80. Keraguan dan Pertemuan

108 33 6
                                    

Halowwww seje kembaliii

votenyaaaaaaaaaa yaaa


"Je, are you okay?"

Juwanda yang sedang menyetir agaknya dibuat bingung oleh Seje yang sedari naik ke atas mobilnya tadi sudah tampak diam dan melamun sepanjang jalan. Bahkan, ketika Juwanda beberapa kali mengajaknya bicara, Seje sama sekali lambat menanggapi dan terkesan tidak fokus dengan apa yang diucapkannya.

Alhasil, merasa panggilannya barusan pun tak berhasil membangunkan lamunan perempuan yang tampak melempar tatap ke kaca jendela di sebelahnya itu, Juwanda memutuskan untuk menyentuh pundak gadis itu pelan.

"Je..."

"Eh, iya?"

Seje yang terkejut spontan menoleh.

"Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Juwanda heran.

"Ng, masalah? Enggak." Seje spontan berkilah.

"Lo dari tadi melamun dan gak fokus. Jujur, lo lagi mikirin sesuatu yang penting kan?"

Seje lantas diam.

"Suami lo?"

Entah mendapat ilham dari mana, bisa-bisanya satu ide itu yang pertama kali muncul di benak Juwanda dan terucapkan oleh bibirnya begitu saja.

Seje yang mendengarnya lantas menolehkan kepala. Memasang sebuah ekspresi yang dapat ditangkap oleh Juwanda yang juga sekilas melirik padanya dan langsung dibuat mengerti akan kebenaran dari tebakannya tersebut.

"Jadi bener," kata laki-laki itu kemudian.

Seje tak menyangkal tapi juga tak mengiyakan.

"Kenapa? Dia bikin lo marah?"

Juwanda tahu tak seharusnya ia bertanya sejauh itu, tapi ia juga tak bisa hanya diam saja. Ia merasa agak risih ketika melihat Seje yang atensinya ditarik sebegitunya oleh isi pikirannya yang ia tahu mengenai siapa, namun tak tahu menahu tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Enggak. Gak gitu kok," jawab Seje kemudian.

"Terus?"

"Hm, gapapa. Wan, gak penting kok hehe."

Mendengar jawaban Seje yang mengisyaratkan bahwa gadis itu memang tak ingin membagi isi kepalanya pada Juwanda, lantas si lelaki pun langsung mengerti. Ia menganggukkan kepalanya samar, mencoba memahami dan tak lagi menanyai Seje dengan pertanyaan-pertanyaan serupa.

"Btw Je, kita mungkin bakal balik agak malaman karena ini agak jauh. Gapapa kan?" Akhirnya, Juwanda memutuskan untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kembali fokus pada apa yang sebenarnya menjadi tujuan kepergian mereka saat ini.

"Gapapa kok, Wan." Jawab Seje apa adanya.

"Soalnya Bogornya agak masuk-masuk dalem sih."

"Iya gapapa."

"Hm, oke makasih ya Je."

"Ya ampun Wan, gue kayanya dari tadi udah denger lo bilang makasih lebih dari sepuluh kali deh."

"Ya kan emang target gue sampe dua puluh," seloroh Juwanda seraya tertawa pelan. Sebuah tawa yang berhasil menulari Seje dan membuat keduanya kini sama-sama tergelak puas.

Sisa perjalanan yang mereka tempuh pada akhirnya lebih banyak diisi oleh pembicaraan-pembicaraan ringan dan tawa-tawa renyah.

Seje kini mengerti, bahwa ia perlu untuk mengalihkan pikirannya sejenak dan fokus pada Juwanda yang memang sedang membutuhkan dukungan darinya.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now