29. PERDEBATAN

23 4 0
                                    

"Sebaik-baik istri shalilah, ialah yang senantiasa bersabar atas suaminya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sebaik-baik istri shalilah, ialah yang senantiasa bersabar atas suaminya. Senantiasa mendukung suaminya dalam kondisi apapun."

(Pearl of Islam)

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Athifa terbangun dari tidurnya kala mendengar suara beberapa orang sedang berbicara. Mungkin ada tamu pikirnya.

Sementara di ruang depan, Raka dan bunda Rahma sedang kedatangan tamu yang tak lain adalah Tuan Surya, Nyonya Dewi Arum, Tuan Dhamar dan istrinya, Nyonya Marisa. Mereka tampak serius membicarakan sesuatu.

Terlihat Tuan Surya menyodorkan sesuatu di atas meja tepat di hadapan Raka. Raka yang tak mengerti hanya mengerutkan keningnya namun tak ada niat untuk mengambilnya.

"Itu adalah file dan aset anak perusahaan cabang yang ada di Bandung." jelas Tuan Surya setelah mengerti kebingungan Raka yang nampak pada raut wajahnya.

"Maaf. Untuk apa Tuan memberikannya pada saya?" tanya Raka dengan hati yang tenang.

"Ya untuk kamu lah, bukankah itu maksud dan tujuan kamu setelah menikahi Athifa?" sahut Nyonya Marisa tiba-tiba mewakili Tuan Surya.

"Maaf maksud anda apa ya, Nyonya Marisa?" tanya Raka dengan tetap hati yang tenang sambil tersenyum tipis.

"Kamu memungut Athifa setelah putraku membuangnya lalu menjadikan Athifa sebagai istri kamu karena kamu tahu bahwa Athifa itu sangat berharga bagi ayah dan ibu mertuaku, terus kamu mengharapkan sesuatu dari kami, ya kan? Itu kan yang kamu harapkan?" tuding Nyonya Marisa pada Raka. Mendengar tudingan itu Raka hanya tersenyum tipis menanggapinya. Lalu beralih menatap pada sang kakek yang selama ini tak menganggapnya ada.

"Ambillah! Kelola anak cabang perusahaan Dirgantara Group yang ada di Bandung. Saya hanya tidak ingin Athifa menderita karena kekurangan. Dengan itu semua maka kamu bisa menjaga Athifa dan menjamin Athifa agar tidak akan kekurangan apapun serta hidup dengan layak." jelas Tuan Surya sambil menatap Raka sejenak. Mendengar ucapan Tuan Surya, Raka kembali tersenyum santai sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Raka menggerakkan tangannya kearah berkas-berkas yang terbungkus dalam sebuah map biru. Namun bukannya mengambil malah ia menyodorkannya kembali kearah Tuan Surya. Hal itu membuat semua orang yang ada di ruangan depan rumah Athifa heran. Kecuali Bunda Rahma yang malah tersenyum. Ia sangat mengerti akan sifat putra semata wayangnya itu. Sangat kentara kemiripannya dengan almarhum suaminya.

"Maaf, saya tidak bisa menerimanya, Tuan!" ucap Raka tegas. Semua dibuat terkejut atas penolakan Raka termasuk Tuan Surya. Namun bukan Tuan Surya namanya kalau tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Jomblo Fii SabilillahWhere stories live. Discover now