10. Cinderella Metropolitan

1K 210 14
                                    

"Mau cabut sekarang nggak?" bisik Adit seraya meremas kedua bahuku untuk menarik perhatian.

Kepalaku langsung berputar. Sementara Adit melempar senyumnya yang sangat menawan.

"Bukannya kita baru sebentar di sini?"

Pertemuan dengan keluarga Adit terbilang lumayan lancar.

Tante Laras, mamanya, memelukku dengan hangat disusul Om Budi, papanya, meresponsku dengan sama baiknya. Tidak sekepo mamanya pertama kali, tapi tampaknya kesanku tidak malu-maluin banget. Aku juga bertemu kedua adik Adit: Saras dan Wira. Ditambah beberapa keluarga Adit lain yang kebetulan berpapasan.

Gejolak di perutku belum mereda. Nafsu makanku pun ikut lenyap meski makanan di meja prasmanan tampak menggugah selera.

Resepsi itu bertema intimate wedding seperti yang kucita-citakan. Ada sedikit rasa ngilu saat menyadari cita-cita itu amblas. Konsep resepsi pernikahannya sederhana, tapi kelihatan elegan dengan warna lilac lembut untuk semua dekorasi ruangan.

Mulai dari gorden bagian backdrop, fairy lamp di belakang kursi pengantin, meja, hingga bunganya berwarna lilac. Saat pengantin datang, ruangan itu sempat dimatikan dan lampu sorot tertuju kepada pasangan pengantin yang kemudian menari di bawah lampu kristal yang menjuntai dari langit-langit.

Selama sekian menit dengan alunan lagu So This is Love dari piano dan seorang penyanyi yang makin membuatku merasa... breathtaking.

Aku hampir menitikan air mata. Semua pemandangan di tempat ini terasa too good to be true sekaligus dreamy.

Andai saja tidak ada kejadian sialan itu, barangkali aku juga sedang disibukkan mengurus konsep pernikahanku sendiri.

Alih-alih menjawab, Adit hanya meraih tanganku, lalu menarikku keluar dari tempat resepsi. Langkahnya santai, tapi aku masih bingung kenapa tiba-tiba lelaki itu mengajakku pergi dari resepsi pernikahan sepupunya sendiri.

"Kita nggak perlu pamit dulu sama nyokap dan bokap lo, Dit?"

"Gue udah bilang kok ke mereka," sahutnya enteng.

Mataku mengerjap.

Sebenarnya kapan Adit meninggalkan sisiku? Perasaan dari tadi aku merasa dia selalu ada di sampingku. Mengingat tidak ada yang kukenal selain dirinya di resepsi itu. Atau, aku yang terlalu tersihir oleh tema resepsi sampai tidak menyadari yang terjadi di sekelilingku?

Langit sudah gelap saat mobil Adit keluar dari parkiran Grand Kemang. Tapi bukan daerah Kemang kalau tidak macet. Meski orang-orang bilang banyak tempat nongkrong sekaligus salah satu yang lumayan hits di Jakarta Selatan, daerah ini juga tidak lepas dari lalu lintas yang relatif padat.

"Tujuannya ke mana, Mbak?" celetuk Adit tiba-tiba.

Otomatis aku berpaling. Mataku mengerjap. Bingung. "Hah?"

"Masih ada tiga setengah jam sebelum Cinderella Metropolitan mesti pulang ke apartemennya, nih," kekehnya. "Lo mau ke mana?"

Mendengar itu, tawaku tersembur. "Udah gue bilang, kita baru sebentar di resepsi sepupu lo. Sekarang kita bingung."

"Gue nggak enjoy."

Diam-diam, aku juga menyetujui. Meski aku mengagumi keindahan konsep dan segala tetek-bengeknya, aku tidak merasa enjoy di sana. Hatiku cekit-cekit!

"Karena masih ada waktu, gimana kalau kita nyari makanan enak aja?" usul Adit.

Mataku seketika berbinar-binar, perut yang tadi adem-ayem di resepsi mendadak krucuk-krucuk minta diisi setelah mendengar kata "makanan enak" yang disebutnya.

The Emergency BoyfriendWhere stories live. Discover now