Epilog

5.9K 316 50
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka.

Ketika manusia memutuskan untuk menukar umurnya kepada Holtyum, maka raganya akan dinyatakan mati setelah jiwanya kembali ke masa lalu. Jiwa masa depannya akan menyatu dengan jiwa di masa lalunya.

Ketika manusia berurusan dengan Holtyum, maka kehidupan akan terus bercabang seperti pohon. Itulah yang disebut sebagai pohon dunia.

Ketika manusia memutuskan untuk bunuh diri, maka jiwanya akan tertolak oleh kehidupan setelah mati. Manusia-manusia yang telah memaksa diri untuk mati sebelum takdirnya akan dihukum menjadi makhluk yang disebut Holtyum.

Mereka berada pada tingkatan tertentu. Hidup dalam kehampaan. Menjalankan tugas selama ribuan tahun lamanya dan jiwanya tak akan bisa tenang sebelum menyelesaikan hukuman yang telah diberikan kepada mereka.

Ketika mereka berhasil mencapai tingkat tinggi, maka apa pun keinginan mereka akan dikabulkan. Namun, ketika mereka tak berhasil menyelesaikan hukuman yang telah diberikan, maka mereka akan berakhir menjadi debu.

Ada satu hal yang berbeda dari satu manusia. Manusia ini telah dua kali bunuh diri, tetapi sang Raja tak pernah menghukumnya.

Ternyata sang Raja mengincar kekasih dari manusia ini agar menjadi Holtyum.

Mengapa sang Raja mengincar kekasih dari manusia ini?

Karena sang Raja pernah bertanya, mengapa manusia begitu bodoh mempertaruhan nyawa mereka demi manusia lain?

Sang Raja hanya ingin melihat sejauh mana kebodohan kekasih dari manusia ini pada apa yang disebut ... cinta.

*** 

Aku memutar penutup lips tick Mama, lalu kuoleskan ke bibirku. Bibirku berubah menjadi merah cerah. Aku berjingkrak sebentar di atas kursi Mama kemudian kututup sebelah kelopak mataku dan kuoleskan perlahan lips tick ini di sana.

Hasilnya berbeda dari hasil Mama, tapi nggak apa-apa. Kata Mama, jika ingin sukses dalam suatu hal, maka jangan pernah menyerah sedikit pun! Ketika aku besar nanti, maka aku akan semakin cantik. Secantik Mama!

Aku mengambil kotak bedak, lalu membukanya. Spons bedak kutekan, lalu kuambil dan kutaruh di pipiku.

Tap. Tap.

Kata Mama, bunyinya seperti itu. Aku menutup kotak bedak setelah selesai dan menaruhnya di tempat semula. Pensil yang kulihat sekarang biasa Mama pakai di alis Mama. Aku juga punya pensil, tapi aku pakai untuk menulis huruf abc di bukuku saat belajar di sekolah. Kata Mama, pensil yang dipakai di alis berbeda dengan yang aku pakai. Segera kuambil dan kugores di alisku. Warna alisku menjadi semakin hitam. Aku pernah menggores pensil milikku di alis, tetapi nggak seperti pensil milik Mama.

Sepertinya, aku sudah jadi semakin cantik.

Aku melompat dari kursi dan menyambar boneka beruang kesayanganku. Segera kulangkahkan kakiku untuk bertemu Mama dan Papa. Aku berhenti di depan kamar Mama dan Papa karena mendengar suara mereka di dalam sana. Pintu kamar sedikit terbuka, tetapi aku nggak boleh mendorong pintu dengan sembarang.

Kata Mama, harus mengetuk pintu dulu jika ingin masuk ke kamar siapa pun itu, tapi Mama dan Papa sedang mengobrol. Aku nggak mau mengganggu mereka, tetapi kenapa Mama dan Papa seperti sedang marah?

"Keputusanku udah bulat. Dara akan dijodohkan dengan anak teman bisnis Papa."

Aku cemberut. Dijodohkan? Apa itu?

"Mas—"

"Sayang, anak ini jenius. Dia masih kecil bahkan bisa membantu perekonomian keluarganya. Dia bisa bicara di umur beberapa bulan. Dia juga bisa empat bahasa di umur 3 tahun. Di luar bisnis, bukannya anak ini sangat cocok untuk Dara kita? Dara akan dapat banyak pengaruh positif darinya."

DaraTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon