Bab 66

133 2 0
                                    

Sarah menata rambutnya di depan cermin. Hari ini dia mendengar kabar bahwa Eleven akan kembali. Entah kenapa ada secercah kebahagiaan yang dia rasakan tatkala Lascrea memberikan pengumuman tersebut. Pasalnya, hanya Eleven satu-satunya pria yang memperlakukan Sarah layaknya manusia, tak bersikap menjijikan seperti pengunjung lain.

“Semoga malam ini dia memilihku lagi,” gumam Sarah dengan sorot mata berbinar.

Setelah semua gadis sudah siap, Lascrea pun menggiring mereka ke ruang tunggu. Seperti biasa, di sama sudah ada Eleven yang terduduk di sofa sambil bertumpang kaki. Melihat seluruh gadis sudah berkumpul dan dijejerkan, Eleven pun bangkit dari duduknya lalu berkata dengan suara yang terdengar berat.

“Saya tidak ingin repot memilih. Saya ingin gadis yang sama seperti kemarin.”

‘Yes!’

Sarah bersorak dalam hati.

Akirnya Eleven memilihnya kembali untuk diajak berbincang-bincang di Heaven Room.

***

“Akhir-akhir ini kamu ke mana? Perasaan jadi lebih sering ambil cuti?” Pertanyaan Raizel seketika membuat Lascrea sedikit terperanjat,

“Hmm, ya ... mengurusi satu dan lain hal. Aku juga memiliki kesibukan,” jawab Lascrea sekenanya.

Raizel menaikkan kedua alisnya, menunjukkann raut antusias.

“Kamu udah dapet cowok?”

Lascrea terdiam, mengerutkan keningnya.

“Akhirnya kamu dengerin saranku juga, Rea!”

Sepertinya Raizel salah paham. Hal itu membuat Lascrea tersenyum meringis, tak menggubris perkataan bosnya. Padahal akhir-akhir ini Lascrea sibuk mengurusi Island Paradise, bisnis gelapnya bersama Richardo. Bukan berkencan dengan pria mana pun.

‘Gimana aku mau cari cowok, Rai, kalau di hati aku ada kamu.’

Di tengah kegundahan hati Lascrea, tiba-tiba ponsel Raizel berbunyi. Rupanya Gabby. Sepertinya dia ingin melapor karena hari ini adalah jadwal pertemuannya dengan George.

“Hallo, gimana, Gabb?” tanya Raizel antusias.

“Aku baru sampai cafe bar. Kalau kamu dan Rea mau ikut melihat dari jarak jauh, akan kukirimkan alamatnya.”

Raizel bergeming beberapa detik saat mendengar tawaran Gabby. Sampai akhirnya dia menjawab, “Oke! Kirimkam alamatnya.”

Gabby pun mengidahkan dan segera mengirimkan alamatnya kepada Raizel. Sebenarnya Raizel bukan semata-mata ingin ikut memantau George. Hanya saja dia merasa rindu akan sosok Gabby dan ingin melihatnya malam ini. Terlebih lagi, dia merasa khawatir jika Gabby bertindak terlalu jauh untuk memikat hati George.

Setelah mengakhiri panggilan, Raizel pun mengajak Lascrea untuk pergi ke cafe & bar.

“Ayo kita ikuti Gabby bertemu dengan George!”

Tentu saja Lascrea tak setuju. “Apa tidak terlalu mencolok, Bos? Nanti jika George menyadari bahwa kita ada di sana, bagaimana?”

Raizel tersenyum lebar sambil mengacak rambut Lascrea.

“Serahkan semuanya kepadaku!”

Sebenarnya bukan itu yang dikhawatirkan oleh Lascrea. Dia hanya tak ingin Raizel bertemu dengan Gabby. Jika bisa, Lascrea hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan Raizel di rumahnya, tanpa bayang-bayang Gabby lagi.

Setelah memantapkan hati, Raizel pun bersiap-siap untuk mengajak Lascrea ke lokasi.

Sementara Gabby mulai turun dari taksi untuk memasuki cafe & bar. Malam itu dia terlihat sangat cantik dengan gaun putih selutut dan clutch berwarna silver. Gadis itu berjalan, berlenggak-lenggok bak model internasional. Pandangannya tertuju ke arah George yang sudah menunggu dan terduduk di kursi bar.

Gabby pun mengulas senyum lalu mengelus pundak George dengan halus.

“Hai, Ello! Udah lama nunggunya?”

Senyuman Gabby yang begitu menggoda, membuat George terpukau selama beberapa detik.

"Oh, hai, Angella!"

Entah kenapa George tampak gugup menghadapi Gabby malam itu.

****

TAWANAN CINTA MAFIA TAMPANDove le storie prendono vita. Scoprilo ora