47. BAKTI DAN RIDHO UMMI

29 2 0
                                    

"Apa yang menjadi milikmu akan kamu temukan dengan sendirinya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Apa yang menjadi milikmu akan kamu temukan dengan sendirinya. Yang pasti harus kamu tahu, semua hal yang memang sudah ditakdirkan menjadi milikmu pada akhirnya akan kamu miliki atau dengan kata lain rezeki takkan pernah tertukar."
(Ali bin Abi Tholib)


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Athar termenung dalam kamarnya. Ia memikirkan kembali pembicaraannya tadi siang bersama ibunya.

Ya, Athar saat ini telah berada di kampung halamannya sekaligus tanah kelahirannya, kota Surabaya.

Ibundanya tercinta membicarakan tentang wasiat almarhumah nenek Fatimah yang menitipkan cucu perempuan satu-satunya yang kini hanya hidup sebatang kara kepada Ummi Khayra untuk di jaga dan dilindungi dari juragan Karta, seorang lelaki tua yang selama ini terus menerus mengincarnya untuk dijadikan istri mudanya. Padahal ia sudah memiliki tiga istri di rumahnya.

Sehingga Ummi Khayra meminta Athar untuk menjaga dan melindungi Nada, cucu perempuan almarhumah nenek Fatimah. Kini Athar menjadi bingung. Hatinya bimbang dan dilema. Haruskah ia menjaga perempuan yang bukan mahramnya dan sama sekali tidak mengenalnya dengan cara ia menghalalkannya?

Sementara ia telah memiliki sebuah janji dan impian untuk bersanding dengan seseorang sewaktu ia masih kecil. Ia sudah berjanji untuk menjemputnya di suatu tempat.

Namun ridho ibu adalah ridho Allah Swt. Tentu saja Athar lebih memilih berbakti pada orang tua yang kini hanya tinggal sang ibu seorang. Ibu yang telah merawat dan membesarkannya seorang diri karena sang ayah telah berpulang saat ia masih bayi hingga ia dewasa dan menjadi seperti sekarang.

Tapi bagaimana dengan janjinya pada seseorang yang mungkin saat ini ia sedang menunggu kedatangannya? Apakah ia harus merelakan dan meminta maaf jika suatu hari nanti mereka bertemu? Sungguh hati Athar menjadi dilema.

"Nada ... sepertinya aku pernah mendengar nama itu?" pikir Athar dalam hati.

Suara gaduh dari depan rumah membuat Athar tersentak. Ia terkejut sekaligus penasaran. Siapa orang yang bertamu di waktu sore begini? Karena penasaran Ia beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.

"Mbak Rahma? Ada apa, Mbak? Kenapa Mbak Rahma seperti habis lari-lari?" tanya Ummi Khayra heran. Rahma tak langsung menjawab. Ia sedang mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan karena habis lari-lari dari rumahnya .

Khayra memberikan segelas air putih pada Rahma dan Rahma meminum air putih itu yang sebelumnya membaca basmalah terlebih dahulu hingga habis setengahnya. Setelah itu baru ia bicara.

"Khayra, gawat, Ra, gawat!" ucap Rahma setelah berhasil mengatur nafasnya lagi.

"Apanya yang gawat, Bude?" tanya Athar yang baru saja keluar dari kamarnya.

Jomblo Fii SabilillahDove le storie prendono vita. Scoprilo ora