64. Renovasi

107 38 8
                                    

Halowwwwwwwww

seperti biasa ya, vote dulu sebelum baca hehe

Tidak seperti biasanya, kabar mengenai kelas Pak Acha yang dibatalkan sore ini menjadi satu kabar yang menggembirakan bagi Seje

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak seperti biasanya, kabar mengenai kelas Pak Acha yang dibatalkan sore ini menjadi satu kabar yang menggembirakan bagi Seje. Bukan apa, gadis itu adalah salah satu penggemar dosen muda tersebut dan selalu menyukai tiap kelas yang diajarkannya, jadi menjadi sedikit aneh begitu teman-temannya melihat anak itu sudah senyam senyum girang begitu kabar Pak Acha batal masuk karena ada urusan ke luar kota.

Ngomong-ngomong soal Pak Acha, wajar sekali jika seseorang yang tampan paripurna sepertinya menjadi dosen favorit di kampus. Hal yang lebih jauh memikat dari dirinya dan sangat membuat Seje mengidolakannya selain karena tampangnya yang blasteran Jawa Jerman tersebut, Pak Acha nyatanya adalah tipikal dosen easy going yang sangat asik namun juga cerdas dalam mengajar. Jadi wajar jika begitu banyak mahasiswa yang berebut untuk masuk ke kelasnya.

Dan Seje yang kini terlihat tak sekecewa biasanya, tentu saja membuat tiga sahabatnya berkerut dahi, heran bukan main.

"Tumben banget lo nyengir-nyengir. Biasa kaya abis dicere tujuh kali kalau Pak Acha gak masuk." Tri adalah sosok pertama yang membuka pembicaraan kala keempat bersahabat itu sudah berjalan menyusuri koridor kampus menuju halaman depan gedung fakultas.

Mendengarnya, Seje cuma melirik sekilas pada Tri dan teman-temannya seraya terus tersenyum cerah. Berhasil memicu Mimi yang berdiri di sebelahnya untuk ikut-ikutan berkomentar.

"Nah iya, bener tuh. Aneh banget lo. Masa gue sambat sendirian doang nih?" Mimi yang memang sudah mengukuhkan diri sebagai fans garis keras Pak Ach aitu berujar dengan tampang manyunnya.

"Ya, gimana lah guys. Namanya juga hidup. Mau kecewa-kecewa banget juga gak guna kan, hehe..."

Mendapati reaksi Seje yang agak over namun tak biasa tersebut, sontak Tri, Mimi dan Yudhistira menghentikan langkah mereka seraya menghadapkan wajah pada sang gadis. Menghujami perempuan itu dengan tatapan mengintimidasi yang seolah mengandung kata-kata, "kasih tahu gak, lo pasti sembunyiin sesuatu kan?!"

"Eum, kenapa ya kak? Memangnya saya ada salah apa ya?"

Alih-alih merespon secara serius, Seje justru membercandai ketiga temannya itu sembari kembali melanjutkan derapnya seolah tak terjadi apa-apa.

"Gue yakin pasti ada sesuatu yang terjadi kan? kenapa? Lo abis menang lotre? Atau lo abis ketemu Mark Marqu—" Belum selesai Yudhistira berbacot ria, mendadak Seje mengacungkan telunjuknya di depan bibir laki-laki itu. Berhasil membuat komuk Yudhistira terlihat begitu mengundang tawa. Bibirnya meleyot ke kiri.

"Psssttt, berisik. Entar Bu Dekan keluar loh," peringat Seje seraya melirik ke satu gedung di sebelah mereka yang memang merupakan bangunan perkantoran dekanat.

"Tapi serius, lo jujur deh. Abis ngapain lo kok kelihatan sesenang ini?" tanya Mimi penasaran.

"Iya, sehabis dari rumah sakit. Lo aneh banget. Ngeblush-ngeblus gak jelas kaya bocah SMP baru ditembak cowok. Kenapa lo? Ditembak Juwanda?" Mulut lemes Tri berkomentar seolah tak ada yang salah dengan kata-katanya.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now