36

2.4K 293 5
                                    

Kehilangan lagi....

Apa yang terjadi padaku di masa lalu?

Aku yang seharusnya bertanya seperti itu kepada Kak Lio karena dia lah yang lebih dulu meninggalkanku setelah dia lulus kuliah maupun dari dunia ini.

Rumit.

Hanya satu kata itu yang menggambarkan keadaan yang aku alami bersama Kak Lio.

Sekarang, aku bahkan tak bisa menepati janjiku padanya untuk menjauh dari Alula. Aku sudah berusaha melakukan itu, tetapi karena Ara selalu memaksaku di dekatnya sementara hari ini Alula kembali bergabung bersama kami dibanding bersama teman duduk sebangkunya, itu membuatku agak sedikit repot untuk menujauh. Padahal biasanya aku mudah kabur dari Ara, tetapi kali ini Ara terus-terusan menempel padaku. Katanya, dia jadi terasingkan karena Reva dan Tiffany lebih memperhatikan Alula. Ketika aku mengajaknya berdua di meja lain, dia juga tidak mau.

Untungnya Kak Lio tidak ada di kantin ini. Dia berada di kantin lain. Aku bisa menghindar sedikit dari rengekan Kak Lio yang sejak kemarin seperti seorang anak kecil itu. Katanya tak mau lepas dariku walau sedetik, tetapi dia tidak mungkin juga benar-benar ada di sekitarku selama 24 jam.

"Yaaah, Alula maunya pergi sendirian," kata Reva, membuatku segera kembali dari lamunan. Kulirik kursi di samping Alula. Cewek itu tidak ada. Aku memang sekilas mendengar bahwa dia akan pergi, tetapi tidak begitu jelas.

"Katanya ada urusan," lanjut Sherly. "Tadi dia habis ngecek handphone-nya terus senyum-senyum. Terus gue intip dikit. Tahu nggak nama kontak yang dia chat apa?" tanya Sherly pada teman-teman yang lain. "Kakak Kelas terus emoticon love." Kedua telunjuk Sherly bergerak, membentuk sebuah tanda hati. "Sayangnya gue nggak sempat baca chat mereka. Jangan-jangan itu gebetannya! Atau mungkin pacarnya?"

"Eiii? Secepat itu dia punya pacar di sekolah ini?" tanya Reva heran. "Nggak mungkin, dong. Alula aja bilang kalau dia benar-benar baru di sini dan nggak kenal satu orang pun."

"Berarti gebetan!" seru Sherly. "Cewek kayak Alula, udah cantik, baik, anak orang berpengaruh, nggak mungkin nggak ada yang gerak cepat buat deketin dia secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Di antara mereka, pasti ada satu yang ngebuat Alula tertarik. Cowok nggak tahu diri kayak cowok jelek dan miskin, nggak mungkin deketin dia. Jadi, yang deketin dia pasti yang cakep-cakep juga, lah."

Aku menyeruput minumanku sambil geleng-geleng kepala. Sherly mulai lagi. Dia memiliki pendapat yang terlalu melebar ke mana-mana, yang mendengar sekilas di sekitar bisa saja akan salah paham dan menjadi rumor tak berdasar. Aku sudah sering memperingatinya untuk tidak bicara sembarangan, tetapi bibirnya selalu gatal untuk mengucapkan hal-hal tentang orang lain.

"Ayo kita intipin!" seru Reva sambil berdiri dengan semangat menunjuk arah luar. "Kayaknya dia tadi jalan lewat arah sana!"

"Lo harus ikut!" Ara menarikku, membuatku membelalak. "Yang kayak gini yang seru!"

Aku hanya bisa memutar bola mata. Terpaksa kubiarkan Ara menarik lenganku. Tiffany ikut. Apalagi Sherly yang bahkan melompat dari kursinya dengan mata yang berbinar-binar seolah ada santapan lezat, meninggalkan sepotong pastelnya yang masih tersisa di piring. Reva dengan semangat menanyai murid lain yang masih menongkrong di koridor, menanyai mereka satu per satu, ke mana anak baru itu pergi. Meski lebih banyak yang tak mengenal Alula, tetapi Reva akhirnya menemukan arah terakhir Alula pergi. Kantin lain.

"Tuh, kan, pasti ketemu sama gebetannya di sana," ujar Sherly dengan bangga. "Insting gue emang nggak pernah salah."

"Insting! Insting! Emang lo hewan?" celutuk Ara.

Perkataan Sherly membuat yang lain menjadi semakin semangat untuk melangkah hingga akhirnya kami tiba di lokasi tujuan. Ara yang sedang teralihkan oleh hal seru, membuatku akhirnya bisa lepas dari rangkulannya. Segera kulangkahkan kaki untuk menjauh dari mereka yang sudah memasuki kantin sembari mencari Alula di sekeliling. Anak-anak usil itu membuatku sakit kepala.

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang