BAB 56

153 2 0
                                    

Pagi ini Gabby berpamitan kepada Raizel, Lascrea, bahkan kepada seluruh pegawai yang berada di rumah itu. Dia akan mulai menempati apartemen yang sudah Raizel dan Richardo sediakan. Gabby tak mungkin memakai identitas aslinya dan tinggal di rumah Raizel jika ingin mendekati George. Akan banyak kemungkinan-kemunginan yang terjadi jika terus seperti itu.

“Aku akan mengantarnya ke sana. Lascrea kamu tunggu saja di sini sebentar, ya!” titah Raizel yang sudah membuka pintu mobil kursi belakang.

Lascrea mengangguk. Meskipun sedikit kesal, tapi dia juga mulai lega karena tak akan melihat batang hidung Gabby lagi di rumah ini.

‘Syukur-syukur kalau lo kabur di tengah misi’

Setelah berpamitan, Raizel dan Gabby pun segera meluncur ke apartemen, bersama satu orang ajudan yang menyetir.

“Pokoknya nanti kamu hati-hati, ya! Jangan sampe ketahuan dan jangan sampe ....”

Raizel menghentikan ucapannya lalu menoleh ke arah Gabby yang tengah duduk di sebelahnya.

“Jangan sampe apa?” tanya Gabby mengernyit heran.

“Jangan sampe jatuh cinta sama George!” ucap Raizel pelan seraya menunduk.

Gabby tertawa dengan spontan. “Bisa-bisanya kamu mikir gitu,”

“Hmm, George kan, ganteng! Siapa tau nanti kepincut,” ucap Raizel, murung.

“Gantengan juga kamu,” kata Gabby sambil terkekeh. Dia menggeleng, menyadari bahwa kekhawatiran Raizel membuat pria itu terlihat sangat menggemaskan.

“Serius gantengan aku?” tanya Raizel, menaik-turunkan kedua alisnya.

“Dih, kenapa kali? Biasanya juga pede banget.” Gabby malah balik bertanya.

“Hmm, kan rasa cemburu bikin orang jadi nggak percaya diri,” kilah Raizel.

Gabby pun mengangguk-angguk sambil mencebik.

“Oke, masuk akal!”

Kini gantian Raizel yang mencebik. Bahkan dia menyikut pelan lengan Gabby.

“Alah, kamu juga mendadak insecure kalau udah cemburu sama Lascrea,” sindir Raizel.

“Enak aja!” Gabby memutar bola matanya jengah lalu membuang muka untuk menutupi kebohongannya.

“Bener, ya? Awas nanti kalau ada cewek yang deketin aku.”

Gabby membuntang sambil mencubit kecil paha Raizel. “Oh, gitu? Istrinya belum ada sehari pergi dari rumah, kamu udah ada niat buat selingkuh.

Raizel meringis sambil tertawa, antara sakit tapi lucu. “Aduh, aduh! Iya ampun, Nona Eliezer!”

Gabby membelalakan matanya. Tak menyangkan jika Raizel menyebutnya Nona Eliezer.

“Heh, bercandanya!” Gabby menepuk pelan lengan Raizel.

Sementara pria itu hanya terkekeh seraya menggaruk tengkuk yang tak terasa gatal.

“Hehe, tapi kamu mau, kan, jadi Nona Eliezer?”

Gabby tak menjawab, hanya mengerucutkan mulutnya.

“Dih, kamu yang mulai, kamu yang salting,” protes Raizel.

“Mulai apa?”

“Itu, tadi kamu bilang istri. Istri! Emang beneran mau jadi istri aku?” goda Raizel sekali lagi.

“Bercanda doang, Rai. Yaelah.”

Gabby memutar bola matanya lalu melipat tangan di depan dada.

“Jangan bercanda tentang perasaan, Gabb!”

“Ih, apasih lebay!”

Raizel tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi Gabby. Dia pun membentuk lambang dua jari di depan wajahnya sambil tersenyum lebar.

“Peace!”

Sampai tak terasa mereka sudah tiba di depan apartemen. Raizel memeluk Gabby dengan erat sebelum melepaskannya. Dia mengirup rambut wangi strawberry itu dalam-dalam. Menikmati setiap detik momen yang tersisa untuk mereka.

“Aku anter sampe sini aja, ya! Kamu hati-hati selama nggak ada aku.”

Gabby mengangguk sambil tersenyum simpul. “Terima kasih, Rai.”

“Nanti aku akan sewa kamar yang deket sama kamarmu biar bisa mampir kapan-kapan.”

“Oke, Rai!”

Gabby melambaikan tangan lalu mengeluarkan koper di bagasi belakang dan berniat untuk memasuki unit apartemen.

Belum sempat melangkah lebih jauh, Raizel membuka kaca mobil lalu memanggil gadis itu.

“Gabby!”

Dia menoleh, melihat Raizel yang memandangnya dengan sorot mata berbinar.

“Jangan kabur lagi, ya!”

Permohonan Raizel membuat Gabby tersenyum manis lalu mengangguk pelan hingga akhirnya melanjutkan langkah dan menghilang dari pandangan Raizel.

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANWhere stories live. Discover now