"Ya Allah, Engkau tahu hati ini terikat suka akan indahnya seorang insan ciptaan-Mu. Tapi aku takut cinta yang belum waktunya menjadi penghalangku mencium surga-Mu. Berikanlah aku kekuatan menjaga cinta ini sampai tiba waktunya. Andai Engkau mempertemukan aku dengannya kelak, berikan aku kekuatan untuk melupakannya sejenak. Bukan karena aku tidak mencintainya, justru aku sangat mencintainya."
(Ali bin Abi Thalib)🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Gadis itu berdiri di depan meja riasnya, memperhatikan wajah cantik dalam balutan hijab warna peach bayangan dirinya pada pantulan cermin. Ia melebarkan senyuman menampilkan kedua lesung pipitnya yang membuat wajahnya bertambah cantik dan manis.
Ia juga berputar-putar sambil memperhatikan bayangan dirinya sendiri yang memakai gamis dalam pantulan cermin.
"Masyaa Allah ... benar kata dia, ternyata gue lebih cocok pake gamis gini." gumam gadis itu sambil terus tersenyum menerbitkan kedua lesung pipitnya membuat wajah putihnya tambah manis.
Tingkahnya yang lucu saat ini tak luput dari perhatian dari seorang perempuan paruh baya di balik pintu kamarnya. Perempuan paruh baya itu tersenyum sambil kedua tangannya tertumpu di dadanya.
"Nury putriku ..." lirihnya seraya terus menatap wajah sang putri.
Ya, gadis yang kini masih betah berdiri dan memperhatikan bayangan dirinya sendiri di depan cermin itu adalah Nury Khadeejah, salah satu sahabat kesayangan Nada.
Tapi detik berikutnya ia mengerutkan keningnya kala melihat perubahan di wajah Nury.
"Tapi ... sayangnya Derry nggak suka kalo gue pake beginian, huffft!" gumamnya lagi dalam hati. Lalu Nury melepas kembali hijabnya.
Sementara sang ibu yang penasaran terhadap perubahan wajah putrinya pun melangkahkan kakinya menghampirinya.
"Sayang ..." sapa sang ibu seraya merangkul kedua pundak Nury.
"Eh, Ibu." sahut Nury sedikit kaget dengan kedatangan ibunya, namun setelahnya ia tersenyum pada ibunya.
"Kenapa dilepas hijabnya, Nak? Padahal putri Ibu ini cantik lho, kalo pake jilbab kayak tadi." ucap sang ibu memuji Nury membuat yang dipuji tersenyum malu-malu.
"Ah, Ibu bisa aja deh ngomongnya." ucap Nury tersenyum malu.
"Lha, emang benar kok putri Ibu yang satu ini cantik banget apalagi kalo pake jilbab begini, woahh cantiknya jadi semakin bertambah!" ucap Ibu semakin memuji dan membuat Nury menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
YOU ARE READING
Jomblo Fii Sabilillah
Romance" Jarak tidaklah akan menjadi sebuah pemisah akan tetapi hanyalah sebagai jeda, supaya kita bisa saling memperbaiki diri kita masing-masing, agar kelak kamu pantas untukku dan aku pantas untuk memilikimu." _Ammar Barra Atharrazqa_ "Jika namamu yang...