13

3.7K 392 20
                                    


Aku hanya bisa membeku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya bisa membeku. Apa maksud perkataannya barusan? Maksudnya, apakah ... Kak Lio akan menciumku lagi? Ah, aku refleks mengangguk setelah bertanya-tanya dalam hati. Kemudian, Kak Lio menjauhkan jemarinya dari bibirku dan mengusap pelan puncak kepalaku.

"Maaf, ya. Gue izinnya terlambat."

Hah? Aku hanya bisa mematung seperti orang tulalit.

Kupandangi Kak Lio yang menjauh. Dia membelakangiku sembari merapikan kertas-kertas bekas pakai Kak Abel.

Apa...? Barusan maksudnya apa? Aku pikir Kak Lio akan menciumku lagi, tetapi sepertinya maksud pertanyaannya itu adalah karena Kak Lio kemarin tidak meminta izin untuk menciumku dan baru izin sekarang. Seperti apa yang Kak Lio katakan; izinnya terlambat.

Aku memandang punggung Kak Lio. Dia masih sibuk merapikan barang-barangnya. Perhatianku tertuju pada bahu Kak Lio. Aku baru pertama kali memperhatikan bahu Kak Lio yang lebar.

Ka—kalau aku tiba-tiba memeluk Kak Lio dari belakang, kira-kira seperti apa respons Kak Lio?

Ck, Dara, tolong sadar!

Mengapa aku seperti jadi cewek gatal, sih?

Aku beranjak ke sofa dan duduk di sana. Kubuka aplikasi secara acak di ponselku, lalu kututup kembali. Begitu terus. Aku tak tahu harus melakukan apa setelah kesalahpahaman yang ada. Ketika kudengar Kak Lio mendekat, jantungku kembali berpacu cepat. Apalagi saat dia duduk di sampingku, lalu tiba-tiba memosisikan tubuhnya untuk berbaring. Kepalanya bersandar di pahaku sembari memejamkan mata. Dia tidur menyamping. Kedua kakinya menekuk seperti bayi. Kedua tangannya menarik tangan kiriku dan menggenggamnya dengan erat.

"Ngantuk," katanya pelan.

Ini bahkan bukan kali pertama Kak Lio melakukannya, tetapi debaran yang muncul masih saja sama. Aku menyimpan ponselku di atas meja. Kuarahkan tanganku ke pipinya yang halus.

Aku mulai berani menyentuhnya. Tanpa malu-malu lagi.

"Ya udah. Tidur di tempat tidur. Jangan di sini. Nanti kaki Kak Lio sakit," kataku.

"Gue nggak apa-apa, sih. Asal lo nggak masalah kalau paha lo pegel," balasnya, terdengar mengantuk. "Soalnya di sini nyaman."

Aku merapatkan kedua bibirku yang tersungging tipis. Hatiku selalu nyaman saat bersama Kak Lio.

"Bentar lagi ada pensi sekolah. Lo mau pergi?" tanyanya, tiba-tiba membahas pentas seni.

"Rencananya nggak pengin, tapi kalau Kak Lio mau temenin gue, boleeeh."

"Hm, sepertinya gue nggak bisa ada di antara para penonton."

Aku mengernyit. "Kenapa? Apa Kak Lio ada di panggung?"

"Rahasia."

"Kok rahasia?" Memang tak ada alasan lain. Pasti Kak Lio benar-benar ada di panggung. Apalagi Kak Lio masuk ekskul seni. "Kak Lio nggak mau bagi-bagi rahasia, nih?"

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang