Bab 65

136 1 0
                                    

“Ngomong-ngomong, udah sampe mana perkembangan kasus lo? “ tanya Dion, bernada pelan, khawatir terdengar yang lain.

“Wah, bahaya kalau dibahas di sini. Intinya gue udah nemuin petunjuk baru di salah satu tempat.”

“Terus?”

“Tapi tempat itu sulit ditembus. Sistemnya beda banget sama El Camorra,” bisik George.

“Jadi, sampai saat ini lo belom bisa masuk ke sana?”

“Enggak.” George menggeleng sambil menunduk untuk mengaduk makanannya.

“Sebaiknya lo hati-hati, ya. Jangan gegabah kayak kemaren,” saran Dion.

“Tenang aja, Yon. Lo udah ratusan kali ngingetin gue. Tapi lihat! Sampe saat ini gue masih aman, kan?”

Dion berdecak sambil menggeleng.

“Gue Cuma khawatir aja kalau lawan lo kali ini bukan orang sembarangan.”

“Iya, iya!”

Tiba-tiba ponsel George berdenting, menandakan ada sebuah notifikasi dari pesan yang muncul. Pria itu pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu melihat nomor tak dikenal mengirimkan sebuah pesan via aplikasi hijau.

[Hai, Ello! Ini aku Angela.]

Tak salah lagi. Pasti Gabby.

[Kayaknya nanti malem aku jadi minta tagihan laundry, deh. Tapi jangan Ditransfer, ya!]

George menaikkan sebelah alis sambil mengetik untuk membalas pesannya.

[Hai, Angella! Terus gimana?]

Tak ada lima menit, Angella segera membalas kembali pesannya.

[Gimana kalau kita ketemu lagi?]

[Di mana?]

[Di tempat kemarin, gimana? Kali ini aku yang traktir.]

George terdiam beberapa detik hinga akhirnya membalas dengan satu kata.

[OK!]

Gabby tersenyum puas setelah mendapat balasan persetujuan dari George. Dia pun segera menelepon Raizel sambil berjalan kembali ke apartemen, usai membayar makanan yang dibungkus.

“Halo, Bos!”

“Iya, bagaimana?”

“Tadi aku habis membuntuti target ke rumah makan. Dia sempet syok ketemu aku lagi.”

“Jangan terlalu menunjukkan kalau kamu membuntutinya, Gabby!” seru Raizel di balik telepon.

“Tenang saja, Rai. Dia tahu kalau apartemenku di dekat sini. Jadi besar kemungkinan jika akan sering bertemu.”

Terdengar helaan napas panjang di balik telepon. Meskipun Raizel sudah mengirim ajudannya untuk menjaga Gabby dari jarak jauh, tetap saja dia merasa khawatir.

“Baiklah kalau gitu. Hati-hati, ya!”

“Iya, Rai. Besok aku sudah membuat janji pertemuan dengannya di tempat pertama.Sepertinya aku harus lebih ekstra lagi menggoda dia, karena dia masih belum terbuka soal identitasnya,” jelas Gabby.

Tanpa sadar Raizel mengepalkan tangannya, merasa cemburu jika harus membayangkan Gabby akan semakin dekat secara intense dengan George. Namun, mau bagaimana lagi. Mereka harus bertindak secara profesional.

“Baiklah. Semoga sukses,” ucap Raizel, menahan rasa kesal di dasar hati.

Setelah berbincang beberapa menit, Gabby pun mengakhiri panggilannya, bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

Di sisi lain, Lascrea memperhatikan Raizel yang baru saja berbicara dengan Gabby melalui telepon.

“Gimana perkembangan Gabby di sana, Bos?” tanya Lascrea sedikit penasaran.

“Besok dia akan bertemu dengan George lagi. Sepertinya Gabby akan mulai mendekati secara intense,” jawab Raizel, tak bersemangat.

“Loh, bagus, dong?” Berbeda dengan Raizel, Lascrea sangat senang mendengarnya.

Raizel pun hanya mengangguk, memaksakan senyum. Sesungguhnya dia belum bercerita kepada Lascrea mengenai hubungannya dengan Gabby. Pria itu pun termenung, membayangkan segala kemungkinan yang akan terjadi, yang dapat memantik api cemburu pada dirinya.

***

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें