19. DUA HATI YANG BERDEBAR

22 3 0
                                    

"Seseorang tidak disebut mencintai kalau masih meminta sesuatu dari yang dicintai

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Seseorang tidak disebut mencintai kalau masih meminta sesuatu dari yang dicintai. Namun orang-orang yang betul-betul mencintai ialah orang yang rela berkorban untukmu. Maka sesungguhnya orang yang mencintaimu ialah orang yang memberimu, bukan orang-orang tang minta diberi pemberianmu."

(Ibnu Athaillah)


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Setelah melaksanakan sholat Isya' beserta dzikir sekaligus murottalnya, Nada baca-baca buku sejenak dalam kamar. Namun tiba-tiba saja cacing-cacing di perutnya berdemo. Lapar.

"Astaghfirullahal 'adzim ... sampai lupa kalo aku belum makan sedari tadi siang. Gini nih kalo keasyikan sama tugas kuliah, lupa sama semuanya!" seru Nada sambil menutup buku yang ia baca dari tadi.

Nada bergegas menuju dapur untuk memasak makan malam untuk dirinya sendiri. Setelah lemari es di buka ia tercenung sejenak lalu tersenyum. Ternyata tidak ada bahan-bahan untuk di masak sama sekali. Membuat dirinya sedikit mendesah  karena lupa jika bahan makanan sudah habis sejak kemarin dan ia juga lupa untuk membeli bahan makanan.

"Beli makanan di warung depan aja deh kalau gitu!" seru Nada yang kemudian melangkah keluar dari kosannya.

Nada melangkahkan kakinya menuju ke arah sebrang jalan dimana terdapat warung makan di sana. Sesampainya di warung makan Nada menyapa si pemilik warung itu.

"Eh, si eneng cantik, mau pesen nasi ya neng?" tanya abang penjaga warung setelah Nada menghampirinya.

"Iya bang, nasi gorengnya satu ya bang." sahut Nada sambil tersenyum teduh.

"Dibungkus atau mau makan di sini neng?" tanya si abang warung makan lagi pada Nada.

"Dibungkus aja bang," jawab Nada singkat.

"Siap neng ... di tunggu sebentar ya neng, silahkan duduk dulu di sana." Si abang warung mempersilahkan Nada untuk menunggu sebentar. Nada mengangguk mengiyakan. Nada berbalik dan melangkah menuju salah satu bangku kosong yang ada di warung itu.

Tanpa Nada sadari ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikannya dari sudut warung. Seulas senyum teduh terpatri menghias bibir pria tampan itu kala melihat wajah cantik berbalut jilbab yang membuat hatinya selalu berdebar tiap kali bertemu.

"Gadis itu lagi!" gumam pria yang tak lain adalah Athar. Athar yang selesai makan malam sendirian kali ini tanpa ketiga sahabat Fillah.

Setelah menunggu beberapa menit, nasi goreng pesanan Nada pun jadi. Namun saat Nada ingin membayarnya Nada malah kebingungan mencari dompetnya. Hal itu membuat si abang pemilik warung makan mengerutkan keningnya heran melihat Nada yang seperti orang kebingungan.

"Kenapa neng?" tanya si pemilik warung.

"Emm anu pak, itu ... dompet saya ketinggalan di kosan, lupa tadi bawanya kesini," jawab Nada tersenyum kikuk.

"Oh, saya kira apa." Si pemilik warung menghela nafas lalu tersenyum.

"Ya udah, saya ambil dompet dulu ya bang di kosan ...."

"Biar saya saja bang yang bayar sekalian punya saya juga," tukas Athar yang tiba-tiba saja sudah ada di samping Nada namun masih ada jarak. Hal itu membuat Nada kaget dan menoleh ke arah samping dimana ada  seorang pemuda yang entah sudah berapa kali ia ketemu.

Pemuda berwajah tampan yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman teduhnya. Pemuda yang entah karena apa sering membuat hatinya berdebar bila mereka tak sengaja bertemu. Sehingga tercipta sebuah rasa yang entah apa Nada juga tak mengerti.

Pemuda itu mengulurkan selembar uang kertas berwarna merah pada abang pemilik warung.

"Kembaliannya, Mas ...." ucap pemilik warung sambil menjulurkan sisa uang kembalian Athar.

Athar tersenyum. "Tidak usah, ambil abang saja."

"Waduh, kebanyakan ini, Mas!" serunya lagi.

"Gak papa bang, ambil aja!" Athar kembali tersenyum pada pemilik warung makan itu.

"Alhamdulillah... terimakasih mas," ucap pemilik warung senang.

"Sama-sama bang, mari bang,  Assalamu'alaikum," salam Athar pada pemilik warung.

"Wa'alaikum salam." jawab si pemilik warung.

Athar melirik sejenak pada gadis cantik berhijab di sampingnya yang sedari tadi tertegun memandang kearahnya lalu melangkah pergi meninggalkan warung makan tersebut.

Langkah Athar membuat Nada tersadar. Nada gelagapan, lalu setelah pamit pada pemilik warung itu dengan sigap ia mengejar Athar.

"Tunggu!" seru Nada setelah melihat keberadaan Athar yang akan memakai helmnya. Athar pun mengurungkan niatnya yang hendak memakai helm. Ia menoleh sejenak ke arah Nada.

"Ada apa, Mbak?" tanya Athar setelah memalingkan kembali wajahnya dari Nada.

"Emmm, anu, itu... saya... saya cuma mau bilang makasih sama Ustadz...?"

"Athar, panggil saja saya Athar." tukas Athar meneruskan ucapan Nada yang terpotong karena tak tahu harus memanggil Athar apa.

"Oh, ya. Ustadz Athar... makasih karna sudah bayarin nasi saya tadi," ujar Nada dengan suara pelan dan lembut.

"Ya, sama-sama." sahut Athar singkat. Athar melanjutkan kembali memakai helm lalu naik ke atas motornya.

"Ayo saya antar!" ucap Athar tiba-tiba.

"Hah??" Nada cengo mendengar ajakan Athar.

"Maksud saya, Mbaknya jalan duluan, biar saya antar Mbaknya dari belakang." jelas Athar yang diangguki malu-malu oleh Nada.

Perlahan Nada mulai melangkahkan kakinya meninggalkan warung makan itu. Setelah langkah Nada agak menjauh baru Athar menghidupi mesin motornya.

Athar menjalankan motornya dengan pelan sekali dari belakang Nada. Dengan cara itu ia bisa mengantar Nada hingga ke kosannya.

Sampai di kosannya Nada kembali mengucapkan terimakasih kepada Athar. Setelah Nada masuk ke dalam kosannya barulah Athar melajukan kembali motornya setelah pamit pada Nada.

Nada menyibak sedikit gorden jendela memperhatikan Athar yang kini telah berlalu dengan motornya hingga punggung Athar tak terlihat lagi dari pandangannya baru ia menutup kembali gorden jendelanya.

Nada pergi ke dapur dengan hati riang. Ia mengambil piring dan air putih lalu mulai makan nasi goreng bungkusnya yang tadi ia beli sambil tersenyum-senyum sendirian.

Sedangkan Athar sama seperti Nada. Di atas motor ia juga tersenyum-senyum mengingat obrolan  yang terbilang sangat singkat tadi dengan Nada.

Hingga ia sampai di kontrakan kecilnya dan bahkan saat menjelang tidurnya pun Athar tetap tersenyum mengingat senyum indah dan menawan yang menghiasi wajah yang selalu terbalut dengan hijab itu.

"Wajah dan senyumnya mirip dengan seseorang, mengingatkanku pada seseorang yang entah dimana dia sekarang, apa kabarnya dia sekarang? Semoga Allah selalu melindunginya dimanapun dia berada saat ini dan semoga suatu saat nanti kita bisa berjumpa lagi agar aku bisa menepati janjiku padanya. Aamiin." Doa dan harapan Athar.

Setelah berwudhu Athar kembali ke atas tempat tidurnya. Dan setelah berdoa ia pun merebahkan tubuhnya. Berbaring lalu mulai memejamkan matanya. Dalam sekejap ia terlelap dalam tidurnya. Terbuai dalam mimpi yang indah.

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang pertama disini. Minta like, vote n sarannya ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jangan lupa dijadikan favorit ya😘

Jomblo Fii SabilillahOnde as histórias ganham vida. Descobre agora