25

3.2K 377 35
                                    

Ah, aku sedang malas bertemu orang, tetapi kenapa anak ini sedang berdiri di depan mejaku sambil menatapku dengan tatapan nanar? Jemarinya saling bertaut dan bibirnya mengerucut. Dia membuat Ara mengurungkan niatnya untuk segera ke kantin.

"Mereka semua, teman-teman kelas gue, tiba-tiba ngucilin gue, Dar," kata Sherly.

Bukan hanya aku yang sedang heran melihat kemunculannya, tetapi Reva, Ara, dan juga Tiffany yang tak kenal Sherly juga keheranan pada Sherly dan masih mempelajari keadaan.

Ada perubahan lagi. Di masa sebelumnya, Sherly tidak mungkin dikucili. Dia bahkan jadi pemimpin gosip sampai orang-orang menyebutnya ratu gibah. Tidak ada yang berani melawannya karena jika ada yang melawannya maka orang itu akan dikucilkan karena kepandaiannya dalam mengajak orang-orang di sekitarnya untuk menjauhi orang itu.

Aku menyangga sikuku di sandaran bangku. "Terus?"

"Mau ke kantin bareng?" tanyanya dengan senyum kecil yang terbit. "Gue janji nggak bakalan jadi tukang gibah lagi."

Aku mengernyit. Apakah dia terlalu frustrasi karena dikucilkan satu kelas sampai rela mendatangiku?

"Dari kelas mana?" tanya Ara padaku. Dia bahkan memilih untuk bertanya padaku daripada bertanya pada Sherly langsung. Dia terlihat canggung dengan keadaan ini.

"Kelas sepuluh tiga," balasku. "Kami satu SMP."

Mulut Ara membulat dan dia mengangguk-angguk.

Aku berdiri dan mengusap leherku yang terasa kaku. "Bareng mereka aja. Gue nggak ke kantin."

"Ta—tapi, Dar?" Sherly menatapku dengan memohon. "Lo mau ke mana? Mau ikut, dong."

"No," balasku cepat, lalu aku segera keluar dari perantara meja dan bangku. Kutatap Ara yang bibirnya sedang mengerucut. "Titip Sherly, ya? Kenalan aja. Kalau lo nggak mau kenalan, suruh aja dia balik ke kelasnya."

Ara, Reva, dan Tiffany sepertinya sudah mengerti bahwa aku tidak makan di istirahat pertama.

"Dar, apa yang temen-temen SMP kita bilang dulu ternyata beneran, ya?" Perkataan Sherly menghentikan langkahku sejenak. "Secara tiba-tiba, lo jadi lebih dingin dan tegas dalam satu waktu. Kadang-kadang, gue berasa ngomong sama orang dewasa. Ngebuat gue ngerasa segan...."

Perkataannya itu membuat siswa-siswi yang masih ada di kelas ini jadi terdiam dengan pandangan penasaran. Aku segera keluar dari kelas dan melangkah lebar tak tentu arah. Mungkin saja, secara tidak sengaja aku akan bertemu Kak Lio lagi.

Kemarin adalah pertemuan pertamaku dengan Kak Lio yang di luar perkiraan. Semua sudah berbeda sejak awal. Pada akhirnya, bisa saja Kak Lio tidak akan pernah mencintaiku dan dia akan menjadi Kak Lio yang asing di kehidupan kali ini.

Apa aku melupakan Kak Lio saja dan menjalani hari-hariku tanpa memikirkannya? Tentu tidak. Kak Lio salah satu alasanku kembali ke masa lalu. Kak Lio juga hidup selama bertahun-tahun dalam bayangan-bayangan dan mimpi-mimpiku di kehidupan sebelumnya.

Aku tidak akan bisa melupakan Kak Lio begitu saja.

