21

3.7K 390 14
                                    

Alasan mengapa aku masih sulit melupakan Kak Lio dan masih berharap padanya, selain karena kepergiannya yang tidak jelas saat itu, adalah karena Kak Lio adalah seseorang yang baik dan pengertian. Segala pikiran negatifku tentang Kak Lio karena suatu hal pasti akan selalu terbantahkan dengan cepat. Kak Lio adalah pacar yang setia. Satu-satunya hal tak baik yang dilakukan Kak Lio selama berpacaran denganku adalah aib itu, yang kami lakukan atas dasar suka sama suka.

Apalagi setelah mendengarkan cerita Ara tentang bagaimana Kak Lio ingin menemuiku sebelum ajal menjemputnya, membuatku berpikir bahwa ada sebuah alasan yang membuat Kak Lio meninggalkanku tanpa memberikan alasan yang jelas dan aku tak akan tahu tentang alasan itu karena perubahan alur kehidupan. Aku tak akan tahu alasan Kak Lio meninggalkanku kecuali aku bisa mencari jawabannya sendiri dengan bertanya pada makhluk bersayap yang saat ini tiba-tiba memunculkan dirinya sebelum aku membuka pintu dan menemui kedua orang tuaku yang sudah menunggu di ruang makan.

"Hei...." Kutatap wajah makhluk, yang katanya pernah menjadi manusia itu, dengan tatapan ragu-ragu. "Saya mau bertanya. Pasti pernah intip sepintas kehidupan saya sampai kamu datang dan nawarin kontrak. Kamu tahu Kak Lio—"

"Gue nggak bisa jawab," potongnya dengan tegas sambil melipat kedua tangan di dada. Dia sedang duduk di atas meja belajarku dengan kedua sayap yang terbuka. "Gue datang untuk terakhir kalinya cuma mau sampaikan hal penting. Lo nggak boleh ungkapkan kalau lo ke masa lalu dan pengguna jasa Holtyum karena bisa saja di antara orang-orang sekitar lo ada yang terpilih dari Holtyum lain. Para pengguna Holtyum nggak boleh saling tahu bahwa mereka adalah pengguna jasa Holtyum. Di dunia ini ada banyak Holtyum dan kami nggak bisa saling melihat. Begitu pun dengan pengguna jasa Holtyum yang nggak boleh membocorkan info apa pun yang berhubungan dengan Holtyum."

Cara bicaranya begitu informal. Tak heran, dia sendiri mengatakan bahwa dia dulunya adalah manusia. Entah bagaimana dia bisa berakhir menjadi makhluk bersayap. Bukan itu yang terpenting sekarang. "Please, apa kamu tahu sedikit tentang Kak Lio sebelum dia meninggal?"

Dia memalingkan pandangannya dariku sambil melambaikan tangan, lalu berucap dengan wajah datar. "Bye bye."

"Tunggu!" seruku, tetapi dia menghilang begitu cepat.

Entah perasaanku saja atau bagaimana, dia sepertinya menyembunyikan sesuatu tentang Kak Lio.

Aku membelalak. Kak Lio meninggal di usia muda..., apakah ada hubungannya dengan Holtyum? Kepalaku terasa sakit. Kak Lio pernah menggunakan jasa mereka atau tidak, aku tetap tidak bisa tahu pasti tentang hal itu karena dibatasi oleh aturan Holtyum.

"Dara? Papa dari tadi nungguin kamu, loh."

Aku menatap pintu kamar karena mendengar suara Mama, lalu menghela napas panjang. Sebelum aku kembali ke masa ini, Papa memiliki keluarga baru. Aku memiliki adik perempuan seayah di usia 24 tahun.

Alisa, adik perempuan kecilku, apakah akan terlahir kembali di dunia ini?

***

Ketika aku tidak menjawab dalam kondisi pintu kamar yang terkunci, Mama dan Papa pasti berpikir bahwa aku tertidur lelap.

Aku memanfaatkan itu dengan kabur dari rumah lewat jendela untuk melihat suasana kota, demi memastikan sekali lagi bahwa yang aku alami ini adalah sebuah kenyataan.

"Haha...." Aku tertawa kecil. Semua ini benar-benar nyata. Sekarang, aku berada di halte bus dan hanya mengenakan sandal rumah, piyama tidur, beserta sweter hitamku. Meski aku memiliki raga remaja SMP yang masih duduk di bangku kelas 9, tetapi jiwaku adalah seorang perempuan yang usianya sudah melewati seperempat abad.

Aku bisa merasakan berisiknya kendaraan, terkena angin malam yang bercampur polusi, dan perbincangan beberapa orang di dekatku yang juga sedang menunggu di sini. Aku bisa merasakan bagaimana kedua kaki kecilku berayun di atas bangku halte sampai sebelah sandalku terjatuh.

DaraWhere stories live. Discover now