67. MAAF

21 2 0
                                    


"I'ndamaa tuhibbu syakhson bilaa sabab, kun mutayaqqinan bi annaa laa alfa sabab qodirun ala naz'ihi min qolbika."

(Tatkala engkau mencintai seseorang tanpa sebab, saat itu pula yakinlah bahwa seribu sebab sekalipun tidak akan bisa mencabutnya dari hatimu)

(Pearl or Love).

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Eh, ya Mas, kenapa?" tanya Nada seperti orang yang gelagapan. Athar pun tersenyum teduh.

"Nggak, aku tadi cuma nanya kamu lagi mikirin apa? Dan dari tadi aku manggil-manggil kamu, tapi kamu gak ngejawab sama sekali. Sepertinya kamu lagi mikirin sesuatu yang sulit ... boleh aku tahu?" terang Athar sekaligus bertanya.

Mendapat pertanyaan itu dari Athar membuat Nada kembali terdiam. Ia memikirkan apakah ia memberi tahu Athar saja apa yang ia pikirkan dari tadi.

Melihat Nada yang kembali terdiam, Athar pun juga kembali bertanya.

"Hei, kok malah diam lagi? kenapa sih? Cerita dong, kita ini suami istri, dan sudah seharusnya kan suami istri itu saling terbuka satu sama lain, termasuk kita." ucap Athar dengan suara lembutnya sambil menyetir. Sesekali ia menoleh sebentar ke arah Nada.

"Emmm, Mas ... habis ini, aku ...." Nada tampak ragu untuk mengatakannya.

"Ngomong aja, gak papa!" seru Athar lembut.

"Habis ini, aku mau tinggal dimana ...." Nada semakin melirihkan ucapannya. Sedangkan Athar yang masih mendengarnya menerbitkan senyuman indah sehingga membuat kadar ketampanannya bertambah berlipat-lipat dan membuat Nada kembali semakin terpesona. Karena tidak tahan menahan degub jantungnya yang kian berdetak kencang Nada pun berpaling dari wajah Athar dan mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

"Udah, kamu tenang dulu, sekarang aku akan bawa kamu ke suatu tempat." ujar Athar dengan suara khasnya.

Nada hanya menanggapinya dengan deheman.

***

"Tempat ini kan ....". lirih Nada dalam hati saat Athar menghentikan laju mobilnya di suatu tempat dan berseru sudah sampai.

"Kok malah bengong? Ayo turun, kita sudah sampai!" seru Athar lagi membuat Nada tersadar lalu tersenyum kikuk.

Athar turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu mobil untuk Nada. Ia juga mengulurkan tangannya untuk Nada. Dengan wajah tersipu Nada menyambut uluran tangan Athar hingga betul-betul keluar dari mobil.

Deg!

Nada terkejut. Ia juga tertegun saat terpampang jelas di hadapannya sebuah rumah berlantai dua minimalis namun terkesan mewah dan elegan.

"Ya Allah ... tempat ini ... ru-rumah ini ..." suatu ingatan tiba-tiba bermunculan dan terputar dalam benaknya seperti kaset
film.

"Kalau udah besar nanti kamu pengen punya rumah seperti apa?"

"Emmm rumah impianku kayak gini..."

Gadis kecil berhijab itu menggambar sebuah kerangka rumah yang sesuai dengan imajinasinya sendiri pada tanah menggunakan ranting kayu, kemudian memperlihatkannya pada seorang anak laki-laki yang mungkin usianya beda sekitar 4 tahunan di atasnya.

"Dua lantai tapi kok kecil?" ucap seorang anak laki-laki itu sambil memotret gambar kerangka rumah itu dengan kamera yang ia bawa.

"Ya dong, kan aku anaknya kecil imut lagi, hihihi" gadis kecil nan imut itu cekikikan dengan ucapannya sendiri.

Jomblo Fii SabilillahWhere stories live. Discover now