Bab 75

260 2 2
                                    


"Aku nggak suka kamu mesra-mesraan sama dia!" rengek Raizel setelah merebut ponsel Gabby begitu saja.
Gadis itu mengangkat kedua alisnya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Raizel.
"Tapi itu cuma akting, Rai!"
"Kamu doang yang akting, dia enggak!" tegas Raizel, mengerucutkan mulutnya.
Gabby mendengus lalu menggeleng secara perlahan.
"Kamu ada-ada aja, deh. Kamu yang nyuruh tapi kamu sendiri yang nggak rela. Kalau udah kayak gini, nanti pas dia nanya kenapa teleponnya putus, aku harus jawab apa?"
Raizel menggoyang-goyangkan ponsel yang layarnya sudah mati itu di depan wajah Gabby, dengan senyum yang mengembang.
"Bilang aja lowbat!"
Pria itu menjulurkan lidah sambil menjulingkan mata, bermaksud untuk meledek Gabby.
"Ih, nyebelin banget, sih!"
Alhasil Gabby menggelitik perut sixpack Raizel hingga mereka tertawa dan tak sadar akan kedatangan Lascrea.
Lagi-lagi, Raizel lupa mengunci kamar sebelum tertidur semalam.
"Selamat pagi, Bos!" Senyum Lascrea mengembang saat membuka pintu kamar Raizel. "Kebiasaan nih, pintunya nggak dikun–"
Namun dalam hitungan detik, senyum itu surut, berganti dengan raut terkejut saat melihat pemandangan yang ada di depan mata.
"Eh, Rea?" Raizel tak kalah syok dari Lascrea. Sementara Gabby hanya tertunduk malu karena dia sedang tak berbusana, hanya tertutup selimut yang melilit tubuhnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" desis Lascrea dengan tatapan nanar.
Dia mengepalkan tangan, menahan buncahan lahar yang menggeliat dalam dada. Sesekali menelan saliva yang terasa getir di tenggorokan.
'Apa aku nggak salah lihat? Mereka tiduran satu ranjang dan nggak pake baju?'
Entah kenapa dadanya merasa terimpit, rasa nyeri mencuat begitu saja di ulu hatinya.
"Emmh.... "
Raizel sedang mencari-cari alasan seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Namun, dia tak menemukan satu pun alasan yang masuk akal untuk menghindari sebuah fakta. Dia dan Gabby sudah tertangkap basah dan tak bisa beralasan apa pun lagi saat ini.
"Maaf, Rea! Aku belum sempet kasih tau kamu. Sebenarnya kita pacaran," ucap Raizel hingga membuat Gabby menoleh dengan spontan ke arah kekasihnya itu.
Gabby tak pernah membayangkan jika Raizel akan memperkenalkannya sebagai kekasih dengan situasi seperti ini. Apalagi kepada Lascrea.
Sebenarnya Gabby sudah peka sejak awal jika Lascrea memiliki perasaan lebih terhadap Raizel. Perasaan yang lebih dari sebatas atasan dan bawahan.
"Oh, baik. Maaf kalau aku sudah ganggu."
Lascrea pamit undur diri setelah menunduk, memberi hormat untuk segera bergegas dari kamar Raizel.
Dia pun berlari ke kamarnya sambil menahan air mata yang sudah tak sanggup ingin melesak ke luar dari kelopak mata.
'Jadi selama ini kalian ...?'
Bak petir menyambar, menggelegar di atas kepala. Seketika, luruh air mata tak mampu terbendung, dan Lascrea terduduk lemas di lantai kamarnya, setelah masuk dan mengunci pintu. Benteng kekuatan jebol, sekan hancur sehancur-hancurnya.
Rasanya sudah tak ada lagi secercah harapan untuk memiliki Raizel. Entah kenapa dari sekian banyak wanita yang Raizel dekati, hanya Gabby yang membuat Lascrea sesakit ini.
Dia selalu merasa bahwa dia satu-satunya wanita yang paling berkesan di rumah ini karena Raizel sendiri yang telah membawanya dari jalanan terus berhasil merawat dan mendidik Lascrea hingga saat ini. Namun perasaan tersebut mendadak sirna saat kemunculan Gabby yang hampir serupa dengan nasibnya. Bukankah secara tidak langsung Gabby juga berbeda dengan staff lain di rumah ini? Gadis itu dirawat dan dididik dengan sungguh-sungguh oleh Raizel, seperti Lascrea sepuluh tahun silam. Bedanya, Gabby berhasil memenangkan hati Raizel, sedangkan Lascrea tidak.

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن