45

2.5K 247 11
                                    

Aku mengurung diri. Aku tak tahu dunia luar. Aku tak bisa ikut membantu usaha Mama untuk keadilan. Ketika aku berpikir untuk dengan berani melangkahkan kakiku keluar melewati pintu rumah, aku akan langsung membayangkan hal-hal mengerikan di luar sana.

Lalu, pertanyaan yang sama kembali terulang, mengapa aku harus mengalami hal keji ini?

Aku tidak menyangka, memutuskan untuk kembali ke masa lalu justru membawaku ke dalam takdir terburukku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Mama telah mengetahui apa yang terjadi padaku, tetapi tak pernah menunjukkan kesedihannya padaku. Suatu malam aku mendengar suara tangisan Mama yang pilu, lalu aku juga tak bisa melakukan apa-apa selain berdiri di depan pintu kamar Mama dengan tangan yang tertahan di gagang pintu kamar.

Aku takut, Mama berpikir bahwa telah gagal menjadi orang tua.

Sementara Papa tak pernah menunjukkan diri bahkan menghubungiku. Tak mungkin Papa tak tahu. Mama saja mengetahui informasi itu dari Kepala Sekolah. Pasti Papa juga dihubungi dan Papa pasti malu memiliki anak yang sudah tidak punya harga diri lagi.

Kutatap pintu yang sedikit terbuka. Bibi, ART baru di rumah ini, sedang menyapu di ruang tengah. Mama juga selalu menitipkan amanah kepada Bibi agar aku tidak sampai terlambat makan.

Hening ini lama-lama membosankan. Aku menenggelamkan wajahku di atas lutut sambil meraba kasur, mengambil remote televisi, lalu kutekan tombol on. Suara dari televisi yang menyiarkan berita mulai terdengar.

"... seorang siswa SMA berinisial R tewas dan sebanyak 27 tusukan ditemukan di tubuhnya. Polisi telah mengetahui identitas pelaku yang juga merupakan siswa SMA berinisial FD. Motif pasti belum diketahui, tetapi polisi mengatakan bahwa dugaan pembunuhan tersebut ada kaitannya dengan kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh korban R kepada kekasih pelaku.

"Dugaan motif pembunuhan ini timbul karena sebelumnya, siswi SMA berinisial A ditemukan tewas karacunan di vila keluarganya. Pelaku yang terduga meracuni korban A adalah pelaku yang sama membunuh korban R.

"Pelaku FD masih dalam kejaran polisi ..."

Aku menutup mulut dan kurasakan air mataku luruh begitu saja. Kenapa isi berita itu seolah terdengar berkaitan dengan hidupku?

Kenapa Kak Lio tidak datang beberapa hari ini?

Aku merasakan kepalaku berdenyut sakit. Kupandangi jendela kamar yang menunjukkan hari sebentar lagi berganti malam. Tanganku gemetar saat mengambil ponselku. Air mataku tak berhenti jatuh ke lantai. Notifikasi terus masuk tanpa henti.

Aku ingin menghubungi Kak Lio, tetapi mustahil Kak Lio menyalakan ponselnya jika berita itu benar-benar tentang Kak Lio. Dia sedang bersembunyi atau dalam pelarian. Ketika aku menghubungi Kak Lio, dia benar-benar tidak aktif.

Aku terduduk di lantai sambil terisak.

Padahal baru sebentar sejak aku kembali ke masa remajaku, tapi semua hal buruk terjadi dalam waktu singkat dan mengacaukan semua rencana kehidupanku di masa depan.

Ini benar-benar tidak adil atau semua hal yang terjadi adalah salah satu akibat karena aku tidak menghargai garis takdir yang telah diberikan padaku sebelumnya?

Kupandangi sekali lagi ponselku. Semua notofikasi sudah masuk. Aku menatap nama mama Kak Lio. Segera kubuka ruang percakapan kami dan aku hanya bisa membeku.

mama kak lio: dara? kenapa udah jarang ke rumah lagi?

mama kak lio: lio selalu kelihatan sedih, mama pikir kalian putus tapi katanya enggak

mama kak lio: kalian berdua ada masalah? mama siap denger. kalau lio yang salah, biar mama yang marahin dia

mama kak lio: sayang, mama mau tanya, apa kamu lihat lio beberapa hari ini?

Pesan terakhir mama Kak Lio adalah satu hari yang lalu.

Aku segera menghubungi mama Kak Lio, tetapi mama Kak Lio sedang tidak bisa dihubungi. Satu-satunya hal yang terlintas di benakku adalah mencari keberadaan Kak Lio. Keiginan itu membuatku berani melangkahkan kaki melewati pintu rumah. Tak kupedulikan teriakan khawatir Bibi sama sekali.

Aku pergi hanya membawa sling bag kecil berisi uang yang setidaknya bisa untuk membayar ongkos taksi. Namun, ketika aku berhenti di tepi jalan raya, aku merenung dan berpikir, ke mana aku harus mencari keberadaan Kak Lio?

Jika aku ke rumah Kak Lio untuk bertemu dengan mamanya, maka mungkin saja di sana ada polisi yang sedang mengawasi. Aku harus segera menemukan Kak Lio tanpa hambatan.

"Gue tahu dia ke mana."

Aku menoleh dan mencari sumber suara yang tak bisa kuketahui. Aku ingat jelas siapa suara ini. Suara makhluk bersayap yang sudah lama tidak muncul di hadapanku. Bahkan sekarang pun, dia tak terlihat sama sekali.

"Dia ada di atas gedung tinggi."

Aku menegang dan mendongak. Bibirku bergetar karena berpikir negatif. Apa yang Kak Lio lakukan di sana? "Kenapa lo bisa tahu...? Dia mana dia? Yang lo maksud Kak Lio, kan?"

"Siapa lagi?"

Aku memegang rambutku dan menariknya sekencang mungkin, melampiaskan segala emosi yang tak bisa kukeluarkan lewat teriakan. Makhluk itu terlambat muncul. Harusnya dia muncul setelah aku mengalami hal buruk dan aku bisa menukar umurku lagi. Mengapa, kemunculan makhluk itu justru membawa takdir buruk padaku?

"Apa rencana lo?" tanyaku dengan napas yang tersengal. "Sebenarnya apa yang lo rencanain di hidup gue?"

Tidak ada jawaban dan aku kembali menjadi manusia cengeng. Aku berbicara sendiri. Tak ada siapa pun di sekitarku. Orang-orang yang melihat dari jauh menganggapku sebagai orang gila.

Aku menoleh ke sekeliling dengan frustrasi. "Di mana ... di mana gedung tinggi yang lo maksud?"

*** 


thanks for reading!

love,

sirhayani

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang