68. Kenyataan Pahit

107 29 2
                                    

HALOOWW

double apdett nihhhh

Kelas siang ini, kebetulan Seje tak sekelas dengan tiga bestienya dan juga Juwanda yang kebetulan sedang mengambil kelas berbeda

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Kelas siang ini, kebetulan Seje tak sekelas dengan tiga bestienya dan juga Juwanda yang kebetulan sedang mengambil kelas berbeda. Kelas yang dipilihnya ini terbilang tak begitu ramai. Didominasi oleh kakak tingkatnya yang memang sangat mengagumi sosok Profesor Adi yang kata temen-temennya sangat perfeksionis dan killer to the bone.

Seje sendiri terpaksa mengambil mata kuliah ini karena kebetulan project tugas akhirnya berkaitan dengan kelas yang diambilnya tersebut. Sementara itu, Lanang, satu-satunya orang dari angkatannya yang ia kenal di kelas ini, mengambil kelas tersebut dengan alasan cap cip cup kembang kuncup. Alias, Lanang asal pilih saja saat mengisi KRS dulu.

"Well, kelas hari ini sampai di sini dulu. Seperti yang sudah saya sampaikan di awal kelas tadi, tiap ide yang sudah kalian presentasikan tadi, silahkan dibuatkan proposalnya, dan dikumpulkan weekend ini ke email saya. Paperless, oke?"

Suara sang professor muda yang baru berusia pertengahan 30an itu seketika mengundang erangan di seisi ruangan. Tapi sebagaimana biasanya, pria berkepala pelontos itu pun tak menggubris sama sekali. Ia terus saja membereskan barang-barangnya dan berjalan ke luar ruangan tanpa beban.

Sepeninggalannya, seisi kelas satu per satu mulai berhamburan pergi. Sebagian lagi masih mengerang dan meregangkan tubuh yang selama dua jam ini sudah dibuat tegang karena sang dosen. Tak terkecuali Seje dan Lanang yang duduk bersebelahan dan kini tampak sama-sama sedang memanjangkan tubuh mereka dengan dua tangan terangkat ke atas.

"'Ah elah, Je. Ngikut-ngikut mulu lu!" komentar Lanang sewot.

"Dih, siapa yang ikut-ikut! Gue bahkan gak ngelihat lo sama sekali," balas Seje tak kalah sewot.

"Yowes yowes! Santai dong bestie. Gue bercanda doang kok hehe..."

Laki-laki bongsor itu kini sudah tertawa dengan freaknya itu dan Seje cuma bisa menanggapinya dengan gelengan kepala, maklum.

Seusai keduanya selesai dengan urusan membereskan buku dan alat tulis, keduanya pun beranjak meninggalkan kelas. Mereka tak langsung mencar begitu saja, Seje dan Lanang secara alamiah berjalan beriringan di koridor depan kelas. Berbasa-basi sekenanya, sampai akhirnya tiba pada satu pertanyaan krusial yang diutarakan Seje pada Lanang.

"Nang, setahu gue... lo temenan baik banget kan ya sama Juwanda?"

Sosok blasteran di sebelahnya itu lantas menganggukkan kepala. Membenarkan.

"Lo pasti tahu dong beberapa hari kemarin dia dirawat di RS?"

Mendadak, Seje lihat kini sepasang mata Lanang meredup. Laki-laki itu tak seekspresif sebelumnya dan rona di wajahnya tiba-tiba saja berubah sendu.

Sedikit banyak, Seje bisa menduga, hal apa yang membuat perubahan itu ada pada sosok di sebelahnya ini.

"Gue sebenarnya gak enak buat nanya kaya gini tapi, gue penasaran."

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant