55. SALING LEMPAR LEDEKAN

Start from the beginning
                                    

"Yo'i bro ...." sahut Fadhil lagi.

"Astaghfirullah, na'udzubillahi mindzalik ya Allah ...."

Sementara Athar sibuk sendiri dengan hatinya yang tiba-tiba berdebar. Sama seperti di hari-hari yang lalu dan di saat-saat tertentu ia merasakan hal yang sama.

Raka mulai beranjak dari duduknya lalu melangkah keluar dari ruang belajar dan diikuti oleh ketiga sahabatnya.

Sampai di ruang depan tampak anak-anak panti riuh mengelilingi beberapa orang dan sepertinya sedang berebutan satu sama lain.

Keempat Sahabat Fillah membelalakkan mata saat atensi mereka berpusat pada empat sosok perempuan. Dan yang paling mengejutkan lagi warna jilbab yang dikenakan itu sama seperti yang  mereka sebutkan tadi.

Raka melangkah menghampiri mereka lebih tepatnya menghampiri istrinya, diikuti juga oleh para sahabatnya dari belakang.

"Athifa ...." sapa Raka pada Athifa. Reflek Athifa menoleh lalu tersenyum.

"Eh, Mas." Athifa bangkit lalu mencium tangan suaminya.

"Kamu kok ada disini?" tanya Raka heran.

"Lah, emang kenapa? Kami berempat kan emang sering main kesini. Trus kamu sendiri kenapa ada disini?" Athifa balik tanya pada suaminya.

"Ya sama seperti kalian, main juga sih kesini." jawab Raka yang diangguki oleh Athifa.

Sementara Athar saling lirik dengan Nada.

"Masyaa Allah ... apa mungkin hatiku berdebar karena ada Nada disini?" pikir Athar dalam hati.

"Ya Allah, ingin rasanya hamba menyapa mas Athar dan mencium tangannya seperti yang dilakukan Athifa sama suaminya! tapi gimana caranya ya?" ucap Nada dalam hati.

"Eh, tadi itu Mas nyebut-nyebut jilbab biru, asal nyebut atau emang sudah tahu kalo aku pake jilbab biru?" tanya Athifa penasaran.

"Ah ya, itu ... sebenarnya aku dan yang lainnya tadi asal nyebut saja sih." jawab Raka ala kadarnya.

"Oh, ya? tapi kok bisa pas gini ya?" Athifa bingung.

"Qodarullah sayang ...." ucap Raka lembut.

"Ehem ... Athifa dan Ustadz Raka, dilarang sayang-sayangan disini!" seru Kayra tiba-tiba. Membuat Fadhil dan Zidan terkekeh mendengar ucapan Kayra. Raka jadi salting dan garuk-garuk tengkuknya meski tidak gatal. Tapi tidak dengan Athifa.

"Emang kenapa? sudah halal juga." cibir Athifa pada Kayra yang ada di sampingnya.

"Yes I know ... tapi jangan disini juga keleees, kasihan kita-kita yang lagi jomblo dong, bikin baper tahu nggak."

"Ya gak papa dong dari pada si Nury pacaran sama cowok gak jelas, adanya nambah dosa." sindir Athifa sambil melirik ke arah Nury.

"Yeee apaan sih lo, lagian meski pacaran gue gak sampe pegang-pegang tangan, cuma jalan bareng doang, gue pacaran–"

"Apa?  Lo pasti mo bilang pacaran syar'i, kan? Kan Ustadz Athar pernah bilang tuh, gak ada yang namanya pacaran syar'i. Ya kan, Ustadz Athar?" Athar yang tadinya melirik ke Nada kini merotasi ke Athifa. Athar hanya menanggapinya dengan anggukan seraya tersenyum tipis.

"Tuh, apa gue bilang? Benar kan?" Nury mendengus kesal.

"Udah mendingan lo putus aja sama tuh cowok, noh ada Ustadz Fadhil yang jauh lebih keren dan lebih baik!" ucapan Kayra membuat Fadhil mengerjabkan kedua matanya berulang-ulang.

"Nah, betul tuh." sambut Athifa mendukung ucapan Kayra. Membuat Nury memonyongkan bibirnya.

"Aamiin ya Allah." Fadhil malah mengamininya dengan cepat namun terucap di dalam hati.