Perubahan-perubahan yang terjadi berkali-kali membuatku pesimis tentang Kak Lio yang tetap tertarik padaku di masa sekarang. Kak Lio pernah mengatakan bahwa aku lucu dan imut. Itu menggelikan.... Tentu saja sekarang berbeda. Meski ragaku adalah remaja 14 tahun yang sebentar lagi 15 tahun, tetapi sifatku ternyata tetap saja adalah seorang perempuan dewasa. Kak Lio tak mungkin akan tertarik pada diriku yang bertolak belakang dengan sebelumnya.

Ah, aku kan sudah bertekat untuk mendekati Kak Lio lebih dulu dibanding menunggu takdir mempertemukan kami tanpa sengaja. Bagaimana bisa aku melupakan niat yang muncul beberapa bulan lalu itu?

Apa salahnya seorang perempuan yang mendekati laki-laki lebih dulu? Salahnya karena harga diri? Siapa yang peduli tentang itu jika berada di posisiku?

Aku berhenti melangkah dan menoleh ke koridor lain ketika sosok Kak Lio tertangkap oleh pandanganku. Segera kulangkahkan kaki menuju ke arahnya tanpa berpikir panjang. Ketika menyadari Kak Lio ternyata berjalan ke arah belakang sekolah, langkahku perlahan-lahan mulai memelan. Namun, aku tidak berhenti. Aku tetap berjalan hingga akhirnya bisa melihat apa yang Kak Lio lakukan sendirian di belakang sana.

Saat melihat Kak Lio mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya dan sebuah pemantik api, aku hanya bisa termenung dan membandingkannya dengan masa lalu.

Kak Lio bukanlah seorang perokok. Aku tahu pasti itu karena kami lebih sering bertemu. Selama kami berpacaran, dia tidak pernah menggunakannya. Satu-satunya momen ketika aku melihatnya memegang rokok adalah saat dia mnemukan sebatang rokok di saku jaketnya karena diisengi teman-temannya.

Kak Lio menoleh ketika menyadari kehadiranku yang tentu saja akan tertangkap dengan cepat oleh penglihatannya. Tatapan bingung di wajahnya langsung tergantikan senyuman manis di wajahnya yang aku rindukan.

"Oh, lo cewek berani yang kemarin?"

Mataku berkaca-kaca. Kumohon jangan menangis, Dara. "Ini area sekolah. Seharusnya lo nggak boleh ngerokok." Tenggorokanku tiba-tiba terasa kering. "Kak...."

Telunjuknya terangkat dan menyentuh bibirnya. "Sst. Ini jadi rahasia kita berdua. Oke?"

Aku membisu.

"Lo ngelihat gue dengan tatapan itu lagi...," kata Kak Lio. "Apa gue ngebuat lo jadi ingat seseorang?"

Kak Lio mengernyit dan menatapku dalam. Dia menyelipkan rokok di antara bibirnya, lalu beberapa detik kemudian dia terbatuk. "Ah, sial," umpatnya pelan, lalu dia membuang batang rokok yang baru terbakar sedikit itu ke tanah dan menginjaknya.

"Nggak ilfeel sama cowok perokok?" tanyanya saat menoleh padaku lagi. Aku masih tak mengatakan apa-apa. "Kenapa ngelihatin gue kayak gitu banget? Jangan bilang lo terpana sama gue?"

Bagaimana ini? Aku ingin berlari ke pelukannya dan menangis sejadi-jadinya, tetapi Kak Lio pasti akan kabur dariku karena kegilaanku. Lagipula aku tak mungkin menyentuh Kak Lio.

Aturan pertama yang aku buat saat kembali ke masa lalu adalah; tidak boleh bersentuhan dengan Kak Lio sedikit pun saat berada di dekatnya.

Kak Lio mengacak-acak rambutnya, lalu dia melangkah ke arahku dan berhenti di dekatku.

Dia menunduk dan berbisik di dekat telingaku. "Kalau tertarik sama gue, mundur aja dari sekarang. Gue lebih tertarik sama yang ganteng daripada yang cantik dan imut kayak lo."

What...?

*** 


thanks for reading🌺

love,

sirhayani

DaraWhere stories live. Discover now