BAB 20

484 2 0
                                    

Berkat bantuan team IT beserta Richardo, akhirnya Raizel berhasil menemukan identitas pria bertopi yang menyerangnya tempo lalu. Raizel  terduduk di kursi putar, ruangan pribadinya, sambil membuka lembar demi lembar beberapa foto dan keterangan identitas dari para anggota resmi BIN. Dia melihat semua informasi yang didapatkan bersama Lascrea yang berdiri di sebelahnya. Sementara Gabby turut hadir karena kebetulan tengah membersihkan debu di ruangan itu.

“Tepat seperti dugaan kita! Ternyata Bajingan tengik itu adalah anggota BIN,” desis Raizel sambil mengusap dagunya.

“Syukurlah. Kita tak perlu repot mencuri data lagi karena sudah menemukannya,” tambah Lascrea.

Gabby sesekali melirik melalui sudut matanya, mencoba untuk menguping pembicaraan mereka.

“Tugas kita sekarang yaitu bagaimana caranya menjebak dia!” seru Raizel dengan tatapan menerawang.

“Mau Bos apain?” tanya Lascrea dengan sebelah alis yang terangkat.

Raizel menyunggingkan senyum lalu menoleh ke arah Lascrea.

“Tentu saja kita harus menyingkirkannya.”

Raizel mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya.

“Dia adalah ancaman besar untuk kita termasuk Paman Richardo.”

“Tapi gimana caranya, Bos? Sepertinya dia bukan lawan yang mudah untuk ditaklukan.”

Gabby yang sedang membersihkan debu tiba-tiba melangkah, mendekati meja Raizel sambil berkata, “Boleh saya bantu, Pak Bos?”

Raizel dan Lascrea menoleh serempak. Pria itu hanya mengangkat tangan,  menunjukkan tanda penolakan.

“Air minum di gelasku belum habis. Jadi tak perlu repot-repot.”

Gabby tersenyum lebar lalu mendadak bersikap manis di depan bosnya itu.

“Hehe, maksud aku bukan bantuan itu.”

“Terus apa, dong?” tanya Lascrea sewot.

“Aku mau bantu kalian buat jebak intel itu.”

Raizel membelalakkan matanya. “Lo nguping, ya?”

Gabby berdecak pelan seraya memutar bola matanya.

“Yaelah, Bos! Kalu kita dalam ruangan yang sama itu namanya bukan nguping, tapi kedengerankedengeran,” kilahnya.

“Alah! Alesan aja!”

Raizel berdecak gusar sedangkan Gabby mengerucutkan mulutnya sambil memelintir bulu kemoceng.

“Emang lo mau bantu apa?” tanya Lascrea, mencoba memeberikan Gabby kesempatan untuk berpendapat.

“Apa aja! Mau suruh aku jadi mata-mata juga boleh. Nanti aku bantu Pak Bos dalam penyelidikan.”

Mendengar usul Gabby, Raizel hanya tertawa pedar.

“Mata-mata? Yang bener aja! Dia aja udah ngenalin wajah lo!” cetus Raizel menggeleng pelan.

“Ya, pokoknya apa aja, deh! Aku akan bantu sebisaku  Tapi harus ada give and take!”

Gabby menaik-turunkan kedua alisnya. Sementara Raizel mendengus pelan lalu bangkit, melangkah menghampiri Gabby.

“Gabby ... Gabby.... Ternyata ada maunya, toh! Emang kalau lo berhasil bantu kita, lo mau apa, sih?” tanya Raizel. Dia menghela napas seraya bersedekap. Wajah yang semula semringah kini berubah menjadi muram setelah melihat sunggingan kecil di senyum Gabby.

“Kalau aku berhasil bantu kalian, aku minta Pak Bos bebasin aku jadi budakmu.”

Lascrea mengerutkan keningnya. Dia tak menyangka bahwa Gabby akan meminta permohonan semacam itu. Sementara Raizel menatap Gabby beberapa saat hingga akhirnya dia mengangguk.

“Oke, deal kalau itu maumu!” seru Raizel. Kemudian melenggang untuk kembali ke kursinya.

“Bos!” geram Lascrea. Dia tak percaya kenapa Raizel semudah itu menuruti keinginan gila Gabby.

“Tenang aja, Rea! Aku berani taruhan kalau dia enggak akan bisa bantu kita,” ucap Raizel, terkesan meremehkan.

“Kalau aku beneran bisa, gimana?” tanya Gabby,  menantang.

Raizel terkekeh melihat tekad Gabby yang menggebu-gebu. Pria itu menggeleng pelan lalu mengusap kasar wajahnya dengan sebelah tangan.

“Hadeh... Gabby ... Gabby! Gimana caranya lo mau bantu kita? Mau bebasin lo buat buntutin dia, ala-ala SPY? Emang gue senaif itu biarin lo keluyuran? Bisa aja kan, lo kabur di tengah-tengah misi? Who knows, Gabby!”

Lascrea mengulum senyum, menyadari jika Raizel terlihat sangat keren di matanya.

“Hah? Enggak, kok. Aku nggak kepikiran buat....”

“Udah!” Raizel menyelak pembicaraan Gabby. “Kalau lo emang beneran mau bantu, mending bantu mikir aja gimana strategi buat jebak dia.”

Gabby menggembungkan pipinya lalu menoleh ke arah Lascrea yang sedang menahan tawa.

“Sekarang udah kan, bersih-bersihnya?” tanya Raizel dengan senyum tersungging.

“Iya! Iya!” jawab Gabby ketus.

“Ya sudah kalau begitu kamu silakan keluar dari ruangan saya!” titah Raizel sambil menunjuk ke arah pintu dengan telapak tangan terbuka.

“Ish! Nggak asik!” bisik Gabby seraya berdecak sebal.

Dia pun melenggang pergi untuk meninggalkan ruangan Raizel.

***

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANWhere stories live. Discover now