Bab 50

184 2 0
                                    

Setelah menagis di pusara kedua orang tuanya, Raizel pun mengantar Gabby ke makam orang tuanya. Tak jauh berbeda dengan Raizel, Gabby juga menumpahkan semua air matanya di hadapan pusara Riko dan Laura. Dia bercerita tentang kehidupannya saat ini bersama Raizel.

“Awalnya aku kesal sama Mama dan Papa. Kenapa kalian begitu tega meninggalkanku seorang diri hingga aku ditangkap oleh dua preman yang sangat menyeramkan. Aku tahu harus menjalankan hidup seperti apa jika menjadi tawanan dari seorang mafia yang kau hutangi,” jelas Gabby sambil menabur beberapa bunga.

Raizel yang menemani gadis itu dan memperhatikannya dari belakang hanya bisa tersenyum simpul. Dia jadi teringat ketika pertama kali menangkap Gabby hingga berniat memperkerjakan gadis itu di El Camorra. Namun, hingga detik ini Raizel belum mengetahui alasannya sendiri kenapa sejak awal dia sangat perduli kepada Gabby, hingga menyuruhnya berhenti di El Camorra dan bekerja di rumah saja.

“Setelah aku menjalankan kehidupan baruku hingga detik ini, ternyata aku harus berterima kasih kepada Mama dan Papa. Di balik semua pilu ini, rupanya Tuhan menyiapkan rencana yang lebih indah. Aku tak menyangka jika Raizel sangat amat berbeda dengan ekspektasiku.”

Gabby menoleh ke arah Raizel, lalu melanjutkan ucapannya.

“Cowok yang awalnya kupikir nyebelin, jahat, tak punya rasa belas kasih, ternyata adalah sosok yang luar biasa baik.” Gabby mulai menitikkan air matanya.

“Aku bahagia tinggal dengannya, Ma! Pa! Jadi kalian tak perlu mengkhawatirkanku, ya! Aku makan dengan layak di sini.”

Raizel melangkah secara perlahan, lalu mendekap Gabby untuk memberi dukungan. Sampai akhirnya gadis itu terisak dan meluapkan segala keluh kesahnya di kuburan.

***

Lagi-lagi Lascrea tak mendapati Raizel di ruangannya. Dia bahkan memasuki kamar Gabby dan Raizel secara tidak sopan, hanya untuk memastikan keberadaan mereka.

“Cari apa, sih,Rea? Dari tadi kayaknya panik,” tanya salah satu ajudan Raizel yang melihat Lascrea tampak mondar-mandir.

Lascrea berdecak sebal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Bos ke mana, sih? Kenapa akhir-akhir ini dia selalu bolos dan tak ada di ruang kerjanya?”

Pertanyaan Lascrea cukup menjawab dan menunjukkan bahwa kesibukan yang tengah dia lakukan saat ini adalah semata-mata sedang mencari keberadaan bosnya.

“Oh, si Bos? Tadi dia bilang mau ke pemakaman.”

Sontak Lascrea membulatkan mata akibat terkejut. “Pemakaman? Pemakaman siapa? Kok, dia nggak bilang?”

Ajudan itu hanya mengedikkan bahu tanpa menjelaskan lebih detail.

“Sama siapa dia ke pemakaman?” tanya Lascrea lagi dengan perasaan risau yang menyeruak dalam kalbu.

“Kalau nggak salah sama Gabby.

Benar saja dugaan Lascrea. Bosnya ternyata sedang bersama Gabby. Otomatis, Lascrea mengepalkan tangannya untuk menahan kesal. Bagaimana mungkin dia tak merasa kesal? Biasanya Lascrea menjadi tangan kanan Raizel yang selalu menemaninya ke mana pun pria itu pergi. Namun sekarang semuanya berubah. Sosok Lascrea seperti terlupakan begitu saja sejak kehadiran Gabby.

Meskipun dia tahu sendiri bahwa sebentar lagi Gabby akan pindah sementara, tetap saja Lascrea selalu menjadikan wanita itu sebagai ancaman untuknya.

‘Bagaimana pun caranya, aku nggak akan biarin tikus kecil itu rebut posisiku!’

Lascrea pun melenggang pergi, meninggalkan ajudan yang kebingungan terhadap sikap Lascrea.

“Awas aja kamu, Rai! Pulang-pulang, abis kamu!” gerutu Lascrea.

Wanita itu berniat akan memarahi Raizel jika mereka sudah kembali.

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANWhere stories live. Discover now