43.1

2.1K 218 22
                                    


Seorang cewek menatap pacarnya sedang menyetubuhi cewek lain

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Seorang cewek menatap pacarnya sedang menyetubuhi cewek lain. Dia tak marah sama sekali dan justru sibuk memotret kejadian keji itu sambil tertawa.

Mengerikan.

Kenapa aku mengalami hal ini?

Aku tertarih di tepi jalan dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Setelah berhasil keluar dari rumah hina itu karena mereka pergi entah ke mana, aku langsung berjalan tak tahu tujuan dan terus merenung di sepanjang jalan.

Sakit. Fisik maupun hatiku. Aku merasakan pipiku perih karena tamparan yang kudapatkan dari Alula ketika aku hanya terbaring lemah dan tak bisa berbuat apa-apa karena efek obat yang diberikan Ara. Dia menamparku begitu kuat. Berkali-kali. Seolah melampiaskan kekesalan yang selama ini dia tahan.

Aku harus mati sebelum Kak Lio tahu bahwa aku telah dinodai orang lain. Aku bisa merasakan cairan menjijikkan itu memasuki tubuhku. Kemungkinan aku hamil adalah lebih dari lima puluh persen karena sekarang adalah masa suburku.

Sial. Sial. Berengsek. Aku ingin berteriak, mengucapkan sumpah serapah di tempat umum ini.

Aku melihat kendaraan-kendaraan yang lalu lalang. Kutatap dengan nanar zebra cross yang dilewati kendaraan beroda empat saat lampu untuk pejalan kaki masih berwarna merah.

Aku harus mati, tetapi aku juga masih bisa berpikir untuk tidak membebani orang lain dengan keinginanku untuk mati. Jika aku sengaja menabrakkan diri di tengah jalan, maka aku hanya akn membuat orang lain bermasalah pada hal yang tidak mereka inginkan.

Satu-satunya yang terlintas di benakku adalah laut.

Aku memejamkan mata.

Aku berjalan dari tepi pantai ke tengah laut di malam hari. Tak akan ada yang melihat. Kemudian aku akan terseret ombak yang akan membawaku ke lautan yang paling dalam.

Ah, bagaimana dengan Mama dan Kak Lio?

Aku membuka mata dan kurasakan air mata menyusuri pipiku dengan deras. Pikiranku semakin kacau. Aku hanya ingin sendirian.

***

Mama: Sayang, malam ini Mama telaat banget pulangnya. Jangan lupa kunci rumah, ya sebelum kamu tidur?

Setelah mendapatkan pesan dari Mama, aku segera pulang ke rumah dan mengunci diriku di dalam kamar. Hal yang kulakukan sejak tadi hanyalah duduk menekuk lutut di sudut ruangan sambil melamun.

"Sialan." Kujambak rambutku dengan frustrasi. Tanganku yang lain memukul dinding dengan keras. Bagaimana bisa aku diperlakukan dengan keji oleh remaja-remaja seperti mereka?

Aku menenggelamkan wajahku di atas lutut. Tak kupedulikan dering ponsel yang berbunyi karena panggilan dari Kak Lio. Aku belum memberikan kabar. Tak mungkin aku mengatakan bahwa aku tidak baik-baik saja. Dan yang paling penting adalah aku ingin sendirian sambil memikirkan jalan keluar masalah yang aku hadapi.

Apa yang Kak Lio pikirkan jika aku telah dinodai oleh cowok lain?

Aku tak tahu bahwa bahaya yang Kak Lio maksud dari dua orang itu adalah kelakuan keji mereka. Aku tidak berpikir bahwa anak-anak SMA seperti mereka memiliki kepribadian mengerikan.

Sebenarnya, apa yang terjadi di kehidupanku sebelumnya? Aku tak mengingat apa pun tentang dua manusia menjijikkan itu.

"Gue mohon." Kutatap plafon kamarku, berharap makhluk bersayap itu memunculkan dirinya. "Gue mohon muncul. Gue mohon...."

"GUE MOHON!" Aku berdiri dan menatap seluruh penjuru kamar. "Gue mohon muncul sekali lagi. Gue pengin ngulang waktu. Gue mohon!"

Aku berlotot di lantai. "Please...."

Pada siapa aku bicara? Aku merasa akan gila. Berapa pun besarnya harapanku untuk bertemu makhluk itu, dia tidak muncul sama sekali.

***

TOK.... TOK.... TOK....

"Sayang...?"

Kudengar suara Mama yang memanggilku.

"Mama mohon kamu keluar dan makan, ya, Nak?"

Aku kembali menenggelamkan wajahku di atas lutut yang tertekut. Sudah tiga hari sejak kejadian itu dan aku tidak pernah mau keluar dari kamar. Aku hanya minum dari air keran kamar mandi kamarku yang mentah. Aku sengaja tidak makan karena berharap jika aku kekurangan nutrisi, maka janin di dalam perutku tidak akan terbentuk dan keluar sebelum bernyawa.

Selain karena hal itu, aku tak ingin bertemu siapa-siapa sekalipun itu Mama. Aku tidak ingin Mama tahu apa yang terjadi padaku. Apalagi Kak Lio yang terus-terusan menghubungiku tiga hari sebelumnya sampai daya baterai ponselku mati dan tak kuisi hingga detik ini.

Kak Lio juga datang setiap hari, mengetuk pintu kamarku dengan suara lembutnya, dan mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganku walau sebentar saja.

Aku menata telapak tangan bagian jari tengah. Terasa ada yang tertarik di dalam sana ketika aku meluruskannya. Sepertinya, akibat aku memukul buku jemariku ke dinding.

TOK.... TOK....

Aku memejamkan mata. Aku bahkan bisa mengenali suara ketukan pintu itu. Kak Lio kembali lagi.

"Dara?" panggilnya dengan suara lembut penuh kehati-hatian. "Please, gue mau ngobrol sama lo. Nyokap lo juga khawatir lo belum makan sam sekali. Please, Dar.... Biarin gue bicara sama lo. Bentar aja. Ya...?"

DaraOù les histoires vivent. Découvrez maintenant