenapa semua orang begitu terkejut? Kalian terlihat senang mendengar Yoora masuk Seoul National University, kenapa aku tidak?"

"Ani, bukan begitu- ini bukan prank kan?" pertanyaan ibunya membuat Wootaek tertawa.

"Wae?" ayah Wootaek yang dari tadi terdiam akhirnya ikut bertanya.

"Setelah selamat dari perang, aku merasa harus jadi orang yang sukses. Bukan berarti profesi lain tidak sukses, hanya.. Aku berkali-kali lolos dari maut jadi kenapa tidak nekat saja keluar dari zona nyamanku. Aku pikir hidupku harus punya tujuan di luar jangkauanku supaya aku memiliki motivasi hidup"

"Daebak, kenapa tidak menjadi pilot seperti Junho oppa saja sekalian?"

"Ya dia memang inspirasiku, tapi kalau harus kembali ke militer, tidak deh. Terima kasih. Maka aku pilih menjadi pilot maskapai saja"

"Tapi pilot itu resikonya sangat tinggi" ucap ibu Wootaek penuh dengan kekhawatiran.

"Semua profesi punya resikonya masing-masing, yeobo"

"Yeobo.. Kamu setuju?"

"Kenapa tidak? Lakukan saja, nak. Appa mendukungmu. Samchon juga mendukung kamu Yoora. Jalani pilihan yang kalian ambil, lakukan dengan penuh tekad. Jangan setengah-setengah. Fokus pada tujuan kalian"

"Gomawo, Appa"

"Kamu benar-benar sudah di terima? Atau masih ada tes lagi?"

"Aku sudah lulus semua tahapan, Gomo. Tiga hari yang lalu tes terakhir, tes kesehatan. Pengumumannya semalam. Minggu depan masuk asrama"

Para ibu terlihat berat dengan keputusan anak tunggal yang mereka miliki, hanya Im Minho yang dengan yakin mendukung pilihan dua remaja di depannya itu.

"Yeobo, Pesan saja untuk makan malam kita, kita rayakan pilihan hebat anak-anak kita. Minah, ikut aku ke taman" ucap sang kepala keluarga kepada istrinya. Lalu mengajak adiknya ke taman kecil di belakang rumah itu.

"Imo, mau pesan apa?" Yoora ikut melihat layar ponsel bibinya yang menampilkan menu di salah satu restoran langganan keluarga mereka.

"Kamu mau makan apa?"

"Hmm, apa saja aku makan kok"

"Kenapa cuma Yoora yang di tanya?"

"Kamu mau makan apa?"

"Galbi Jjim buatan eomma"

"Tumben? Biasanya kamu selalu mengeluh dengan semur iga ku"

"Tidak boleh?"

"Arraseo, akan eomma siapkan" setelah memesan beberapa menu dari restoran, ibu Wootaek pergi ke dapur untuk menyiapkan permintaan anaknya.

Yoora dan Wootaek hanya tinggal berdua di ruang keluarga, mereka berdua duduk bersandar di sofa Yoora meletakkan kepalanya di bahu Wootaek. Wootaek meletakkan kepalanya di atas kepala Yoora.

"Kenapa tiba-tiba pilot? Kamu memang berani terbang? Akan sangat tinggi loh"

"Aku pernah sekali duduk di cockpit helicopter, adrenaline ku naik. Rasanya luar biasa"

"Kapan?"

"Junho hyung mengajak aku patroli saat perang. Kamu masih recovery saat itu"

"Kamu benar-benar mau meninggalkan aku, sendirian?"

"Apa nya yang sendirian? Masih ada Chunho hyung, Junho hyung juga kalau sedang libur sering mengajak kamu main. Teman-teman juga rata-rata kuliah di Seoul, lagipun aku tetap pulang beberapa bulan sekali"

"Tetap saja, aku bagaimana kalau tanpamu?"

"Tanpa kamu sadari, kamu sudah terbiasa tanpa aku. Kamu tidak sadar saat perang kita tidak pernah satu regu?"

"Aku sadar, aku pernah minta Yoojung eonnie untuk satu regu dengan oppa tapi tidak pernah terwujud"

"Karena aku minta satu hal itu pada Jangsoo dan Yoojung, aku tidak mau satu regu denganmu"

"Wae?"

"Aku tidak ingin kamu melihat bagaimana aku mati"

"Oppa.."

"Tapi nanti, saat kita sudah mewujudkan mimpi kita, kamu bisa mencari tau bagaimana aku mati"

"Mwoya! Aku batal saja jadi Dokter Forensik!"

"Bercanda, ada ICAO yang akan menginvestigasi kecelakaan pesawat" Wootaek tertawa melihat wajah Yoora sudah memerah.

"YA!"

"Bercanda, sungguh bercanda!" Wootaek memeluk adiknya yang sekarang malah menangis.

"Diamlah, nanti aku di marahi appa" tangisan Yoora malah semakin kencang.

"Im Wootaek, kamu apakan lagi adikmu!?" Ibu Wootaek datang dari dapur menarik telinga Wootaek sampai Wootaek menjerit.

"Gomo, Tolongg!! APPA!!"

Keributan itu baru berakhir setelah bel pintu di bunyikan oleh deliverer dari restoran langganan mereka.

🌼🌼🌼🌼








Duty After School X OC [Yoora] ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt