9. ATHIFA YANG GAMANG & KAYRA YANG RIANG

19 3 0
                                    

"Keikhlasan adalah rahasia antara Allah dengan hamba-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keikhlasan adalah rahasia antara Allah dengan hamba-Nya. Bahkan sang malaikat pencatat tidak mengetahui sedikit pun mengenai itu untuk bisa dituliskannya dalam catatan amal. Setan juga tidak mengetahui sehingga dia tidak bisa merusaknya, nafsu pun tidak menyadari sehingga ia tidak bisa mempengaruhinya."

(Junayd al-Baghdadi)

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Di dalam kamarnya Athifa duduk didepan meja rias. Menatap bayangan dirinya dalam cermin.

Masih terasa shock di hatinya atas pertemuan keluarga kemarin. Terasa gamang sekali hati Athifa menerima keputusan keluarga lebih tepatnya keluarga dari pihak sang calon suaminya, bahwa pernikahan antara Athifa dan Kevin akan dipercepat.

Athifa yang tak ingin secepatnya membina rumah tangga sangat bersedih. Ia masih ingin sekali menikmati masa lajangnya dulu bersama para sahabatnya.

Ingin rasanya Athifa menolak dan menunda dulu acara pernikahan itu, namun melihat kebahagiaan di wajah sang Ayah membuatnya tak tega. Tak sampai hati rasanya jika Athifa menghapus senyum yang terpancar di raut wajah sang ayah yang kini tak muda lagi.

Akan tetapi, bagaimanakah dengan hatinya. Siapkah hatinya untuk melangkah dan melewati semua itu.

"Kenapa sampai saat ini aku masih belum merasakan getaran hati bila bersama bang Kevin? Apa itu tandanya...." pikiran negatif mulai bersarang di otaknya. Tapi ia menepis segera. "Ah sudah lah... mungkin rasa itu akan tumbuh setelah akad nanti." Gumam Athifa meyakinkan diri.

"Ya Allah... Semoga rasa itu akan segera tumbuh dihati ini untuk bang Kevin. Yakinkan hamba bahwa hamba bisa menjalani keputusan yang telah diambil oleh keluarga kami. Bila bang Kevin ditakdirkan sebagai jodoh hamba, maka ikhlaskan lah hati hamba untuk menerima pernikahan ini". Lirih Athifa seraya menyisir rambut hitam gelombangnya didepan cermin meja riasnya.

Terdengar suara ketokan pintu dari luar kamarnya. Athifa menoleh sejenak kearah pintu.

"Athifa, boleh ayah masuk?" suara sang ayah juga terdengar beriringan dengan ketokan pintu.

"Ya ayah, masuk saja!" sahut Athifa sambil menyelesaikan sisiran pada rambutnya.

Ayah membuka pintu kamar Athifa perlahan, melangkah masuk kedalam. Terlihat olehnya putri semata wayangnya duduk dimeja rias.

Ayah duduk pada pinggir ranjang dan disusul oleh Athifa duduk disamping ayah. Athifa tersenyum menatap wajah senja ayahnya.

"Ada apa yah?" tanya Athifa lembut.

"Nggak ada. Ayah cuma ingin melihat putri ayah yang sebentar lagi akan menjadi seorang istri, gak kerasa ya sekarang putri ayah sudah besar. Rasanya baru kemarin Ayah masih menimang bayi mungil ayah." ujar pak Irfan tersenyum lalu mengelus rambut gelombang Athifa.

Mendengar ucapan ayahnya, mata Athifa mulai berkaca-kaca, ia langsung memeluk erat tubuh ringkih disampingnya itu.

"Ayah, jangan bicara seperti itu. Meski Athifa sudah menikah nanti, tapi Athifa tetep putri ayah." isak tangis Athifa. Ayah tersenyum haru sambil terus membelai rambut Athifa.

"Ya sayang, sampai kapanpun Athifa tetep putri kecil ayah. Putri kebanggaan ayah." ujar sang ayah pelan.

"Athifa gak mau jauh dari ayah. Pokoknya dimanapun Athifa tinggal, ayah harus ikut. Athifa ingin selalu dekat dengan ayah." ucap Athifa kekeh. Sesekali Athifa menyeka air mata di pipinya.
Ayah hanya tersenyum menanggapi keinginan Athifa.

***

Jika Athifa tadi duduk bercermin sambil termenung sedih, maka lain halnya dengan si bar bar Azkayra.

Si cewek manis itu kini tengah menatap bayangan dirinya yang berhijab di depan cermin sambil tersenyum manis.

"Masya Allah... ternyata gue cantik juga ya meski pake hijab, gak kalah sih sama Athifa dan Una. Hihihi." gumam Kayra sambil cengengesan sendiri. Kedua tangannya tak henti-henti memperbaiki letak hijabnya.

"Masya Allah... Cantiknya anak mama yang satu ini!" sahut bu Rada, mama Kayra yang tiba-tiba muncul dari belakang Kayra. Membuat Kayra kaget.

"Ah mama ngagetin Kay aja deh..." celetuk Kayra sambil hendak membuka hijabnya. Namun dicegah oleh bu Rada.

"E e eh, mau ngapain? Jangan dilepas dong sayang hijabnya. Udah cantik gitu kok mau dilepas sih..." protes sang mama. Kayra urung melepas hijab yang masih menghiasi kepalanya.

"Kalo boleh tahu, ada apa nih anak mama kok tiba-tiba mau pake hijab?" Tanya bu Rada sambil tersenyum.

"Siapa juga yang mau pake hijab, Kayra kan cuma coba-coba aja tadi, dan...." Kayra tak meneruskan ucapannya, ia melirik sang mama.

"Dan apa, hayoooo." Bu Rada menggoda Kayra. Kayra tersenyum lalu menghambur ke pelukan mamanya.

"Mama boleh nggak Kayra nanya?" tanya Kayra dengan malu-malu.

"Boleh dong, emang mo nanya apa sih anak mama yang manis ini, jadi penasaran lho ini, mama?" canda mama Rida.

"Mama dulu kalo pas ketemu sama papa gimana sih yang mama rasakan?" tanya Kayra pelan dan semakin menyembunyikan wajahnya pada pelukan mama Rida karena malu.

"Hah? Maksudnya sayang?" tanya mama Rida balik nanya.

"Ya pokoknya gitu, gimana perasaan mama tiap ketemu sama papa dulu...?" rengek Kayra pada sang mama.

"Ya, deg degan sih, hati mama berdebar-debar, jantung mama juga berdetak dengan kencang kalo ketemu papa dulu." jelas sang mama sambil tersenyum mengingat pada masa dulu.

"Oooh gitu?" respon Kayra singkat sambil manggut-manggut.

"Tapi ngomong-ngomong kok tumben kamu nanya-nanya soal mama papa waktu dulu? Hayoo ada apa ini sama anak mama, hayoooo?" goda mama Rida sambil memicingkan kedua mata curiga. Membuat Kayra jadi gelagapan dan salah tingkah.

"Ng ... nggak kok, nggak ada apa-apa, beneran deh." elak Kayra gelagapan.

"Emmm rupanya anak mama sudah besar ya, sudah dewasa. Udah tahu tentang cinta-cintaan." celetuk mama kemudian.

"Apa sih ma, cinta-cintaan apaan. Nggak kok Kayra nggak sedang jatuh cinta." Kayra tetap mengelak.

"Udah gak usah ngelak terus sama mama. Mama ini mama kamu lho Kay, jadi mama tahu gimana kamu, ayo cepat kasih tahu mama siapa yang sudah mencuri hati anak mama yang manis ini, kalo gak kasih tahu, mama bilang sama papa nih, papaaaaaa anak kita sedang jatuh cinta niiiiiih...." teriak mama Rida memanggil suaminya.
Mama
"Iiih mama, jangan kasih tahu papa dong... kan Kayra malu ma..." rengek Kayra pada mama Rida.

"Ya makanya cerita dong, kasih tahu mama siapa laki-laki itu!" Rida memaksa.

Kayra menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan. Lalu mengalirlah cerita Kayra. Bercerita pada sang mama tentang siang itu waktu bertemu dengan Zidan di sebuah kafe. Mama Rida menjadi pendengar setia sang putri.

Mama Rida tersenyum mendengar cerita dari  Kayra. Meski mama heran, tapi mama ikut senang dan bersyukur karna yang disukai Kayra adalah laki-laki seperti Zidan. Doa harapan terbesit di hati mama Rida, berharap seorang  Zidan adalah jodoh untuk sang putri.

Rasa khawatir juga menghinggapi hati mama Rida. Apakah kelak Zidan mau sama putri kesayangannya itu melihat dari keseharian mereka berdua yang bertolak belakang. Semoga saja ada jodoh untuk keduanya.

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang pertama di sini. Minta like n sarannya di kolom komentar ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jomblo Fii SabilillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang