Bab 12

499 8 0
                                    

“Heyyo, my friend!” seru Raizel pelan sambil menyeringai.

Sontak Arnold segera mengangkat tangan setelah melihat sosok Raizel yang siap menembak dirinya.

“Wow! Santai, Bro! Kenapa harus bawa pistol?” tanya Arnold sambil terkekeh, merasa tak berdosa.

“Harusnya gue yang tanya lo! Kenapa lo seenaknya bawa Gabby ke sini?"

“Kenapa? Dia pacar lo? Biasanya juga yang lain boleh!” bantah Arnold masih tak terima.

“Nggak usah banyak bacot! Serahin Gabby sekarang juga atau gue tembak kepala lo!” gertak Raizel masih berusaha.

“Bro! Gue udah abisin banyak uang buat dia,” rengek Arnold sambil menjambak rambutnya sendiri.

“Nanti gue balikin dua kali lipat! Cepet serahin Gabby ke tangan gue! Lo nggak mau gue blokir akses lo ke El Camorra buat selamanya, kan?”

Arnold menggertakan rahang hingga akhirnya berjalan menghampiri Gabby yang masih meringkuk di kasur. Raizel menunggu sambil tetap memegang kuat senjatanya.

Baru saja Arnold memegang Gabby untuk membantunya bangun, dia pun berubah pikiran dan segera mengambil pistol peredam suara di atas nakas lalu dengan sigap menembak ke arah Raizel. Untungnya Raizel pandai menghindar. Justru malah pelayannya sendiri yang terkena tembakan hingga meregang nyawa.

“Wah, rupanya lo nggak mau kita omongin baik-baik, ya!” desis Raizel lalu berlari zigzag mendekati Arnold dengan cepatnya.

Dalam hitungan detik, Raizel telah berada di depan Arnold lalu menjatuhkannya dengan teknik jiujitsu hingga Arnold terjatuh di lantai. Tak perlu banyak membuat babak belur, Raizel pun mengunci Arnold dengan tangan dan kakinya hingga dia merasa tercekik dan pistol yang berada di tangannya pun terlepas otomatis.

Merasa nyawanya terancam, Arnold pun menepuk-nepuk lengan Raizel, tanda menyerah. Akhirnya Raizel pun melepas kunciannya lalu meraih pistol milik Arnold.

“Lo salah pilih lawan, Nold! Gue udah siapin bom di berbagai sudut rumah lo! Biarin gue dan Gabby pulang dengan damai. Kalau lo suruh para ajudan lo nangkep kita, gue nggak akan segan-segan ledakin rumah beserta kepala lo!” ancam Raizel lalu berjalan ke arah Gabby dan membantunya bangun.

Arnold sibuk memegangi lehernya sambil terbatuk. Tak dapat dipungkiri bahwa Raizel sangat kuat. Dia adalah pemilik sabuk hitam JiuJitsu sejak berada di bangku SMP.

“Ngerti lo!” gertak Raizel hingga Arnold mengangguk sambil meringkuk ketakutan.

Raizel pun menggendong Gabby yang terlihat lemas sambil berjalan keluar. Sepertinya para ajudan tidak tahu apa yang terjadi di kamar Arnold karena tembakan yang Arnold pakai tadi sudah dipasang alat peredam suara.

“Emang ada bom?” tanya Gabby lemas saat digendong Raizel.

Pria itu hanya tersenyum kecut lalu menggeleng. “Enggak lah! Biar dia takut aja.”

Akhirnya mereka berhasil meloloskan diri dan segera memasuki mobil yang terparkir di pekarangan rumah Arnold. Raizel meletakkan pistol di laci dashboard, lalu memakai sabuk pengamannya. Begitu pula dengan Gabby yang terduduk di kursi sebelah Raizel. Setelah gadis mungil itu menggunakan sabuk pengamannya, dia pun menoleh sambil tersenyum manis.

“Makasih, ya!” ucap Gabby.

Raizel mendengus kasar lalu menoleh ke arah Gabby yang terduduk di sebelahnya.

“Makanya jangan bego jadi cewek!” seru Raizel sambil menggeleng.

Gabby pun mengerucutkan bibirnya, lalu berkali-kali menggosok matanya yang berair.

“Udah! Yang penting sekarang lo baik-baik aja! Terlebih lagi....”

Raizel menoleh kembali ke arah Gabby sebelum dia melanjutkan ucapannya.

“Gue putusin lo berhenti kerja di El Camorra.”

Tentu saja Gabby terkejut mendengar ucapan Raizel. Dia membelalakkan mata seraya menegakkan punggung.

“Serius? Jadi Pak Bos mau bebasin aku pulang?” tanya Gabby dengan sorot mata berbinar.

Raizel terkekeh sambil menggeleng. “Enak aja!”

Raut wajah yang semula berseri kini mendadak suram hanya dalam sedetik.

“Yah, terus?”

Raizel menyunggingkan senyum lalu menjawab, “Gue mau lo jadi pelayan di rumah gue.”

“Argh!” Gabby mengacak rambutnya sendiri. Merasa prustasi dengan keadaan yang terus menimpanya.

Bagaimana bisa dia sanggup melayani bos menyebalkan seperti Raizel?

Di tengah rasa kesal Gabby, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menghadang dari depan hingga Raizel terpaksa banting setir dan menabrak pohon. Untung saja airbag berfungsi dengan baik ditambah Raizel dan Gabby menggunkan sabuk pengaman, jadi tak ada seorang pun yang terluka.

“Argh! Siapa, sih?” geram Raizel sambil memukul setir dan membunyikan klakson.

Raizel berusaha menghidupkan kembali mobilnya, tapi tak kunjung berhasil.

Beberapa meter dari arah kanan, terlihat seorang pria menggunakan topi baseball, melangkah mendekati mobil Raizel.

Sontak Raizel dan Gabby pun keluar dari mobil untuk nenghampiri pria itu. Setelah Raizel melihat sosoknya dari dekat, pikirannya menerawang beberapa saat.

“Kayaknya nggak asing,” batin Raizel.

Sementara Gabby hanya bisa berlindung di belakang Raizel sambil tetap waspada.

“Siapa itu, Bos?” tanya Gabby sedikit khawatir.

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang