Bab 77

78 0 0
                                    

Gabby sudah kembali ke apartemen dan bertemu dengan George yang sudah menunggu di lobi. Sebelumnya mereka memang sudah janjian dan George memilih untuk menunggu Gabby di sana. Pria itu terduduk sambil bermain catur online di aplikasi ponselnya. Sementara Gabby yang baru saja memasuki lobi, seketika menghela napas saat menyadari bahwa dia akan berakting kembali menjadi sosok Angella. Dengan satu tarikan napas, Gabby pun memantapkan hati untuk melangkah dan menghampiri George.

“Ello!” sapa Gabby dengan senyum yang merekah.

George mendongak, memandang ke sumber suara. Kemudian menatap Gabby dengan tatapan berbinar hingga mengabaikan permainan yang sedang berlangsung.

“Eh, hai!”

“Udah lama?” tanya Gabby mencoba berbasa-basi.”

George menghela napas dengan kedua alis yang terangkat, lalu mematikan layar ponselnya dan memasukan benda pipih tersebut ke kantung celana.

“Emh, lumayan.”

“Yaudah, naik aja, yuk!”

Gabby mengajak untuk naik ke kamarnya dan mereka pun berjalan bersisian menuju lift.

“Maaf, ya. Malah bikin kamu nunggu,” ucap Gabby setelah berada dalam lift.

Kebetulan mereka hanya berdua di dalam lift.

George tersenyum simpul sambil mengangguk pelan. “Santai aja. Kan, aku yang ngajak ketemu.”

Gabby menepuk-nepuk punggung George, merasa bangga atas respons pria itu. Sampai akhirnya pintu lift terbuka dan mereka masuk ke kamar.

“Hari ini kamu mau kita nge-date ke mana?” tanya George antusias.

“Aduh, kayaknya aku capek, deh, Ell. Gimana kalau kita di sini aja?”

Senyuman George perlahan memudar. Sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu di luar dengan Gabby. Namun, apalah daya. Dia tak bisa memaksakan kehendaknya kepada gadis itu.

“Nggak apa-apa ka, Ell?” tanya Gabby dengan kedua alis yang terangkat.

“Oke, nggak apa-apa, kok. Aku ngerti kalau kamu capek.”

“Makasih, El.”

George mengangguk sambil tersenyum simpul.

“Gimana kalau kita nonton netflix aja?”

Kini George kembali antusias mendengar ajakan Gabby.

“Boleh! Kedengerannya seru.”

Gabby pun menyalakan home theater dan menyiapkan berbagai macam cemilan dan soft drink sebagai pelengkap menonton. Kemudian, mereka duduk bersebelahan di sebuah sofa berwarna merah, depan televisi.

“Kamu suka film apa?” tanya Gabby sambil memilah-milih judul film dan series dengan remotnya.

“Kriminal, action, thriller. Kayaknya nggak ada yang kamu suka, deh. Biasanya cewek sukanya drakor, kan?”

Gabby melayangkan tatapan sinis seraya menyikut George yang terduduk di sebelahnya.

“Enak aja! Aku suka genre apa aja selama seru!”

George mengulum senyum sambil mengangguk-angguk. Sampai dia tak sadar bahwa Gabby tengah terpaku dengan sebuah judul film yang sinopsisnya bertuliskan seorang mafia yang menawan gadis cantik di sebuah mansion.

Seketika, dia jadi teringat Raizel dan ingin menonton film tersebut karena dirasa mirip dengan kisahnya.

“Gimana kalau kita nonton ini?” ajak Gabby, antusias.

George hanya melihat cuplikan trailernya tanpa membaca sinopsis. Pria itu melihat beberapa adegan baku tembak dan para anggota kepolisian yang menangkap para mafia.

“Emm, sepertinya menarik.”

George pun menyetujui ajakan Gabby untuk menonton film tersebut, tanpa tahu maksud dan tujuan wanita itu sebenarnya.

Gabby menghela napas pelan. Ada sedikit perasaan tak enak karena harus mengingat Raizel di tengah-tengah kencannya bersama George.

‘Duh, kenapa aku jadi kayak lagi selingkuh gini, sih?’

Sebenarnya Gabby lebih tidak enak lagi kepada Raizel karena harus membawa George ke kamarnya untuk kedua kali, walau hanya sekadar menonton.

‘Kalau Rai tahu, pasti dia ngambek lagi. Maaf ya, Rai. Ini demi kebaikan bersama.’

***

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang