64. PENJELASAN

18 3 0
                                    

"Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar dari pada kekecewaanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar dari pada kekecewaanku. Dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku, jauh lebih baik dari pada impianku"

(Ali bin Abi Thalib)


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

E, eh. mau kemana?" tanya Raka mencegat langkah Athifa.

"Ya masuk lah, Mas." jawab athifa santai

"Gak usah, di sini aja!"

"Tapi Mas, itu si Nada–"

"Sayang ...."

"Ck ... ya, ya." Athifa mendesis kesal, lalu kembali duduk dan diikuti oleh Nury dan Kayra yang sedang mengulum senyuman manahan tawa.

Sementara Nada yang sudah masuk ke dalam  kamar rawat Athar, langsung menghampiri Athar yang masih terbaring lemah dan tak sadarkan diri di atas brangkar.

Nada meraih tangan Athar lalu menggenggamnya serta menciumnya dengan waktu yang cukup lama.

"Mas ...." lirih Nada dengan suara bergetar lalu mengusap wajah Athar hingga kening Athar yang telah diperban.

Tak lama kemudian Athar mulai mengerjap-ngerjapkan matanya, dan perlahan Athar membuka kedua matanya.

"Mas, kamu sudah sadar? Alhamdulillah ya Allah ...." ucap Nada yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya melihat Athar sudah siuman.

Athar menerbitkan senyuman indah di bibirnya yang pucat setelah melihat sosok sang istri tengah duduk disampingnya. Nada membalas senyum sang suami tak kalah indahnya juga.

"Kamu gak papa? Nggak ada yang luka atau lecet kan di tubuhmu?" Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Athar, Nada tergelak sejenak dan itu menambahkan aura cantik Nada yang membuat Athar semakin terpesona.

"Aku Nggak apa-apa dan baik-baik saja, Mas. Justru harusnya malah aku yang khawatir sama kamu Mas. Pasti seluruh punggung kamu sakit semua ya, trus ini juga pasti sakit banget, kan?" ucap Nada sambil mengusap-usap bagian kening Athar yang diperban.

"Masyaa Allah, Nada seperti sangat menghawatirkan keadaanku, terlihat jelas sekali di rona wajahnya seolah dia tidak ingin kehilanganku. Apa itu artinya dia sudah mulai mencintaiku?" pikir Athar dalam hati.

Athar terkesiap saat mendengar isak tangis Nada.

"Lho, kok nangis?" tanya Athar heran

"Mas, maafin aku ya. Gara-gara aku kamu malah mengalami semua ini. Harusnya aku yang terbaring di sini, bukan kamu. A–aku mohon maafin aku ya, Mas ...." ucap Nada sambil terisak.

Athar tersenyum mendengar ucapan Nada. Ia mengulurkan tangannya lalu mengusap air mata di wajah Nada.

"Kenapa harus minta maaf segala? Sudah menjadi kewajibanku untuk melindungi kamu. Udah, kamu gak perlu merasa bersalah seperti itu. Lagian aku juga udah gak papa kok." ucap Athar dengan suara khasnya, lembut. "Senyum dong ...." Nada pun menerbitkan senyuman indah pada bibir pink–nya sesuai permintaan sang suami.

"Masyaa Allah, tuh kan cantiknya jadi nambah kalo lagi senyum gitu." puji Athar sambil menggoda Nada. Wajah Nada merah merona mendengar ucapan sang suami. Ia pun menundukkan wajahnya. Athar semakin jadi gemes melihat itu.

Suasana indah itu tak berlangsung lama seiring terdengar suara deheman dari belakang Nada. Kedua mata Nada membola saat menyadari bahwa para sahabatnya dan sahabat  suaminya masih ada di sana bahkan sekarang mereka berenam sudah ada dalam ruangan yang sama dengannya, yaitu di ruang rawat Athar.

"Athifa, Nury, Kayra ... kalian be–belum pulang ...?" tanya Nada pelan. Malu. Ketiga sahabatnya memutar bola mata malas.

"Ya iya lah kita masih disini, lah wong lo aja masih disini. Tega apa kita biarin lo sendirian disini?" cetus Kayra mewakili Athifa dan Nury.

Nada tersenyum canggung. "Afwan!" Ketiganya hanya mengangguk.

"Ehem ... ada yang bisa jelasin nggak, salah satu diantara kalian berdua?" tanya Nury yang diawali dengan deheman dan dilanjutkan dengan anggukan oleh Athifa dan Kayra. Sementara Nada mengerutkan keningnya tanda kurang paham dengan pertanyaan Nury.

