05

5.9K 557 31
                                    


Bayangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangkan.

Aku sedang makan bahkan sebelah pipiku gembul karena ada bakso yang belum terkunyah, lalu datang seorang cowok yang mengulurkan tangannya padaku dan menyuruhku untuk mengikutinya. Beberapa detik kemudian, dia menarik tangannya dan menarik sebuah kursi ke dekat mejaku. Dia duduk di kursi itu dan memandangku dengan senyuman menawannya—yang belakangan ini tak pernah aku lihat— sembari melipat kedua tangannya di atas meja dan berkata, "habisin makanan lo dulu. Gue tunggu di sini."

Sikapnya itu membuatku jadi sulit untuk makan dengan nyaman. Dipandangi oleh cowok yang sempat membuatku tertarik padanya, menjadi pusat perhatian Sherly dan teman-temannya, dan juga aku menyadari teman-teman Kak Lio sedang mengejek Kak Lio di seberang sana.

"Ternyata selama ini lo juga ngincer anak baru, ya?" teriak salah satu teman Kak Lio yang membuat Kak Lio berdiri buru-buru dari kursinya dan menghampiri teman-temannya.

Setelah itu, aku tak tahu apa yang terjadi karena perhatianku tertuju pada Sherly, orang yang sejak tadi kurasakan menatapku dengan penuh tanda tanya. Aku merasa tidak nyaman saat melihat tatapan penasaran Sherly dan ekspresinya yang sepertinya sedang menduga-duga. Mungkin ini perasaanku saja bahwa Sherly sedang berpikir negatif tentangku karena aku benar-benar berurusan dengan Kak Lio yang diketahui adalah cowok nakal yang suka bermain cewek.

Aku melepaskan sendok dan garpuku ke atas mangkuk dan segera kukunyah makananku dengan baik tanpa memedulikan tatapan penuh selidik Sherly dan teman-temannya. Sempat juga aku mendengar bisikan dari teman-teman Sherly yang cukup jauh dariku disertai dengan tawa cekikikan yang membuatku merasa tersinggung. Aku sepertinya benar-benar sensitif sekarang karena takut dibicarakan negatif. Segera kuteguk setengah minumanku yang tersisa, lalu pandanganku beralih pada Sherly karena merasa dia masih memandangku.

"Lo nggak ngerasa ada yang harus lo ceritain ke gue?" tanya Sherly.

Kugelengkan kepala karena memang tak ada yang perlu aku katakan kepadanya, lalu aku melihatnya tersenyum kecut dan beralih ke teman yang paling dekat dengannya dan membahas hal lain.

Kupandangi Kak Lio dan dia sedang melambaikan tangannya ke arahku. Aku merasa harus segera pergi dari sini.

"Duluan, ya?" ujarku pada Sherly yang tak menggubrisku sama sekali. Dia sedang tertawa dengan temannya. Kupandangi teman-teman Sherly yang lain, satu pun tak ada yang melihatku dan membuatku segera pergi dari sana dengan buru-buru. Ini pasti hanya perasaan seseorang yang tidak punya teman dekat.

Ketika aku keluar dari kantin, seseorang menyambar tanganku dan menggenggamnya. Aku terkejut dan semakin terkejut lagi ketika mengetahui bahwa pelakunya adalah Kak Lio. Dia tidak mengatakan apa-apa dan menggenggamku begitu saja dengan begitu erat. Langkahnya terlalu lebar, membuatku sulit untuk menyamakan langkah sehingga yang aku lihat hanyalah lengan dan punggungnya.

Perasaanku campur aduk. Rasa takut itu kembali muncul. Ini benar-benar berkaitan dengan apa yang aku lihat hari itu. Apakah dia marah? Aku tak tahu ekspresi apa yang sedang terpasang di wajahnya. Caranya menarikku seperti orang yang sedang kesal, tetapi aku tak bertanya-tanya karena belum tahu seperti apa sosok asli Kak Lio. Belum lagi, hatiku sedang tak keruan saat ini karena terus merasakan sentuhan fisik lewat kulit tangan kami.

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang