BAB 37

269 1 0
                                    

Gabby menenteng banyak sekali tas belanja di tangannya, dibantu oleh Raizel dan beberapa staff yang sudah siap siaga di depan rumah. Lascrea yang berdiri di ambang pintu masuk pun mengernyit heran melihat bosnya yang baru tiba bersama Gabby dengan begitu banyak belanjaan.

“Bos, nggak salah?” bisik Lascrea, menghampiri Raizel yang tengah melangkah ke arah pintu masuk.

Raizel menaikkan kedua alisnya, memperhatikan Gabby dan seluruh belanjaannya, lalu menoleh ke arah Lascrea sambil menggeleng.

“Enggak! Emang salah kenapa?”

“Bos beli apa aja sebanyak ini?”

Lascrea pantas protes karena dia yang mengatur keuangan Raizel dan selalu mewanti-wanti kepada pria itu agar tidak menghambur-hamburkan uangnya, apalagi saat bisnis tidak berjalan lancar yang menyebabkan berkurangnya pemasukan.

Raizel pun menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Kemudian terkekeh sambil menjawab, “Emm, ya buat baju ganti Gabby.”

Lascrea menggeleng dengan tatapan nanar. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Raizel. Bisa-bisanya dia belanja sebanyak itu hanya untuk Gabby? Dia saja yang sudah sepuluh tahun mengabdi kepada Raizel, tak pernah diperlakukan sedemikian rupa.

‘Sungguh tak adil!’

Lascrea mengembus napas kasar lalu melangkah pergi meninggalkan Gabby dan Raizel yang termangu di teras rumah.

“Waduh, ngambek lagi!” desis Raizel dengan raut meringis.

Gabby menoleh ke arah Raizel setelah Lascrea sudah hilang dari pandangan.

“Kenapa, Pak Bos?” Gabby melayangkan pertanyaan retoris walau sebenarnya dia tahu kalau Lascrea marah karena Raizel membelikan banyak baju untuk dirinya.

“Emm, kamu masuk kamar duluan ya. Aku mau meluruskan masalah ini dulu dengan Rea.”

Entah kenapa ada perasaan mengganjal dalam hati Gabby saat Raizel hendak mengejar Lascrea dan meninggalkan dirinya. Apalagi saat Raizel memerintahkan salah satu ajudan untuk membawakan seluruh belanjaan dan membantu Gabby untuk membawanya ke kamar. Dalam hati kecil Gabby, dia ingin Raizel yang menemaninya, bukan yang lain. Namun gadis itu masih bisa menepis keinginan absurd tersebut dan menganggap kalau dirinya hanya melantur.

Lascrea memasuki kamarnya dengan raut wajah sebal. Berkali-kali dia berdecak hingga mendengus kasar, tatkala mengingat kejadian barusan.

‘Sebenernya mereka ada hubungan apa sih? Kenapa Raizel sampe segitunya perhatiin Gabby! Emang aku kurang apa di mata kamu, Rai? Aku udah banyak banget berkorban buat kamu tapi kamu nggak pernah sadar akan hal itu.’

Di tengah lamunannya, Raizel memasuki kamar Lascrea hingga wanita itu tak menyadari akan kedatangannya.

“Rea!” sapa Raizel lembut, seraya menyentuh pundak Lascrea.

Sontak wanita itu menoleh. Masih dengan raut wajah yang tak enak dilihat.

“Hmm?” Lascrea hanya menggumam, hingga Raizel menghela napas gusar.

“Kamu ngambek ya, aku belanjain Gabby sebanyak itu?” tanya Raizel setelah meraih bahu Lascrea dengan kedua tangannya.

Lascrea sempat menatap manik Raizel saat pria itu memandang wajahnya dengan lekat. Bagi Lascrea, sorot mata itu selalu berhasil meruntuhkan egonya  dalam situasi apa pun. Dia tak kuasa menatap Raizel terlalu lama. Akhirnya Lascrea hanya bisa menunduk untuk menghindari tatapan itu dengan kedua pipinya yang sudah merona, merasa salah tingkah.

“Ya udah, nanti kita belanja juga deh! Aku akan beliin kamu yang lebih banyak supaya kamu nggak ngambek lagi,” bujuk Raizel.

Lascrea mendongak, memberanikan diri untuk menatap bosnya. Kemudian dia berkata dengan raut muka yang masih terlihat sinis.

“Nggak usah, Pak Bos. Makasih.”

Lagi-lagi Raizel menghela napas gusar. Dia tak tahu lagi harus membujuk dengan cara apa.

“Terus kamu mau aku gimana supaya nggak marah lagi? Ayo, dong! Nanti aku kabulin, deh.”

Kini Lascrea mengulas senyum setelah mendengar tawaran dari Raizel. “Pak Bos yakin mau kabulin keinginan aku?”

Wanita itu menyunggingkan senyum saat mendapatkan tawaran menarik yang sayang untuk dilewatkan. Apalagi ternyata Gabby muncul untuk mengintip mereka di balik pintu yang sedikit terbuka. Lascrea yang menyadari kehadiran Gabby segera melancarkan aksinya untuk membuat saingannya itu kesal.

“Kalau begitu, aku ingin ini.”

Dalam sekejap mata, Lascrea meraih kedua pipi Raizel lalu mencium bibirnya hingga pria itu membelalakkan mata.

“Hah?”

Tentu saja Gabby juga merasa terentak hingga menutup mulutnya dengan kedua tangan.

***

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANWhere stories live. Discover now