19. Biodata

835 162 26
                                    

Bayangin lima hingga sepuluh tahun mendatang. Kondisinya, Adit sudah menikah dan diberkati punya seorang anak lucu nan kiyowo yang minta bercerita tentang masa lalunya.

"Jadi, Nak. Dulu sebelum menikah sama Mama kamu, Papa pernah nembak perempuan yang abis nangis-nangis karena mantannya married sama selingkuhannya."

Kemudian, kisah itu masih diceritakan bahkan sampai cucunya lahir.

Adit ngakak sejadi-jadinya saat skenario konyol itu kuceritakan padanya. Sebagian diriku senang karena itu bisa menghiburnya. Tapi senewen juga karena cerita itu bakal viral sampai anak-cucu di masa yang akan datang.

Padahal, aku berharap cerita itu hanya cukup di situ saja. Alias, cukup aku, Adit, Tuhan, dan malaikat saja yang tahu. Tidak perlu sampai nostalgia segala di masa depan. Adit bisa nostalgia dengan cerita itu, sementara aku mungkin menggila saking malunya.

"Nanti ceritanya pasti bakal epic banget, sih," gumam Adit di sela-sela tawanya.

Mataku melotot. "Epic dari mananya? Masa mau cerita gitu?"

Kan, itu tidak ada romantis-romantisnya. Kalau mau dikategorikan pun, sebenarnya itu lebih mirip meet cute antara dua tokoh dalam sebuah novel. Masih act 1. Still long way to go.

"Mau cerita gimana lagi emangnya?" Adit tertawa lagi. "Kalau anak kita mau denger cerita masa lalu kita, ya masa ceritanya masa lalu orang lain?"

Mulutku ternganga.

Adit ini benar-benar di luar prediksi. Aku sudah melancarkan segala kemungkinan-kemungkinan yang kupikir bakal menyurutkan nyalinya. Alih-alih nyalinya surut, eh, dia malah makin pede. Dia juga pede abis perandaian masa depan tadi adalah gambaran masa depannya bersamaku.

Padahal masa depan bisa berubah. Belum tentu aku menikahi lelaki ini. Dulu yang delapan tahun pacaran saja bisa kandas tiba-tiba. Apalagi sama orang yang hitungannya baru seperti Adit?

Lantas, aku menarik napas dalam-dalam. Lalu menatapnya. "Oke. Tapi kasih gue biodata lo."

Adit melongo. "Biodata? Kayak cewek-cewek yang tukeran kertas loose leaf zaman SD atau SMP itu?"

"Kok, lo tau soal itu, sih?"

"Ya tau. Gue sering dipasangin duduk bareng cewek-cewek dulu waktu sekolah. Ya kelihatan mereka ngapain aja. Salah satunya tukeran loose leaf yang isinya biodata gitu," terangnya. "Biodata yang lo maksud kayak gitu?"

"Yah, pokoknya isi tentang lo gitu. Yang lengkap, Dit."

"Padahal kalau lo segitunya pengin tau soal gue, tinggal ngomong aja, Res."

Aku menggeleng. Bibirku mengerucut. "Itu bakal ada sesinya juga. Ini biar beda dan lebih memorable."

Adit tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala. "Sama gue sih udah pasti beda dan memorable, Res."

***

Nama: Aditama Primandaru.

DOB: Jakarta, 29 Juli 1993.

Pekerjaan: Pelajar/Mahasiswa.

Aku terperangah melihat data itu. "Ini kenapa pekerjaannya pelajar/mahasiswa?"

"Sumpah, lo? Dia beneran udah kerja jadi orang risk atau magang doang, tuh?" sambar Mia melihat loose leaf yang dikirim Adit, lalu terbahak-bahak.

Saat pusing-pusingnya mengerjakan naskah tadi, aku tiba-tiba kedatangan kiriman dokumen. Padahal aku sedang tidak ada kegiatan surat-menyurat dengan penulis. Atau menunggu kedatangan dokumen penting.

The Emergency BoyfriendWhere stories live. Discover now