Bab 58

180 1 0
                                    

“Bandel ya, kamu!” Raizel menjewer telinga Lascrea hingga gadis itu meringis kesakitan.

“Argh! Sakit, Bos!” Lascrea menggosok-gosok telinganya yang memerah setelah Raizel melepaskan jewerannya.

“Bukannya kerja, malah nge-mall!” oceh Raizel sambil bertolak pinggang.

Lascrea hanya mencebik. “Bos juga ngapain di sini, hayo? Bukannya kerja, malah nge-mall.”

Raizel mendongak dengan kedua alis yang terangkat.

“Aku mau makan siang abis anterin Gabby! Hayo, mau apa?”

Lascrea hanya cengengesan lalu menggandeng Raizel hingga mereka melangkah secara perlahan.

“Yaudah kalau gitu, ayo kita makan bareng!” seru Lascrea dengan antusias.

“Eh, eh, eh! Dasar ya, anak gatau malu!”

“Udah ah, bawel!”

Lascrea terus menyeret lengan Raizel hingga pria itu melangkah dengan tertatih- tatih.

Tanpa dosa, Lascrea terduduk di bangku restauran yang dipilih oleh Raizel. Dia terlihat sangat senang bisa menikmati makan siang bersama Raizel lagi, setelah sekian lama. Setelah memesan makanan di kasir, Raizel pun melangkah ke arah Lascrea dan terduduk di hadapannya.

“Kamu kok jadi mirip Gabby gini, sih?” tanya Raizel sewot.

“Masa? Perasaan kamu aja kali!” Lascrea menjawab dengan santai, seolah tak ada apa-apa.

Raizel terdiam, masih mengamati perubahan Lascrea.

“Kenapa? Cantik, ya?” goda Lascrea.

Raizel pun mendengus sambil membuang muka. Kemudian menggeleng pelan seraya berkata, “Nanti kalau George ketemu kamu dengan penampilanmu yang seperti ini, bisa-bisa dia curiga.”

Lascrea mengerutkan keningnya lalu membantah, tak terima.

“Emang di dunia ini yang punya gaya kayak gini Cuma Gabby doang?” tanyanya sewot.

“Ya enggak, sih.”

“Makanya, Bos nggak usah overthinking!” gerutu Lascrea.

Raizel menghela napas gusar lalu mengusap lembut punggung tangan Lascrea sehingga menciptakan desiran lembut pada hatinya.

“Lagian aku lebih suka Lascrea yang dulu. Kamu lebih cantik dengan rambut panjang dan pakaian serba hitam kayak Wednesday Adam.”

Lascrea terpaku sejenak untuk meresapi omongan Raizel. Kemudian dia membuang muka seraya meminum segelas air mineral yang baru saja disajikan oleh pelayan restauran.

‘Percuma saja aku cantik kalau kamu nggak suka sama aku, Rai!’

Setelah makanan pesanan mereka sudah siap dihidangkan, akhirnya Raizel dan Lascrea pun menikmati makan siangnya dengan hikmat.

Melihat Lascrea yang makan dengan begitu lahapnya, seketika Raizel teringat momen di saat pertama kali dia mengajak Lascrea ke rumahnya dan menghidangkan berbagai macam makanan lezat. Sudah begitu banyak hal yang berubah sejak saat itu. Raizel mulai berpikir dan menyadari jika kehadiran Gabby membuat dirinya semakin renggang dengan Lascrea.

‘Maafin aku, Rea.’

Tanpa sadar Raizel bergumam seraya memperhatikan Lascrea yang sibuk sendiri dengan makanannya.

“Makan, Bos! Aku tahu aku jadi cantik banget. Tapi jangan perhatiin aku sampe segitunya,” sindir Lascrea. Rupanya dia sadar kalau Raizel tengah memperhatikannya.”

Raizel pun mendengus sambil menggeleng pelan.

“Pede banget, wle!”

Lacrea sadar bahwa tatapan Raizel yang baru saja dilayangkan kepadanya bukanlah tatapan tajkub ataupun terpesona. Dia merasakan adanya perasaan iba dari sorot mata Raizel. Perasaan iba yang bercampur dengan rasa bangga.

‘Apa aku bisa merubah sudut pandangmu untuk tidak melihatku sebagai keluarga lagi, Rai? Aku sudah berjuang sejauh ini. Aku harap kau menyadarinya suatu saat nanti.'

Lascrea berusaha menikmati makanannya walau dalam hati dia merasakan ada seonggok duri yang menancap. Duri yang hampir mencabik-cabik perasaannya hingga membuat hatinya semakin terkoyak . Perih

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum