37. DI BALIK SENYUM KAYRA

45 5 0
                                    

"Kenali kebenaran, maka kamu akan tahu orang-orang yang benar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenali kebenaran, maka kamu akan tahu orang-orang yang benar. Benar tidak diukur oleh orang-orangnya, tapi manusia diukur oleh kebenaran."
(Ali bin Abi Thalib)

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Jaga ucapanmu, Radha! Aku tidak pernah memfitnah siapapun. Emang benar kok Zafira itu selingkuh di belakang mas Firman. Bahkan dia sampai hamil dengan selingkuhannya. Semua bukti perselingkuhan Fira juga sudah kamu lihat kan, Mas?" Bu Anita yang merasa tersindir angkat bicara.

"Semua bukti itu hanyalah settinganmu saja Anita. Dan dengan bodohnya, kamu malah percaya dengan omongan wanita pembohong ini, Firman. Kamu mecampakkan istri kamu sendiri dan meninggalkannya dalam keadaan hamil besar bahkan kamu meragukan anak yang dikandungnya adalah anak kamu!" ucap Bu Radha lagi.

"Ma, sabar. Istighfar! Jangan sampai Mama lepas kontrol hanya karna oang-orang seperti mereka!" seru Pak Erik berusaha menenangkan istrinya dengan mengelus-elus punggung istrinya agar emosi sang istri mereda..

Bu Radha menarik tangan Kayra agak kasar membuat Kayra tersentak kaget.

"Lihat baik-baik gadis ini, Firman! Lihat dan tatap wajahnya baik-baik! Mirip siapa wajah gadis ini?" serunya pada Pak Firman. Pak Firman pun menuruti ucapan Bu Radha. Ia menatap wajah datar Kayra. Tenang dan damai rasanya saat menatap wajah polos Kayra.

"Wajahnya memang tidak mirip denganmu bahkan dengan Fira pun juga tidak, tapi wajah ini mirip sekali dengan almarhumah ibumu. Wajah, hidung dan bibirnya semuanya mirip ibumu. Hanya matanya saja yang mirip Fira. Dan ... itu menandakan bahwa Fira tidak pernah selingkuh, Fira tidak pernah menghianati kamu, apalagi sampai tidur dengan laki-laki lain, Firman. Justru kamulah yang telah menghianati cinta Zafira! Kamu malah menikah dengan perempuan lain di saat Fira dalam proses persalinan!" Kalimat-kalimat terakhir membuat Pak Firman terkejut. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali. Entah apa maksudnya hanya Pak Firman yang tahu.

"Lihatlah, anak yang kau ragukan dulu, lihatlah anak yang tidak kau akui sebagai darah dagingmu sendiri sejak dalam kandungan. Allah itu maha adil karena telah menunjukkan kebenaran itu lewat wajahnya yang mirip ibumu sendiri. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan tangguh. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah lupa atas semua penderitaan yang kau berikan pada sahabatku. Bahkan disaat-saat akhir hayatnya kau tetap siksa batinnya dengan menikahi perempuan lain yang sudah hamil duluan!" Sekuat tenaga Bu Radha mengeluarkan segala sakit hatinya pada Pak Firman karena telah menorehkan luka yang teramat dalam di hati sahabat karibnya.

Berderai air mata Kayra mendengar segala ucapan yang Bu Radha lontarkan tentang ibu kandungnya. Melihat itu Zidan merasa iba pada gadis ceria itu. Wajah ceria yang selalu ditunjukkan ternyata menyimpan kesedihan dan pahitnya hidup. Ia tidak menyangka Kayra mengalami penderitaan dalam hidupnya sedari kecil bahkan saat masih dalam kandungan. Hal itu mengingatkan ia pada salah satu sahabatnya, Raka. Bedanya Raka tak dianggap oleh kedua kakek neneknya, sementara Kayra tak dianggap oleh ayahnya sendiri.

"Ha-hamil duluan ...?" gumam Debby.

"Udah, Sayang. Jangan didengerin omongan perempuan itu!" ucap Anita saat mendengar gumaman Debby.

"Ma, sebaiknya kita bawa pulang saja Kayra. Papa tidak mau putri kita kenapa-napa jika kita terus di sini." ucap Pak Erik pada istrinya.

"Kay, Sayang ... masih mau beli buku atau mau pulang, Nak?" tawar Bu Radha pada Kayra. Menatap sendu pada wajah Kayra.

"Kay pengen pulang saja, Ma ...." lirih Kayra dengan tatapan datar.

"Ya udah yuk, kita pulang!" ajak Pak Erik kemudian.

Pak Erik dan Bu Radha merangkul dan membawa Kayra pergi dari hadapan Pak Firman sekeluarga. Tak lupa juga dengan Zidan yang juga dirangkul oleh Pak Erik.

Pak Firman menatap nanar kepergian mereka berempat. Entah apa yang ia pikirkan.
Sementara Bu Anita merasa gelisah.

"Gawat kalo sampe mas Firman tahu semua kebohonganku dulu, bisa-bisa aku langsung ditendangnya. Nggak-nggak, ini tidak bisa dibiarkan. Mas Firman jangan sampai tahu semua yang ku lakukan dulu." gumam Bu Anita dalam hati.

***

"Maaf ya Nak Zidan, tadi kami harus membawa-bawa Nak Zidan dalam masalah keluarga kami. Saya malah mengaku-ngaku kalau Nak Zidan adalah calon menantu kami di hadapan mereka." ucap Pak Erik pada Zidan yang saat ini sudah berada di ruang keluarga Pak Erik. Sementara Kayra sudah masuk ke kamarnya terlebih dahulu sejak mereka tiba di rumah.

"Nggak papa kok, Om. Saya mengerti. Saya tidak masalah." sahut Zidan sambil tersenyum ramah.

"Tapi ... kalaupun Nak Zidan mau jadi calon menantu kami beneran, tidak
apa-apa, Tante setuju kok." celetuk Bu Radha sambil tersenyum, membuat Pak Erik dan Zidan menoleh padanya dengan wajah melongo.

"Mama jangan ngomong gitu, gak enak sama Nak Zidan. Maaf ya Nak Zidan, istri Om memang suka begitu, suka asal kalo bicara." ucap Pak Erik. Zidan hanya tersenyum dan mengangguk.

"Lha, emang kenapa? Nak Zidan, sebenarnya Kayra itu suka sama Nak Zidan, Kayra juga sering lho curhat sama Tante tentang Nak Zidan. Wajahnya selalu ceria saat bahas tentang Nak Zidan. Meskipun Kayra bukanlah anak kandung kami, tapi kami sangat menyayanginya seperti anak kami sendiri. Ya Tante hanya berharap Kayra akan mendapat kebahagiaan di masa depannya. Sudah cukup dia menderita sejak dalam kandungan ibunya gara-gara perbuatan ayah kandungnya sendiri. Dan sesaat ia dilahirkanpun ia harus kehilangan ibunya." ucap Bu Radha dengan mata yang berkaca-kaca. Pak Erik mengelus-elus punggung Bu Radha agar supaya istrinya itu tenang. Mendengar cerita tentang Kayra dari Bu Radha, hati Zidan semakin iba pada gadis ceria yang kini tengah bersedih itu.

"Tolong ya Nak Zidan, walaupun Nak Zidan tidak memiliki perasaan lebih terhadap Kayra putriku, Nak Zidan bisa menganggapnya sebagai teman atau adik. Tolong sesekali tegur dan ingatkan dia. Tante sangat berharap ada seseorang yang bisa membimbing putri tante dan membawanya menuju jalan Allah." ucap Bu Radha memohon.

"Insya Allah Tante, Om." sahut Zidan sambil tersenyum. Sementara hatinya bingung. Ia akan menjaga Kayra bagaimana dan dengan cara seperti apa? Sedangkan dirinya dan Kayra bukan mahram. Tentu saja hal itu membuat Zidan sulit untuk berfikir.

Setelah lama ngobrol dengan Pak Erik dan Bu Radha, Zidan memutuskan untuk pulang. Pun Kayra juga tidak ada keluar-keluar sejak ia masuk ke dalam kamarnya. Namun mereka mengerti keadaan hati Kayra saat ini. Jadi Zidan pun pulang tanpa pamit terlebih dahulu pada Kayra.

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang pertama disini. Minta like, vote n sarannya ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jangan lupa dijadikan favorit ya😘

Jomblo Fii SabilillahWhere stories live. Discover now