"Halah, malah ngeledek orang, padahal tadi lo bapernya minta ampun saat Ustadz Zidan bilang pengen lamar dengan sholawat." ucap Nury meledek Kayra balik membuat Kayra terdiam.

Kali ini giliran Zidan yang salting. Sesekali ia melirik ke arah Kayra yang membuatnya merasa kagum akan aura yang terpancar pada wajah Kayra yang saat ini terbalut oleh kerudung coklat. Namun itu tak berlangsung lama. Kalimat istighfar selalu ia cetuskan dalam hati.

Sementara Nada malah ketar ketir. Ia khawatir dirinya akan mendapatkan ledekan juga dari teman-temannya. Jadi ia memutuskan untuk menghindar dari mereka terlebih dahulu.

"Emmm, aku ke toilet dulu ya ...." pamit Nada pada teman-temannya dengan hati-hati.

"Lo kenapa, Nad? Kepalamu sakit lagi?" Pertanyaan Nury membuat Athar terkejut. Nada yang melihat reaksi suaminya jadi gelagapan.

"Lo gimana sih Nad, katanya udah sembuh. Tahu gitu kita gak akan biarin lo main dulu kesini!" protes Kayra khawatir pada Nada yang semakin gelagapan apalagi melihat reaksi Athar yang semakin terkejut.

"Ah nggak, nggak. A–aku ng–nggak papa kok. A–aku cuma pengen buang hajat saja." tutur Nada sambil tersenyum meski sulit.

"Oh gitu, ya udah gih buruan ke toiletnya!" ucap Nury lega Begitu juga dengan Athifa dan Kayra. Nada mengangguk dan langsung melangkah menuju toilet.

"Apa? Jadi selama ini Nada sakit? Dan aku tidak tahu? Astaghfirullahal 'adzim ... suami macam apa aku ini yang berminggu-minggu telah mengabaikan istriku sendiri?" monolog Athar dalam hati.

Melihat yang lainnya terlibat percakapan, perlahan Athar melangkah mundur. Ia berniat ingin menyusul Nada secara diam-diam.

Sementara di dalam toilet, Nada mengelus-elus dadanya yang terus berdebar.

"Dasar Nury dan Kayra, kenapa mereka harus bilang kalo aku sempat sakit sih? Terus aku harus bilang apa dong kalo sampai mas Athar bertanya nantinya?" tanya Nada bingung sendiri.

Setelah tak terlihat oleh Raka dan yang lainnya, Athar melangkah tergesa-gesa sehingga ia malah tak sengaja menyenggol seorang gadis remaja yang sedang membawa secangkir teh hangat. Alhasil teh hangat itu tumpah mengenai lengan baju Athar hingga tangannya.

"Astaghfirullahal 'adzim!" seru Athar dengan kekagetannya.

"Aduh, ma–maaf Ustadz, saya nggak sengaja." ucap gadis remaja itu penuh sesal.

"Nggak papa, nggak papa." sahut Athar sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa panas.

Reflek gadis remaja itu meraih selembar tisu yang ada di meja laci di sampingnya lalu mengusap-usap tangan serta baju Athar yang basah dengan tumpahan air teh tadi. Hal itu tak luput dari penglihatan Nada yang baru saja keluar dari toilet.

Nada terdiam dan bungkam melihat semua itu. Ada rasa nyeri yang tiba-tiba melanda hatinya. Matanya juga berkaca-kaca melihat pemandangan di depan matanya.

Athar juga terdiam dan tercegat saat melihat Nada apalagi reaksi Nada yang sulit diartikan.

Nada segera berlari kecil meninggalkan tempat yang membuat hatinya terasa nyeri.

"Ya Allah, Nada pasti sudah salah paham." pikir Athar dalam hati.

Tanpa menghiraukan gadis remaja itu, Athar juga ikut melangkah menyusul Nada.

"Nada tunggu!"

To be continue

==========

Assalamu'alaikum...
Haaai kakak... ini karyaku yang pertama disini. Minta like, vote n sarannya ya...
Salam sayang dari author.
Terima kasih kakak 💗

Jangan lupa dijadikan favorit ya😘

Jomblo Fii SabilillahWhere stories live. Discover now