16. Kelewatan

168 45 6
                                    

Vote dulu sebelum baca yaaaa

Sungguh hari yang lumayan melelahkan bagi seorang Seje setelah dua kelas yang cukup menyita atensi dari pagi hingga siang tadi, dilanjutkan dengan sesi ngumpul-ngumpul antara dirinya dan teman-temannya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Sungguh hari yang lumayan melelahkan bagi seorang Seje setelah dua kelas yang cukup menyita atensi dari pagi hingga siang tadi, dilanjutkan dengan sesi ngumpul-ngumpul antara dirinya dan teman-temannya. Poin kedua justru lebih menguras tenaga menurut Seje karena ia begitu banyak tertawa dan berteriak panik saat main kartu uno dan stacko. Bukan apa, selain karena memang dua permainan tersebut sangat seru, juga karena adanya taruhan dare or dare yang cukup untuk membuat hati dag dig dug ser, takut kena giliran.

Syukur, Seje sedang tidak begitu sial tadi. Cuma Lanang yang terus-terusan kalah karena memang tak begitu pandai bermain dan Yudhistira yang sedang ketiban sial. Bisa-bisanya lelaki bertato yang terkenal piawai main uno itu justru kalah tiga kali berturut-turut. Membuat ia tak bisa mengelak ketika diberi tantangan untuk mengajak foto seorang mbak-mbak pelayan yang sedang mengantarkan pesanan tambahan mereka. Dua tantangan lain yang harus ia lakukan adalah menari seperti orang gila di tengah-tengah bangku taman belakang kafe yang diisi oleh cukup ramai pengunjung dan menggoda seorang cewek berseragam SMA hingga gadis itu malu bukan kepalang.

Mengingatnya, membuat Seje yang kini telah duduk di bangku penumpang sebelah Juwanda kembali tertawa pelan.

"Loh, tiba-tiba banget lo ketawa. Kenapa Je?" Juwanda yang sedang fokus menyetir pun menyadari hal tersebut, membuatnya bertanya pada Seje yang seketika itu pula mengulum senyum.

"Gue teringat si Yud tadi, sial banget tuh anak." Seje menjawab apa adanya. Berhasil mengundang tawa Juwanda yang juga tak bisa ditahan kala ingatannya dipaksa kembali pada momen menggelikan tersebut.

"Biasanya dia ya yang paling sering menang. Tumben banget."

Mendengarnya, Seje pun mengangguk.

"Ho oh! Gak pernah loh dia kalah sampai tiga kali berturut-turut kaya tadi."

"Iya. Tapi gue lihat dia enjoy banget tuh sama tantangannya. Apalagi yang terakhir."

"Yeeee, giliran godain cewek mah tuh anak emang nomor satu!" Seje bersorak julid. "Lo gak lihat tadi? Mukanya seneng banget pas berhasil bikin muka si cewek merah karena malu. Gitu doang yang jago, tapi giliran nembak cewek kagak bisa."

"Ah masa?" Juwanda agak gak percaya dengan statement terakhir yang didengarnya dari Seje. Bukan apa, Yudhistira tipikal yang begitu luwes dan supel, rasanya agak sulit dipercaya jika ternyata ia memiliki problem dalam memikat perempuan.

"Iya loh! Waaaah! Lo gak tahu aja. Dulu tuh dia pernah naksir kating. Yah tapi gak berani confess. Ujung-ujungnya jadi secret admirer doang sampe kita lulus."

Seje membagikan aib temannya itu tanpa keraguan sedikit pun. Cukup untuk membuat Juwanda di sebelahnya cekikikan pelan sembari melajukan mobilnya menuju kediaman Seje. Well, Seje memang menjadi anggota terakhir yang diantarnya malam ini. Kebetulan Lanang sedang tidak pulang ke kos. Katanya ingin bermalam di kosan temannya yang berada tak begitu jauh dari kampus.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Onde as histórias ganham vida. Descobre agora