"Maksud kamu?" tanya Nada tak mengerti.

"Tuh ...." ucap Nury sambil menunjuk ke arah tangan Nada dan Athar yang saling bertautan.

Nada dan yang lainnya menoleh mengikuti ke arah yang ditunjuk Nury. Nada membelalakkan kedua matanya lalu segera melepas tangannya dari tangan Athar. Mendadak Nada jadi gelagapan dan salah tingkah.

Athar yang mengerti Nada, kembali meraih tangan Nada lalu menggenggamnya. Nada menoleh pada Athar yang sedang memberikan senyuman teduh kepadanya, membuat hati Nada kembali tenang. Nada pun membalas senyuman Athar dengan senyuman yang tak kalah meneduhkan juga.

"Yaelah, bukannya menjawab malah saling lempar senyum gitu." gerutu Nury kesal.

"Maaf, boleh nggak pinjem Nada sebentar?" tanya Athifa melirik ke arah Athar dan Nada secara bergantian. Nada menoleh ke arah Athifa lalu menoleh kembali ke arah Athar meminta pendapat.

Athar kembali tersenyum teduh kearah Nada lalu mengangguk tanda ia setuju.

"Ayo Nada cepeeet, kita harus bicara!" seru Nury tidak sabaran. Nada beranjak dari duduknya lalu melangkah mengikuti ketiga sahabatnya menuju luar kamar rawat Athar.

"Kapan?" tanya Raka mengintimidasi Athar tiba-tiba setelah para wanita berada diluar ruangan, membuat Athar reflek menoleh kearahnya.

"Sejak kapan kamu dan si Nada itu menikah?"  Athar tersenyum mendengar pertanyaan Raka.

"Jadi, kalian paham rupanya." ucap Athar disela-sela senyumnya.

"Kita itu sahabatan sudah lama lho, Thar. Jadi kami tahu dan paham kamu. Tidak mungkin kan seorang Athar yang kami kenal akan sembarang bersentuhan apalagi sampai ada acara peluk-pelukan segala dengan lawan jenis jika tidak ada ikatan yang sah?"

"Betul itu, pasti ada sesuatu yang ente sembunyikan dari kami, ayo sekarang ente tidak bisa mengelak lagi, jadi ente harus ceritain semuanya sekarang sama kita-kita!" sambung Fadhil yang juga penasaran.

"Aku malah bingung mau mulai cerita dari mana dulu ...." ucap Athar sambil menggaruk keningnya yang tiba-tiba gatal.

"Ya cerita aja gimana awalnya kamu nikah sama si Nada, kok bisa gitu kamu sama Nada? Padahal kan kayaknya kalian nggak saling kenal?" kali ini Zidan yang bertanya.

Athar menghela nafas panjang. Ingatannya kembali pada hari dimana ia harus merelakan impiannya untuk bersanding dengan seseorang yang sudah lama ia dambakan.

Namun takdir berkata lain. Ia terpaksa melupakan janjinya pada seseorang karena ia harus memenuhi permintaan sang ibunda yang selalu memohon kepadanya untuk  menyelamatkan nasib seorang gadis lain. Gadis malang yang baru saja sedang berkabung dari cengkraman dan ancaman seorang lelaki tua dan jahat dengan segala obsesinya untuk menikahi Nada. Sedangkan ia sendiri tidak tahu siapa gadis itu.

Dan siapa sangka bahwa gadis yang baru saja ia sebut namanya kala itu dalam kalimat sakral itu ternyata adalah Nada. Nada yang selama ini ia tahu namanya adalah Una. Nada yang selama ini ia tahu adalah sahabat dari istri Raka, sahabatnya sendiri. Nada yang selama ini diam-diam telah ia kagumi kepribadiannya. Hingga akhirnya rasa kagumnya itu berubah menjadi rasa cinta setelah ijab qobul terucap dalam sekali tarikan nafas. Ya, cinta itu hadir untuk seorang gadis yang bernama lengkap Tsabitah Qotrunnada setelah  dirinya menghalalkannya dihadapan bapak penghulu dan beberapa saksi lainnya.

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...

Haaai kakak... ini karyaku yang pertama disini. Minta like,vote n sarannya ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jangan lupa dijadikan favorit ya😘

Jomblo Fii SabilillahWhere stories live. Discover now