53. PANTI RAUDHAH AL JANNAH

19 2 0
                                    

"Bila engkau ingin hati menjadi lembut dan damai serta keinginan (yang baik) tercapai, maka sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan yang seperti engkau makan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bila engkau ingin hati menjadi lembut dan damai serta keinginan (yang baik) tercapai, maka sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan yang seperti engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang, lembut, serta keinginanmu (yang baik) akan tercapai."

(HR Thabrani)

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Malam harinya di kamar kost-nya Nada sedang belajar penyusunan skripsi. Tapi nyatanya ia tidak bisa fokus. Pikirannya penuh dengan masalah tadi siang saat dirinya bersama Athar."

Nada menutup bukunya, ia menghela nafas panjang lalu menghembuskannya secara kasar.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi padaku tadi siang? apa yang aku lakukan tadi siang? Nggak, nggak. itu bukan diriku banget. Nangis-nangis dalam pelukan mas Athar, baju mas Athar kan jadi basah. Pasti setelah ini mas Athar jadi ilfeel sama aku." Nada bermonolog sendirian dalam kamar kostnya.

"Lagian selama ini aku berusaha kuat dan tak pernah menampakkan rasa sedihku di hadapan para sahabatku, tapi kenapa di hadapan mas Athar aku tak bisa menahannya? Kenapa aku harus jadi perempuan cengeng sih jika di hadapan mas Athar? Jadi malu kalo ketemu mas Athar lagi." lanjutnya lagi sambil memejamkan matanya.

"Tapi sikap mas Athar tadi siang ke aku tuh sweet banget deh, perhatian juga. Haduh jadi baper kan akunya. Kira-kira dia gitu juga gak ya pada semua perempuan? Ah tapi kayaknya nggak deh, dan aku yakin mas Athar bukan tipe cowok yang seperti itu." Nada senyum-senyum sendirian sambil membayangkan interaksi antara dirinya dan suaminya tadi siang.

Suara getaran dari ponselnya menandakan bahwa ada pesan masuk. Nada tersenyum saat tahu kalau pesan itu dari Athar.

Athar mengabarkan kalau untuk beberapa minggu kedepan ia akan sibuk sehingga tidak bisa untuk bertemu atau menemuinya untuk sementara waktu. Nada sempat merasa kecewa, namun Nada tidak mau egois, ia bisa memaklumi dengan status suaminya sebagai seorang ustadz. Pasti suaminya itu sibuk dengan beberapa kajian bersama para Sahabat Fillah. Lagi pula ia juga ingin fokus mempersiapkan diri untuk penggarapan skripsi.

Sebenarnya Athar bukan hanya sibuk dengan masalah kajian saja. Dia juga sibuk dengan masalah pembangunan rumahnya yang hampir selesai. Tinggal catnya dan juga mengisi segala macam perabotannya serta furniture lainnya yang akan ia isi di dalam rumah barunya sehingga nanti Nada tinggal menempatinya saja.

Dan benar saja. Sudah dua minggu Athar tak pernah lagi menemuinya. Jarang telephone bahkan pesan pun hanya bisa dihitung jari. Ada rasa rindu yang tiba-tiba saja menyelinap di hati Nada. Namun Nada tetap berpikiran positif dan menjalani hari-harinya dengan senyuman yang ceria.

***

Nada sudah selesai dari perpustakaan. Ia berniat menyusul para sahabatnya yang masih di kantin.

"Nada ...." suara seorang laki-laki membuat Nada menghentikan langkahnya. Saat ia menoleh ternyata orang itu adalah Devan.

"Nada tunggu dulu, aku ingin bicara!" Devan menghalangi langkah Nada saat Nada berusaha kabur. Nada mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dari Devan.

"Ada apa lagi Kak Devan?" tanya Nada dengan kepala menunduk mencoba menjaga pandangannya.

"A-aku mau minta maaf sama kamu, gara-gara aku kamu jadi pelampiasan kemarahan Vello." ujar Devan seraya menatap wajah Nada yang menunduk dengan tatapan sendu. Nada hanya mengangguk.

"Terus gimana? Kamu nggak papa kan?"

"Nggak, saya nggak papa dan saya baik-baik saja." jawab Nada sekedarnya.

"Alhamdulillah kalau kamu baik-baik saja." ucap Devan lega.

"Maaf Kak Devan, sebaiknya Kak Devan jangan sering-sering temui saya, saya takut mbak Vello menyerang saya lagi." ucap Nada tiba-tiba.

Devan tertegun mendengar ucapan Nada. Ia terdiam mematung.

"Lagian nggak baik juga kan kita seperti ini, kita bukan mahram yang dengan bebasnya bisa bersama. Saya harap kamu mengerti! " imbuhnya. "Ya udah, kalo gitu saya permisi, assalamu'alaikum." Nada melangkah pergi meninggalkan Devan yang masih terdiam mematung. Devan memejamkan mata sejenak. Lalu menatap punggung Nada yang kian menjauh.

Sementara tak jauh dari Devan, ada Vello yang melihatnya. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan amarah.

"Awas kamu Nada, gue bakal buat perhitungan sama lo, gue akan buat lo malu dan tak hanya pada Devan, tapi malu sama semua orang di kampus ini." lirih Vello yang kemudian melangkah pergi.

Baru mau sampai di kantin tapi Nury, Athifa dan Kayra sudah ada di hadapannya.

"Eh, Nad. Udah selesai ke perpusnya?" tanya Athifa pada Nada.

"Alhamdulillah udah." jawab Nada sambil tersenyum manis.

"Ya udah, lebih baik kita berangkat sekarang yuk ke pantinya, biar gak kemaleman pulangnya nanti." usul Nury.

"Ok, tapi kamu dan Kayra masak iya penampilannya seperti ini? Nanti diprotes lho sama anak-anak panti." ucap Nada pada Kayra dan Nury.

"Tenang aja kali, Nad. Gue udah bawa baju yang sopan sama jilbabnya kok di tas." sahut Kayra sambil tersenyum.

"Ya, Nad. Gue juga." timpal Nury yang juga melemparkan senyumannya.

"Alhamdulillah." ucap Nada senang.

"Ya udah kita berangkat sekarang yuk, entar kita cari masjid dulu biar Nury dan Kayra ganti baju disana." ajak Athifa yang dijawab anggukan oleh ketiga temannya.

Mereka pun berangkat menuju sebuah panti asuhan yang selama ini mereka kunjungi untuk sekedar menghibur anak-anak panti. Tak lupa mereka mampir ke toko swalayan untuk membeli snack buat anak-anak panti setelah dari masjid.

***

Di panti asuhan Raudhah al Jannah...

Nada, Athifa, Kayra dan Nury kini tiba di panti asuhan Raudhah al Jannah. Mereka disambut hangat oleh ibu panti yang kerap kali mereka panggil dengan sebutan ummi Hanum. Ummi Hanum mempersilahkan keempat ukhti itu masuk kedalam.

Keempat sahabat itu sama-sama merasakan ada yang berbeda. Biasanya anak-anak panti ikut menyambut mereka tiap kali mereka datang berkunjung. Biasanya anak-anak panti berhamburan berebutan oleh-oleh dari mereka. Tapi kenapa kali ini tidak. Kemana mereka semua?

"Masyaa Allah, lama sekali kalian tidak berkunjung kesini, sekali berkunjung pada makin cantik-cantik semuanya putri-putri Ummi ini." puji Ummi Hanum pada keempatnya.

"Ah, Ummi suka bener deh kalo muji, Ummi Hanum juga makin cantik kok, awet muda lagi." celetuk Kayra yang saat ini memakai jilbab coklat segi empat. Mereka tertawa mendengar ucapan Kayra.

"Oh, ya Ummi. Kok tumben anak-anak tidak menyambut kami?" tanya Nada yang memakai hijab ungu segi empat tak bisa memendam penasarannya sejak tadi.

"Ya Ummi, biasanya kan mereka lari-lari saling rebut oleh-oleh. Ah, jadi kangen deh sama mereka." timpal gadis berjilbab warna biru yang tak lain adalah Athifa.

"Emangnya mereka kemana sih, Ummi? Tumben gak ada batang hidung satu pun yang nyambut kami?" Kali ini Nury si gadis berhijab hitam yang bertanya.

"Masyaa Allah, rupanya kalian bener-bener kangen ya sama mereka anak-anak panti."

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang kedua. Minta like, vote n sarannya ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jangan lupa dijadikan favorit ya😘

Jomblo Fii SabilillahWhere stories live. Discover now