69. Pulang Sendiri

116 32 9
                                    

Haloooo mana votenyaaa?

 Tidak tahu kenapa, seharian ini Sean kurang fokus dengan pekerjaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak tahu kenapa, seharian ini Sean kurang fokus dengan pekerjaannya. Tiap kali ia tercenung, ingatannya tersedot pada satu momen yang dilihatnya pagi tadi kala mengantarkan Seje ke kampusnya.

Sebuah pemandangan yang memperlihatkan pertemuan antara Seje dan Juwanda di gerbang kampus. Pertemuan yang tampak begitu akrab dan hangat, namun entah mengapa tampak menyebalkan di pandangan Sean.

Ia tak suka melihat keakraban mereka.

Dan kini, Sean harus berulang kali mendengus kesal sembari menggosok wajahnya sendiri akibat tak jua bisa melenyapkan potongan ingatan yang senantiasa membuatnya merasa terganggu tersebut. Berulang kali ia terlihat gundah begitu, berulang kali pula ia menghela napas sampai-sampai sekretarisnya yang sempat masuk ke ruangannya untuk mengantarkan beberapa file tadi, dibuat terheran-heran.

Sean seterusik itu ternyata.

Melirik ke arah jam tangannya, Sean membatin dalam diri bahwa masih tersisa kurang dari setengah jam lagi baginya untuk pulang. Dan itu artinya, selama itu pula ia masih memiliki waktu untuk menenangkan diri sebelum bertemu dengan Seje lagi.

Ya, sesuai janji, mereka akan pulang bareng sore ini.

Seje mengatakan bahwa kelasnya akan berakhir di pukul empat sore. Waktu yang bertepatan dengan jam pulang kantor Sean.

Di tengah-tengah sesi Sean yang kini mulai menyeriusi sisa-sisa pekerjaannya lagi, ia terinterupsi oleh satu panggilan masuk yang membuat ponselnya yang ada di atas meja menjerit-jerit.

Sean melirik ke layar ponselnya tersebut, lalu menemui nama "Amanda" tertera di sana.

Tanpa pikir panjang, ia pun segera mengangkatnya dan menyapa sosok gadis di ujung sambungan.

"Halo, Amanda?"

"Halo Sean!"

Suara di seberang sana terengar antusias, sebagaimana biasanya Sean menemui gadis yang energik dan penuh semangat itu.

"Iya, ada yang bisa aku bantu?" tanya Sean to the point.

"Ya ampun Sean, kaku banget? Serasa lagi bicara sama customer service." Amanda tertawa pelan di ujung kalimatnya. Sebuah tawa yang spontan menyadarkan Sean dan membuat laki-laki itu menarik satu sudut bibirnya, tersenyum tipis.

"Enggak, maksud aku... kamu ada sesuatu yang mau disampein kah atau apa yang barangkali perlu aku bantu, makanya kamu nelepon?"

Perempuan di ujung telepon terdengar tertawa sekali lagi.

"Memang ya, susah banget sekedar basa-basi sama kamu ini," kata Amanda apa adanya. "Yaudah iya, aku nelepon kamu karena memang ada yang mau aku kabarin. Itu soal project kerja sama kita. Aku sekarang udah keluar dari rumah sakit dan aku pikir, kita harus ketemu dan bicarain soal ini lagi. Yang di rumah sakit kemarin belum selesai."

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now