Bab 69

130 1 0
                                    

Gabby membaringkan George secara perlahan di kasurnya. Dia bahkan melepas sepasang sepatu pria itu agar dia tak merasa pegal saat terbangun esok hari.

“Untuk malam ini aku izinin kamu tidur di kasurku. Biar aku yang tidur di sofa,” ucap Gabby sambil tersenyum simpul memperhatikan wajah tampan George yang sedang terlelap.

Baru saja Gabby bangkit untuk melangkah menuju sofa, tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan oleh George.

“Jangan pergi!”

Hal itu membuat Gabby sedikit teringat kenangannya bersama Raizel saat mereka berhubungan untuk pertama kali.

Dalam hitungan detik, George mearik tangan Gabby hingga gadis itu ambruk di pelukannya.

“Makasih, Anggela!”

Gabby mengerutkan kening dan bertanya dalam hati. ‘Loh, dia masih sadar?’

“Kehadiran kamu bikin aku semangat buat jalanin hidup yang sangat berat ini, Ngell. Makasih, ya!”

George berkata dengan suara parau seperti orang mengigau. Bahkan bau alkohol yang menguar dari mulutnya sangat menusuk hidung hingga Gabby harus mengibas-ngibas udara di depan hidungnya.

“Kamu masih sadar, Ell?” Gabby bertanya sambil menoleh ke arah George yang masih terpejam.

Tak ada lagi jawaban yang terlontar dari mulut manis pria itu. Sepertinya dia sudah benar-benar pulas saat ini.

Gabby mendengus seraya menggeleng pelan. Kemudian melepas pelukan George secara perlahan agar dia bisa melanjutkan niatnya untuk tidur di sofa.

Keesokan harinya ....

Gabby membuat sarapan untuk dirinya dan George yang masih tertidur pulas di kasurnya. Pagi itu Gabby membuat sandwich dari daging sapi berkualitas yang sudah disediakan Raizel dalam kulkasnya. Aroma kelezatan dari daging yang dia masak ternyata menyusup melalui celah pintu kamar hingga membangkitkan George dalam mimpinya.

Pemuda itu mengendus-ngendus lalu membuka mata secara perlahan sambil meregangkan otot-ototnya.

‘Di mana aku?’

Pandangannya menjelajah seisi kamar yang begitu berbeda dengan ruangan miliknya. Kemudian dia mencoba bangkit dan keluar dari kamarnya hingga terhenti beberapa meter di hadapan Gabby yang tengah berkutat menyiapkan sarapan di meja makan.

‘Rupanya aku ada di apartemen dia.’

Kesadaran George telah sadar sepenuhnya. Dia pun tersenyum melihat Gabby yang begitu gesit dalam menyiapkan makanan.

“Hai, udah bangun?” Gabby menyadari jika George tengah memperhatikannya. Dia pun menyempatkan diri untuk memandang pria itu dan menyapa dengan senyuman terbaiknya.

“Maaf, semalem aku mabuk, ya?” George menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Gabby sedikit terkekeh lalu berkata. “Santai aja. Untung kamu ketemu aku. Coba kalau ketemu cewek genit, bisa dibungkus!” ejek Gabby dengan mata terpicing.

“Wow, enak, dong?” goda George sambil menarik kursi untuk terduduk di meja makan.

Gabby pun membelalakkan mata mendengar celotehan George. “Ish, kamu ini!”

Setelah menyiapkan semuanya, Gabby bergegas untuk membuka pintu bakon agar udara segar masuk dan berganti dengan udara pengap dalam apartemen. Dia bahkan membawa semprotan air untuk menyemprot beberapa tanamannya yang ada di balkon.

“Kamu nagpain di sana? Ayo makan bareng!” Teriak George dari meja makan.

“Iya, iya sebentar lagi! Aku Cuma nyemprot tanaman dulu, Ell!”

Gabby menjawab dengan senyuman yang merekah. Sampai akhirnya senyuman itu mendadak pudar secara perlahan saat melihat sosok yang dia kenal tengah memperhatikannya dengan tatapan nanar di balkon kamar sebelah.

‘Raizel?’

Gabby menelan saliva yang terasa getir. Dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kenapa ada Raizel di sini?

****

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANWhere stories live. Discover now