29

2.7K 335 17
                                    


"Tuh bocah muncul lagi," bisik salah seorang teman Kak Lio ketika aku duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Kak Lio dalam kantin ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tuh bocah muncul lagi," bisik salah seorang teman Kak Lio ketika aku duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Kak Lio dalam kantin ini.

Dia sampai mengatakan itu berarti dia sudah muak, tetapi yang membuatku heran adalah, jika mereka muak, kenapa mereka ikut berada di sekitar Kak Lio dan tidak memilih jalan mereka sendiri? Memangnya mereka ini adalah sekumpulan anak itik dan Kak Lio adalah induknya sehingga mereka tak bisa berpisah walau sehari saja?

Aku memang terus-terusan muncul di sekitar Kak Lio ketika istirahat berlangsung karena waktu istirahat adalah waktu yang paling tepat untuk bertemu Kak Lio. Selama beberapa hari ini, Kak Lio berpindah-pindah kantin. Namun, bagaimana pun dia lari aku terus mengejarnya. Aku tidak menyerah dan selalu menemukan Kak Lio sehingga berakhir makan bersama dengannya meskipun aku yang terus mencerocos sementara Kak Lio lebih sering diam karena sepertinya dia benar-benar menjaga ucapannya agar tidak gegabah dalam bertindak. Dia sekarang memegang prinsip bahwa diam adalah emas.

Ketika Kak Lio makan di belakang sekolah dan membawa rombongannya, aku langsung menemukan mereka. Aku masih tak bisa lupa bagaimana mereka menatapku terkejut ketika aku muncul dan melihat mereka sedang berjongkok sambil makan sebungkus nasi kuning di tangan. Hari itu aku tidak ikut-ikut makan sambil berjongkok karena Kak Lio menarik lengan bajuku sampai kami tiba di kantin terdekat. Kak Lio menemaniku makan. Dia sampai rela meninggalkan teman-temannya dan makanannya yang belum habis, lalu kembali memesan makanan di kantin dengan menu yang sama denganku. Padahal aku sudah mengatakan bahwa tak apa-apa aku ikut makan di belakang sekolah bersama mereka, tetapi Kak Lio tak membalas dan hanya menatapku dengan wajah suram.

Tuh, kan? Apa kataku? Kak Lio memang mengingat semuanya! Semenyebalkan apa pun tingkahku, dia tidak pernah mengusirku dengan tegas atau meninggalkanku sendirian. Karena ketika dia akan pergi, aku akan langsung mengatakan bahwa aku ingin mencari cowok lain yang lebih mudah didekati dan Kak Lio akan mengurungkan niatnya untuk meninggalkanku. Dia akan tetap berada di hadapanku seperti seseorang yang tak punya pendirian.

Pengecualian jika situasinya seperti di ruang musik. Kak Lio benar-benar tak mau bersentuhan dengan kulitku. Ketika aku tak sengaja menyentuh tangannya karena akan mengambil sendok, dia langsung tersentak dan menatapku dengan tatapan tajamnya.

Dua hari ini Kak Lio menyerah untuk bersembunyi. Dia tetap berada di kantin yang sama selama dua hari berturut-turut. Tingkahku yang mengejar-ngejar Kak Lio menjadi bahan gosip. Gay hunter. Aku sampai dijuluki seperti itu, tetapi aku tak peduli dengan julukan itu karena terlalu sibuk mendekati Kak Lio.

Rumor bahwa Kak Lio adalah gay berhasil membuat para cewek tak lagi menjadi tergila-gila padanya. Terima kasih kepada Sherly yang begitu kekeh bahwa Kak Lio gay dan menyebarkan dengan semangat bahwa foto ciuman Kak Lio dengan seorang cowok itu memang ada.

Kuaduk minumanku dan kusangga pipiku dengan tangan lainnya. Sementara tatapanku tak lepas memandang Kak Lio yang sedang menikmati makannya. Aku terlalu merindukannya sampai tak pernah melepaskan momen-momen seperti ini. Setelah belasan tahun berlalu, akhirnya aku bisa melihatnya lagi secara nyata. Bukan dalam mimpi lagi. Meskipun aku tak bisa melihat Kak Lio versi dewasa, tetapi melihatnya kembali dalam wujud anak SMA sudah bisa membuatku senang sampai terharu.

DaraWhere stories live. Discover now