82. Confess

156 39 15
                                    

Ehem, siapa yang confess hayoo?

"Gue mau jalanin pernikahan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue mau jalanin pernikahan ini... tanpa perjanjian itu lagi."

Kening Seje berkerut dalam begitu ia mendengar satu statement ambigu yang baru saja keluar dari mulut Sean tersebut. Ia pun terdiam sebentar. Mengulang beberapa kali ucapan laki-laki di hadapannya itu untuk menganalisis letak maksud sesungguhnya dari kata-kata Sean tersebut.

Tapi berapa kali pun ia mencoba, Seje tak menemukan jawaban yang tepat.

Ia tak yakin dengan apa yang sempat terlintas di benaknya, terutama saat dilihatnya kini Sean telah tersenyum tipis.

Senyum yang jauh sebelum hari ini, sangat jarang ia lihat.

"Kenapa? Lo belum nangkep maksud dari perkataan gue barusan?" tanya laki-laki itu kemudian. Tampak begitu santai, sembari menyesap americanonya yang masih agak mengepul.

"Tu-tunggu dulu! Gue masih gak gitu ngeh. Ini maksudnya gimana? Lo mau jalanain pernikahan ini tanpa perjanjian ini, maksudnya..."

Kali ini Sean tertawa pelan.

"Ternyata benar ya kata orang, kalau cewek pinter akademis tuh, gak selalu pinter dalam hal-hal kaya gini."

"Maksud lo apaan sih?" Seje auto sewot.

"Bukannya ucapan gue udah sangat jelas ya? Gue mau perjanjian itu dihapus aja."

"What?! Tapi kenapa?—"

"Karena gue ngerasa udah gak perlu lagi."

"Gak perlu lagi?" Seje mendecih. "Lo yang gak perlu, kenapa gue harus setuju buat ngehapus perjanjiannya gitu aja? Gak bisa gitu dong."

"Yakin lo gak setuju?" tanya Sean dengan sepasang mata yang menatap Seje dengan penuh arti.

"Yakin lah? Memangnya kenapa?"

"Kok gue gak yakin ya?"

"Gak usah nyebelin. To the point aja!"

Sekali lagi Sean tertawa. Tapi kali ini dengan gelak yang begitu terbahak-bahak. Sukses membuat Seje mengerutkan dahi dan mengerucutkan mulutnya, sebal.

"Sean—"

"Iya iya, sorry." Katanya cepat.

Sean minta maaf, lagi?

Seje sampai cengo sesaat dirinya mendengar kata sorry keluar dari bibir Sean begitu saja. Semudah itu dan seringan itu seolah kata tersebut adalah kata yang sering dan lumrah diungkapkan oleh laki-laki itu. Padahal aslinya, boro-boro minta maaf pada Seje. Mengaku salah saja Sean susah sekali.

"Je? Kok malah bengong?" tanya Sean heran.

"Ah, enggak. Itu... lo kenapa jadi aneh gini sih?" Seje akhirnya tak lagi bisa mendiami semua keanehan yang dirasakannya tersebut, dan menanyakannya langsung pada si lelaki yang kini telah mengangkat kedua alisnya. Tampak sedikit terkejut.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now